Emil Dardak, Simbol Kader Muda Muslim Berintegritas di Ruang Kekuasaan

Emil Elestianto Dardak. Foto: IG @emildardak
Emil Elestianto Dardak. Foto: IG @emildardak

DI TENGAH arus besar politik pragmatis dan skeptisisme publik terhadap elite kekuasaan, muncul tokoh muda yang menghadirkan nuansa segar dan harapan baru: Emil Elestianto Dardak.

Sosok yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur ini, bukan hanya dikenal karena kecerdasannya dan latar akademisnya yang kuat, tetapi juga karena integritas dan nilai-nilai keislaman yang membentuk wataknya dalam menjalankan peran-peran strategisnya di panggung pemerintahan dan keumatan.

Di usianya yang masih relatif muda, Emil telah menapaki jalan kepemimpinan dengan berbagai tantangan yang tak ringan. Ia bukan hanya teknokrat yang piawai dalam merumuskan kebijakan berbasis data dan riset, tetapi juga figur yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Muslim muda dapat tampil dengan wajah sejuk, bersih, dan mencerahkan.

Sebagai alumni dari universitas terkemuka luar negeri dan mantan Bupati Trenggalek yang sukses membawa transformasi daerah, Emil tidak melupakan akarnya. Ia aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur, menjadi contoh nyata bahwa ruang kekuasaan dan ruang intelektual keislaman bukan dua entitas yang saling bertentangan.

Justru di tangan orang-orang seperti Emil, dua ruang itu bisa dipertemukan dalam satu tarikan nafas kepemimpinan yang berkarakter.

Kehadirannya dalam tubuh ICMI bukan sekadar formalitas simbolik. Emil menunjukkan bagaimana intelektual Muslim tidak hanya bisa berteori, tetapi juga mampu memimpin dan mengubah keadaan. Dalam forum-forum cendekia, ia hadir dengan kedalaman berpikir.

Dalam kerja-kerja birokrasi, ia hadir dengan ketenangan yang produktif. Ia memberi bukti bahwa politik tidak harus kotor, dan menjadi pemimpin muda tidak harus memaksakan diri menjadi populis.

Di tengah keprihatinan terhadap lemahnya integritas di ruang publik, Emil menjadi jawaban atas kerinduan banyak orang terhadap pemimpin yang punya nurani. Ia mematahkan stereotip bahwa yang muda biasanya sekadar ambisius tanpa arah, atau bahwa yang Islami kerap hanya berkutat pada simbolisme. Emil memadukan keduanya: kekuatan nalar dan kekuatan nurani.

Kiprah Emil Dardak juga menjadi cermin bagaimana ICMI sebagai wadah cendekiawan Muslim tetap relevan dan hidup di tengah dinamika zaman.

ICMI bukan hanya rumah bagi para pemikir, tetapi juga medan latihan bagi para pemimpin masa depan. Emil adalah salah satu wajah terbaik dari semangat itu. Ia mewakili generasi baru yang menghidupkan nilai Islam dalam konteks kebijakan, bukan sekadar wacana.

Kita perlu lebih banyak tokoh muda seperti Emil. Yang tidak hanya fasih dalam diplomasi dan administrasi, tetapi juga punya kedalaman spiritual dan moral. Yang tidak terjebak dalam logika transaksional, tetapi tetap setia pada etika perjuangan. Yang paham bahwa kekuasaan hanyalah wasilah untuk menghadirkan kemaslahatan bagi umat dan bangsa.

Hari ini, masyarakat—terutama generasi muda—membutuhkan sosok yang dapat dipercaya. Emil bukan tokoh yang sempurna, tetapi ia telah memberikan contoh bahwa integritas, ilmu, dan iman dapat berjalan seiring di panggung politik.

Ia telah membuktikan bahwa kepemimpinan yang berakar pada nilai Islam tidak harus melulu keras dan simbolik, tapi bisa adaptif, kolaboratif, dan tetap berprinsip.

Semoga Emil tidak berjalan sendiri. Dan semoga ICMI terus melahirkan kader-kader muda Muslim yang tak hanya hebat dalam berpikir, tetapi juga tulus dalam melayani. Dalam wajah Emil, kita melihat harapan akan kebangkitan generasi intelektual Muslim yang mampu membawa perubahan nyata, dari ruang kajian menuju ruang kebijakan.

Dan untuk setiap anak muda yang hari ini menatap layar dengan gelisah melihat kondisi bangsa, ingatlah: ada jalan mulia yang bisa ditempuh. Emil telah membukanya. Kini giliran kita untuk melanjutkannya.

Dan untuk Mas Emil Dardak yang kami hormati. Izinkan kami menyampaikan satu pesan sederhana, dari lubuk hati para cendekiawan yang berharap pada pemimpin muda seperti Anda: Jangan pernah tergiur oleh gemerlap kekuasaan, apalagi godaan korupsi. Tetaplah tegar menjaga amanah, karena posisi yang Anda emban hari ini adalah ujian dari Allah, bukan sekadar penghormatan dari manusia.

Jangan pernah gentar untuk bersih-bersih korupsi, walau itu berarti menabrak arus, menyentuh yang selama ini tak tersentuh. Karena sejarah akan mencatat bukan siapa yang paling tinggi jabatannya, tetapi siapa yang paling berani membela kebenaran—meski harus berjalan sendirian.

Kami mendoakan Anda tetap dalam lindungan Allah, teguh menjaga integritas, dan istiqamah menjadi inspirasi bagi generasi muda Muslim, bahkan ketika godaan kekuasaan datang menggoda di setiap tikungan jalan. Semoga Allah menjadikan setiap langkah dan kebijakan Anda sebagai jalan maslahat, dan menjauhkan dari fitnah kekuasaan yang menyesatkan.

Kami percaya, cahaya itu masih ada. Dan Anda, Mas Emil, sedang membawanya. Teruslah menjadi pemimpin yang mencintai kejujuran, karena umat mencintai pemimpin yang jujur.

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

Editor : Alim Perdana