SURABAYA – Kemenkes RI dan Philips akan Memulai Pelaksanaan Penyediaan Cathlab Berteknologi Canggih, Memperluas Akses Layanan Kesehatan untuk Penyakit Jantung, Stroke, dan Kanker di 38 Provinsi di Indonesia
Dalam rangka mewujudkan langkah besar menuju transformasi layanan kesehatan, yang bertujuan untuk memperkuat jaringan pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Royal Philips yang merupakan pemimpin global di bidang teknologi kesehatan, mengumumkan rencana untuk menerapkan Cathlab canggih secara nasional, hari ini Rabu (30/7/2025), sebagai bagian dari perjanjian yang telah ditandatangani dalam proyek Strengthening Indonesia’s Healthcare Referral Network (SIHREN).
Perjanjian ini diperoleh melalui proses Lelang Internasional yang Kompetitif (ICB), dimana Philips baru-baru ini terpilih sebagai pemenang.
Dalam perjanjian jangka panjang multi-tahun ini, Philips akan menyediakan Cathlab canggih di seluruh provinsi, termasuk Indonesia Timur.
Inisiatif ini akan menghadirkan layanan perawatan minimal invasif bagi jutaan pasien jantung, stroke, dan kanker di Indonesia.
Kerja sama ini mencakup teknologi perawatan terkini, layanan perawatan alat, serta pelatihan untuk memperkuat infrastruktur kesehatan di Indonesia.
Dengan adanya kerja sama tersebut secara signifikan akan memperluas akses terhadap pengobatan minimal invasif di ratusan rumah sakit di 38 provinsi. Fasilitas Cathlab akan dihadirkan di seluruh Indonesia dengan penyesuaian terhadap infrastruktur masing-masing rumah sakit dan kebutuhan populasi pasien di setiap daerah.
Inisiatif kerjasama tersebut bertujuan untuk mentransformasi penanganan tiga penyakit penyebab kematian utama di Indonesia jantung, stroke, dan kanker, dengan memperluas akses layanan kesehatan yang berteknologi canggih di seluruh 38 provinsi, mulai dari Aceh hingga Papua.
Melalui kolaborasi ini, diproyeksikan jutaan pasien di berbagai wilayah di Indonesia akan mendapatkan manfaat nyata dalam akses layanan kesehatan dan perawatan yang berkualitas.
Tantangan dalam Memastikan Akses Layanan Kesehatan yang Merata
Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjamin akses layanan kesehatan yang merata.
Saat ini, Indonesia juga tengah menghadapi lonjakan penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker yang diperkirakan akan menimbulkan beban ekonomi sangat besar, mencapai USD 4,47 triliun. Namun, layanan kesehatan tingkat lanjut untuk penyakit-penyakit tersebut masih sangat terpusat di Pulau Jawa yang padat penduduk, sehingga banyak wilayah lain di Indonesia masih belum terlayani dengan baik.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal “Minimally Invasive Surgery” menunjukkan bahwa teknik bedah minimal invasif secara signifikan mengurangi rasa sakit pascaoperasi, waktu pemulihan, dan lama rawat inap dibandingkan dengan operasi terbuka konvensional.
Roy Jakobs, CEO Royal Philips, menyampaikan bahwa kedepannya pasien di Indonesia akan dapat memperoleh prosedur penyelamatan jiwa. Dan, untuk mengurangi beban pada sistem kesehatan, termasuk di Indonesia, memang dibutuhkan inovasi terbaik dalam infrastruktur dan layanan kesehatan.
“Kami merasa terhormat menjadi mitra pilihan Indonesia untuk menghadirkan inovasi kami, langsung ke tempat yang paling membutuhkan, demi memberikan layanan kesehatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Carla Goulart Peron, Chief Medical Officer di Philips, juga menjelaskan, bahwa perawatan minimal invasif benar-benar akan mengubah hidup pasien. Membuka peluang pengobatan yang dulunya tak terbayangkan.
Menurutnya, Cathlab akan menjadi terobosan besar dalam penanganan penyakit tidak menular di Indonesia. Mulai dari menghilangkan penyumbatan pemicu serangan jantung, menangani stroke, hingga menargetkan tumor kanker.
"Dengan sayatan kecil sering kali tak lebih besar dari ujung pensil pengobatan yang tepat sasaran, dapat memberikan masa rawat inap yang lebih singkat, komplikasi yang lebih sedikit, dan pemulihan yang lebih cepat,” ujarnya.
Jejak Philips di Indonesia
Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) adalah perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi yang bermakna. Inovasi Philips yang berpusat pada pasien dan manusia dengan memanfaatkan teknologi canggih, wawasan klinis konsumen yang mendalam untuk memberikan solusi kesehatan pribadi bagi konsumen dan solusi kesehatan profesional bagi penyedia layanan kesehatan dan pasien mereka baik di rumah sakit maupun di rumah.
Berkantor pusat di Belanda, perusahaan ini menjadi pemimpin dalam penggambaran diagnostik, ultrasound, terapi dengan panduan gambar, pemantauan dan informatika perusahaan, serta kesehatan pribadi. Philips menghasilkan penjualan pada tahun 2024 sebesar EUR 18 miliar dan mempekerjakan sekitar 67,800 karyawan dengan penjualan dan layanan di lebih dari 100 negara.
Philips memiliki jejak kehadiran yang kuat di Indonesia. Dengan lebih dari 3.900 karyawan yang tersebar di 12 kota, perusahaan asal Perancis mengoperasikan fasilitas manufaktur barang-barang personal health di Batam.
“Kami terus berkomitmen untuk mendukung transformasi kesehatan Indonesia dengan berbagai inovasi yang dirancang untuk meningkatkan kebutuhan pasien dan para tenaga kesehatan,” ujar Astri R. Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia.
Dan pada awal bulan ini, melalui Philips Foundation mereka juga telah meluncurkan kemitraan besar dengan World Child Cancer untuk meningkatkan deteksi dini kanker anak di seluruh Indonesia.
“Upaya bersama kami dengan pemerintah Indonesia bertujuan untuk menjembatani kesenjangan layanan kesehatan dan membawa kita selangkah lebih dekat menuju Indonesia Sehat,” pungkas Astri.
Editor : Amal Jaelani