Ra Ibong Dzurriyah Syaikhona Kholil Angkat Bicara Soal Polemik di PBNU

RH. Imron Amin, Tokoh Muda NU, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. foto: Ra Ibong/FJN.
RH. Imron Amin, Tokoh Muda NU, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. foto: Ra Ibong/FJN.

SURABAYA - Polemik yang terjadi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadi keprihatinan banyak pihak, salah satunya RH. Imron Amin atau biasa disapa Ra Ibong.

Sosok Ra Ibong ini bukan orang sembarangan, selain Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Madura, ia juga Dzurriyah Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan ia yang mewakili keluarga untuk menerima prosesi gelar pahlawan untuk Syaikhona Kholil langsung dari Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara.

Ra Ibong merasa prihatin dengan polemik yang terjadi antara pemimpin di PBNU. Menurutnya, hal ini sangat memalukan dan berimbas buruk pada NU sebagai jam'iyah besar yang didirikan oleh kiai-kiai besar yang alim dan zuhud seperti Syaikhona Kholil, Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, KH. As'ad Samsul Arifin, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri dan sejumlah musisi NU lainnya.

"Saya berharap polemik di PBNU ini agar segera dihentikan karena sudah mengarah ke konflik dan perpecahan," kata Ra Ibong, Rabu (26/11/2025).

Lora Ibong menilai polemik antara Syuriah dan Tanfidziah sudah mengarah kepada perpecahan. Sebab, kedua kubu saling menggalang dukungan di internal organisasi NU.

Hal itu bisa dilihat dari ketua umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf yang mengumpulkan para ketua PWNU se Indonesia untuk melakukan rapat koordinasi di Hotel Novotel Samator Surabaya pada 22 November 2025. Meski pun ketua PWNU yang hadir tidak sampai separuh dari jumlah PWNU yang ada.

Namun, pertemuan para ketua PWNU itu jelas untuk merespon rapat harian Syuriah yang merekomendasikan pemberhentian Gus Yahya sebagai Ketua umum PBNU pada 20 November 2025.

"Pihak yang sana juga mengumpulkan kiai untuk menggalang dukungan, pihak lain pun demikian. Kondisi ini tidak baik untuk organisasi," tutur Ra Ibong prihatin.

Ra Ibong mengajak semua pihak yang berpolemik saat ini untuk saling introspeksi. Ia berharap masing-masing pihak menurunkan ego. Jangan seperti yang terjadi selama ini, pemberhentian pengurus di PW dan PC sering terjadi bila dianggap tidak sejalan dengan PBNU.

Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini berharap NU kembali kepada cita-cita awal para pendirinya untuk mencerdaskan umat berlandaskan ahlussunah wal jamaah.

"Ada satu kalimat yang saya baca di salah satu buku yang mengulas tentang Gus Dur, bunyinya 'Mari kita jadi pemimpin yang selalu memikirkan dan mementingkan kemaslahatan umat'. Kalimat ini sangat melekat di benak saya dan saya kira patut direnungi oleh para pemimpin NU yang saat ini tengah berpolemik," pungkas Ra Ibong.

Editor : Diday Rosadi