JAKARTA – Sejak akhir tahun 2023 lalu, PT Itama Ranoraya Tbk (“IRRA”), perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi, melakukan pemerataan pada fasilitas penyediaan gizi melalui penginstalasian kitchen set atau dapur gizi pada rumah sakit.
Inisiatif ini merupakan upaya IRRA untuk mempercepat penyembuhan pasien melalui kebersihan dan nutrisi yang disediakan oleh rumah sakit selama proses pengolahan pangan untuk memberikan pelayanan terbaik, sekaligus membantu proses penyembuhan bagi pasien.
Heru Firdausi Syarif, Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk mengatakan, dengan adanya penyediaan fasilitas dapur gizi yang sesuai standar kesehatan, pihaknya berharap dapat membantu petugas rumah sakit dalam meningkatkan efisiensi operasional manajemen waktu pada proses pengolahan pangan dan pendistribusiannya terhadap pasien di rumah sakit dengan lebih optimal.
"Ini ditujukan untuk memudahkan penyesuaian volume pasien setiap harinya, sehingga petugas rumah sakit diharapkan dapat memberikan asupan gizi pasien yang terstandarisasi food grade,” kata Heru.
Dalam menyediakan fasilitas dapur gizi, Perseroan bermitra dengan PT Mega Artha Makro (“MAM”) selaku produsen yang berfokus pada commercial kitchen equipment dengan produk yang telah memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Perseroan meyakini bahwa dengan kemampuan distribusi yang optimal dari IRRA serta kualitas barang hasil produksi MAM yang berkualitas tinggi namun dengan harga bersaing di pasar, kemitraan ini dipercaya dapat memberikan output yang holistik dalam penyediaan fasilitas gizi yang diperlukan oleh rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Indonesia secara umum.
Ia menegaskan bahwa dapur gizi harus menyediakan makanan bergizi bagi pasien yang kesehatannya perlu terjaga. Hal ini tentunya patut didukung oleh fasilitas dan peralatan yang memadai, higienis, serta memiliki standar food grade yang baik.
"Dalam pengerjaannya, kami melakukan seluruh proses produksi dari hulu ke hilir, mulai dari persiapan yaitu pengukuran, desain, dan tata letak, hingga pemasangan. Kami juga menyediakan pelatihan bagi para petugas rumah sakit untuk pengoperasionalan dapur gizi ini,” tegasnya.
Sementara itu, Spesialis Produksi PT Mega Artha Makro Djunaidi menuturkan, dapur gizi harus memiliki ruang penerimaan bahan-bahan mentah seperti sayur, buah, dan daging.
Area masak pun harus dibagi untuk masing-masing kebutuhan pasien dan terdapat area porsi untuk membagi makanan yang telah dimasak dalam jumlah banyak.
Tak hanya itu, harus terdapat pula ruangan untuk produk makanan yang akan didistribusikan kepada pasien.
"Untuk mencegah adanya kontaminasi pada makanan, area cuci dan penyimpanan alat masak dan makanan juga perlu dipisah,” tuturnya.
Belum lama ini, IRRA baru saja melakukan instalasi dapur gizi di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung (“RSHS”), salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Jawa Barat.
Memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian di Indonesia, RSHS memiliki reputasi dan kepercayaan masyarakat pada pelayanan dan fasilitas yang berikan.
Melalui kerjasama dengan RSHS, IRRA berharap dapat menjadi kontributor utama dalam mewujudkan visi rumah sakit melalui instalasi dapur gizi yang baik, sehingga kualitas pelayanan dan fasilitas dalam pengolahan pangan pasien, efisiensi operasional harian staf rumah sakit, dan kualitas hidup pasien di RSHS dapat meningkat.
Perseroan memahami bahwa tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran publik akan keperluan instalasi gizi dalam menopang kebutuhan pasien dan pekerja rumah sakit.
Oleh karena itu, RSHS diharapkan dapat menjadi inspirasi dan contoh baik bagi rumah sakit di Jawa Barat maupun di seluruh wilayah Indonesia untuk mendorong kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan terkait akan pentingnya fasilitas dapur gizi yang baik bagi pemenuhan gizi pasien dan efiesiensi operasional pekerja rumah sakit.
Kedepannya, IRRA akan terus memperbanyak dan memperluas jangkauan distribusi untuk instalasi dapur gizi, terlebih pada rumah sakit atau fasilitas kesehatan dengan fasilitas gizi yang rendah.
Editor : Alim Perdana