TABANAN, BALI - Dalam rangka menyambut dan merayakan Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada 21 November 2025 Yayasan Jati Nusa Lestari hadir dan berpartisipasi dalam pameran seni kelompok “Liana Reverie: Vivid Colours”, yang diselenggarakan di Labyrinth Art Gallery, Nuanu Creative City, pada 8 November 2025 hingga 20 Januari 2026.
Sebagai lembaga yang berkomitmen pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan komunitas berkolaborasi, Hari Pohon Sedunia mereka rayakan sebagai sebuah momentum untuk ajakan bersama untuk masyarakat umum untuk menanam, merawat, dan menjaga pohon.
Pameran ini merupakan hasil kolaborasi dengan Philo Art Space, menghadirkan seni sebagai ruang dialog yang menghubungkan manusia dengan alam dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan visi “jati diri yang menyatu dengan alam”, yayasan ini mendorong kesadaran ekologis melalui berbagai inisiatif yang menggabungkan aspek sosial, budaya, dan seni.
Pembukaan pameran pada 8 November silam dihadiri oleh I Made Subagia, S.Pi., M.M., Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan, Bali.
Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa, kolaborasi ini lahir dari keyakinan bahwa seni mampu berperan sebagai media untuk membangun kesadaran sosial dan lingkungan.
"Melalui karya-karya yang ditampilkan, para seniman mengajak masyarakat untuk melihat kembali keterkaitan manusia dengan lingkungan hidup yang menopang keberadaannya," jelasnya.
Pameran “Liana Reverie: Vivid Colours” menampilkan karya dari 11 seniman. Diantaranya, Anthok S, Holy, I Ketut Putrayasa, I Nyoman Sujana Kenyem, Irena Adre Isabella, Made Gunawan, Moelyoto, Ni Komang Atmi Kristiadewi, Ni Wayan Sutariyani, Tatang B.Sp, dan Tommy F. Awuy, dengan pendekatan visual dan konseptual yang beragam.
Seni sebagai Gerakan Ekologis dan Spiritualitas
Setiap karya dalam pameran ini mengangkat tema hubungan antara manusia, alam, warna, dan kehidupan. Karya-karya tersebut menjadi bentuk refleksi visual atas kesadaran ekologis dan ajakan untuk menjaga bumi dengan penuh tanggung jawab.
Kegiatan seni ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi artistik, tetapi juga langkah konkret dalam mendukung keberlanjutan alam.
Para seniman membawa pendekatan visual dan konseptual yang beragam, namun berpijak pada satu benang merah: hubungan manusia dengan alam, warna, dan kehidupan.
Melalui warna-warna yang tajam dan medium alami, karya-karya ini menjadi refleksi visual akan pentingnya menjaga harmoni ekologis dan spiritual.
Judul “Liana Reverie” merujuk pada tanaman merambat tropis liana, yang dalam konteks pameran menjadi simbol keterhubungan dalam ekosistem. Seperti liana yang menyatukan pepohonan di hutan, pameran ini menghadirkan kisah keterjalinan antara manusia, alam, dan suatu tempat.
Dan, sebagian hasil dari pameran ini akan dialokasikan untuk mendukung program penghijauan Yayasan Jati Nusa Lestari yang berfokus pada penanaman pohon, pelestarian kawasan hijau, serta pemberdayaan masyarakat lokal agar turut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Nadya, Public Relations, Yayasan Jati Nusa Lestari juga menegaskan bahwa, pohon tidak hanya menyerap karbon, tetapi juga menyimpan memori ekologis menautkan air, tanah, dan keanekaragaman hayati.
"Melalui pameran ini, kami mengundang publik untuk memperluas makna “menanam”: menumbuhkan empati, menegakkan tanggung jawab, dan menanamkan kebiasaan kecil yang berdampak panjang bagi bumi. Kunjungan Anda ke pameran adalah bagian dari gerak kolektif tersebut," pungkas Nadya, Public Relations, Yayasan Jati Nusa Lestari.
Made Gunawan, salah satu seniman Philo Art Space disamping karya seni miliknya yang bertajuk
Jati: Simbol Spiritualitas dan Ketahanan
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tommy F. Awuy, sebagai Dewan Penasihat Yayasan Jati Nusa Lestari sekaligus pendiri Philo Art Space, menghadirkan dua karya berjudul Melasti, salah satunya Melasti #15 (Hutan Jati Uluwatu).
Melalui karya tersebut, Prof. Tommy mengeksplorasi spiritualitas ritual Melasti Bali yaitu sebuah proses penyucian diri, pikiran, dan jiwa, yang sekaligus menyoroti lanskap hutan jati sebagai ruang kontemplasi dan pemulihan batin.
Menurutnya, Jati dipilih bukan semata karena ketahanan kayunya, tetapi karena makna filosofisnya. Bahwa pohon Jati adalah pohon yang tumbuh perlahan, berakar dalam, dan memberi manfaat lintas generasi.
Dan, melalui seni dan alam memiliki hubungan yang sangat dekat. Keduanya mengajarkan tentang keseimbangan dan kesadaran.
"Melalui pameran ini, kami ingin menegaskan bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga kemanusiaan itu sendiri. Seni dapat menjadi ruang refleksi dan jembatan yang membantu kita memahami kembali makna keterhubungan dengan alam dan kehidupan,” ungkap Prof. Tommy, Kamis (20/11/2025).
Sementara itu, Tony Billiton, selaku Ketua Dewan Penasihat Yayasan Jati Nusa Lestari, menyampaikan bahwa kolaborasi ini mencerminkan semangat bersama untuk menjadikan seni sebagai bagian dari gerakan lingkungan.
Menurutnya, melalui seni, pesan tentang keberlanjutan dapat disampaikan dengan cara yang menyentuh dan inspiratif. Kolaborasi seperti ini menjadi bukti bahwa kreativitas dapat berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial dan ekologis.
“Kami percaya bahwa pelestarian lingkungan tidak hanya bergantung pada aksi lapangan, tetapi juga pada cara kita membangun kesadaran publik," tegasnya.
Pameran “Liana Reverie: Vivid Colours” bukan hanya kegiatan seni, tetapi juga gerakan yang mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi.
Melalui dialog antara seni dan alam, Yayasan Jati Nusa Lestari berharap kolaborasi ini dapat menumbuhkan empati, kepedulian, serta semangat untuk bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Penghijauan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan kualitas hidup manusia. Lebih dari sekadar kegiatan menanam pohon, penghijauan merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan manusia dengan alam serta menumbuhkan kembali kesadaran akan pentingnya keseimbangan hidup.
Di tengah perubahan iklim dan tekanan lingkungan yang semakin nyata, kolaborasi lintas bidang menjadi salah satu langkah penting dalam mendorong perubahan positif.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Nadya Adinda | Telp : +62 821-3673-0012
Editor : Amal Jaelani