Stres Ujian, Ancaman Kesehatan Mental Mahasiswa yang Perlu Diwaspadai

dr. Damba Bestari SpKJ. Foto: Ayojatim/Dok Pribadi
dr. Damba Bestari SpKJ. Foto: Ayojatim/Dok Pribadi

SURABAYA – Periode ujian akhir seringkali menjadi masa penuh tekanan bagi mahasiswa. Bukan hanya sekadar kelelahan fisik, tekanan mental yang berlebihan bahkan dapat memicu gangguan psikologis serius.

Dosen Kedokteran Fakultas Ilmu Kesehatan Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR), dr. Damba Bestari SpKJ, menekankan pentingnya pengelolaan stres yang efektif untuk menghadapi ujian.

"Stres menjelang ujian adalah respons alami tubuh, melibatkan hormon seperti kortisol dan adrenalin yang meningkatkan fokus," jelas dr. Damba. Namun, stres yang berlebihan dapat mengganggu fungsi mental dan fisik.

Studi terbaru dari jurnal Exam Season Stress and Student Mental Health (George, 2024) menunjukkan tingginya angka gangguan kecemasan, perubahan suasana hati, hingga perilaku melukai diri sendiri (NSSI) dan percobaan bunuh diri di kalangan mahasiswa menjelang ujian.

Dr. Damba mengingatkan, tanda-tanda tersebut merupakan sinyal bahaya yang memerlukan penanganan segera.

"Stres akademik bersifat multifaktorial, tetapi ujian akhir sering menjadi pemicu utama ketika beban akademik, tekanan sosial, dan masalah pribadi bertemu," tambahnya.

Ia juga menyoroti kebiasaan tidak sehat seperti begadang dan konsumsi kafein berlebihan sebagai respons terhadap tekanan.

"Kopi dan begadang bukanlah solusi. Tidur cukup sangat penting untuk menjaga kemampuan berpikir dan regulasi emosi."

Dr. Damba menyarankan strategi holistik dalam menghadapi ujian, bukan hanya berfokus pada materi kuliah.

"Menjaga kebutuhan dasar, mencicil belajar sejak awal, istirahat secara berkala (microbreak), dan membangun dukungan sosial sangat penting," ujarnya. Dukungan spiritual dan dari orang terdekat juga berperan krusial.

"Perfeksionisme dan rasa takut gagal sering menjadi beban berat. Biasakan diri untuk menerima bahwa 'cukup baik sudah cukup baik' (good enough is good). Fokus pada proses belajar, bukan hanya hasil. Jika merasa terbebani, jangan ragu mencari bantuan profesional," pesan dr. Damba.

Damba mengingatkan bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan kesuksesan akademik.
"Ujian bukanlah akhir segalanya. Proses belajar yang sehat jauh lebih bernilai daripada hasil yang diperoleh dengan beban yang tak tertahankan," tutupnya.

Kampanye kesadaran akan kesehatan mental di kalangan mahasiswa sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif stres ujian.

Editor : Alim Perdana