FK Ubaya Gelar Seminar Internasional Bahas Teknologi Jantung Buatan dan Solusi Inovatif

Prof Susilo Andi Widjaja, MD FETCS saat berinteraksi dengan mahasiswa pada kuliah umum di FK Ubaya, Selasa (18/02). Foto/Humas Ubaya
Prof Susilo Andi Widjaja, MD FETCS saat berinteraksi dengan mahasiswa pada kuliah umum di FK Ubaya, Selasa (18/02). Foto/Humas Ubaya

SURABAYA – Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya) menggelar seminar internasional bertajuk “Exploring TECAB and Total Artificial Heart as a Bridge to Transplant” pada Selasa (18/02) pagi.

Acara ini menghadirkan ahli bedah jantung ternama dari Leuven Catholic University, Prof. Susilo Andi Widjaja, MD FETCS, serta Baeyens Martine, ahli perfusi kardiopulmonari dari Rumah Sakit Aalsterse Stedelijk Ziekenhuis, Belgia.

Seminar tersebut membahas teknologi bedah jantung terkini, termasuk penggunaan jantung buatan (artificial heart) sebagai solusi inovatif dalam penanganan gagal jantung lanjut.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) per September 2024, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 jiwa. Fakta ini mendorong FK Ubaya untuk menggelar seminar khusus guna meningkatkan pemahaman dan penanganan penyakit jantung melalui teknologi kedokteran mutakhir.

Dalam paparannya, Prof. Susilo Andi Widjaja menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan pembuluh darah sebagai kunci fungsi jantung yang optimal.

“Jantung memompa darah sebanyak 5 liter setiap kali bekerja. Jika terjadi sumbatan atau penggumpalan darah, kita dapat mengatasinya dengan Bypass arteri. Prinsipnya, jika memungkinkan, selalu gunakan arteri. Saya mengoptimalkan tiga bagian jantung, yaitu depan, kanan, dan belakang, dengan menggunakan pembuluh darah arteri dari perut,” jelasnya.

Prof. Susilo juga memaparkan bahwa jantung buatan dapat menjadi solusi sementara bagi pasien yang menunggu donor jantung.

“Jantung buatan dapat digunakan selama satu tahun sebagai jembatan menuju transplantasi. Di Eropa, ada organisasi yang mengelola calon penerima donor jantung. Prinsipnya, proses ini harus dilakukan secepat mungkin dengan pengawasan ketat untuk memastikan tidak terjadi penggumpalan darah. Kolaborasi dengan spesialis mikrobiologi klinik juga sangat penting,” tambahnya.

Dekan FK Ubaya, Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, Sp.PD., Sp.JP(K), dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi internasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kompetensi mahasiswa.

“Dalam rangka Dies Natalis ke-9 FK Ubaya, kami mengisi acara dengan ceramah ilmiah dari berbagai negara, seperti Belgia, Belanda, Bangkok, dan Jakarta. Ini merupakan manifestasi dari visi FK Ubaya untuk mendorong mahasiswa menjadi unggul secara internasional berbasis teknologi kedokteran terkini,” ujarnya.

Seminar ini diikuti oleh lebih dari 340 mahasiswa FK Ubaya secara hybrid, menggabungkan partisipasi luring dan daring. Selain Prof. Susilo, hadir pula Baeyens Martine, ahli perfusi kardiopulmonari dari Belgia, yang membagikan pengalamannya dalam penggunaan teknologi jantung buatan.

Acara ini dimoderatori oleh dua dosen FK Ubaya, dr. Risma Ikawaty, Ph.D., dan dr. Jordan Bakhriansyah, SpJP, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Heart Association wilayah Surabaya.

Prof. Susilo menegaskan bahwa perkembangan teknologi kedokteran, termasuk jantung buatan, membawa harapan baru bagi pasien gagal jantung. Namun, tantangan seperti ketersediaan donor dan biaya tinggi masih menjadi kendala.

“Kami berharap teknologi ini dapat semakin terjangkau dan tersebar luas, sehingga lebih banyak pasien yang terbantu,” ujarnya.

Seminar ini tidak hanya menjadi wadah diskusi ilmiah, tetapi juga langkah nyata FK Ubaya dalam berkontribusi terhadap perkembangan dunia kedokteran, khususnya di bidang kardiologi.

Dengan menggandeng ahli internasional, FK Ubaya berkomitmen untuk terus memajukan pendidikan kedokteran dan memberikan solusi inovatif bagi masalah kesehatan global.

Editor : Alim Perdana