SURABAYA - Immersif dan sarat makna budaya, Innofashion Show 7 hadir dengan tema “Illumine” sebagai panggung gemilang para desainer muda dari Textile and Fashion Design Petra Christian University (PCU) yang mengangkat kekayaan kain tradisional Indonesia dalam balutan inovasi modern.
Kain tradisional Indonesia yang kaya akan motif, warna, dan filosofi, kembali bersinar melalui interpretasi segar para mahasiswa PCU.
Di acara bertaraf nasional ini, mereka menampilkan karya eksplorasi material kreatif seperti pemanfaatan deadstock menjadi gaun pesta elegan, aksesori logam dengan desain unik, hingga busana multifungsi beragam gaya.
"Kami komitmen memberikan kebebasan eksplorasi bagi mahasiswa, memupuk growth mindset dan personal branding berintegritas sehingga nantinya bisa melahirkan brand khas yang kuat," kata Dibya Adipranata Hody, S.E., M.M., Dosen Pembimbing Innofashion Show 7.
Acara yang digelar sejak 16 hingga 20 Juli 2025 di Rotunda Lantai 3 Ciputra World Surabaya ini tidak hanya menggelar fashion show, tapi juga exhibition, workshop, kompetisi, dan talkshow.
Beberapa karya yang dipamerkan bahkan menggabungkan teknologi Artificial Intelligence (AI), menandai sinergi tradisi dan teknologi di era digital.
Beberapa koleksi karya para desainer muda yang mencuri perhatian, yakni Prisca Miracle Cokro mempersembahkan koleksi "Blossom of Heritage" yang mengangkat kain tenun Bugis dengan motif pucuk khas, dikemas dalam gaya modern untuk generasi Z.
"Busana ini tidak hanya merayakan identitas budaya, tapi juga semangat muda yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini," ujar Prisca.
Isabella Dea Rengelia hadir dengan "Endless", koleksi khusus perempuan petite yang menggunakan batik bledak remekan Solo.
"Desain ini dirancang agar perempuan petite percaya diri sambil memperkenalkan warisan budaya Indonesia secara elegan dan modern," tegas Dea.
Vina Marcellina mengambil upaya melestarikan kain lurik lewat koleksi blazer semi-formal "Luriqe: Heritage in Line" yang memadukan motif lurik kontemporer dan teknik patchwork dengan detail 3D, menghasilkan siluet berani namun tetap elegan.
Naomee Annetta Sidharta mengangkat isu industri fashion dengan pendekatan upcycling deadstock lewat koleksi “Metánoia: Shedding, Evolving, Becoming”, terinspirasi metamorfosis kupu-kupu sebagai simbol perubahan dan kebangkitan.
Jessica Dorothy Limanta menggabungkan perhiasan tangan dari UMKM lokal Sidoarjo “Nio El” dalam siluet avant-garde yang merefleksikan siklus kehidupan, kekuatan, dan keanggunan alam dalam karya “patung busana” uniknya.
Valen Hayley Handoko mengambil kain tenun endek Bali untuk koleksi avant garde yang modern dan elegan, menargetkan pengenalan budaya lokal ke pasar internasional melalui pengalaman magangnya di Thailand.
Erica Christian mengangkat isu overconsumption khususnya di kalangan Gen Z melalui koleksi modular “Silhouette & Sonata” yang menawarkan banyak opsi gaya dalam satu busana, hasil riset dan design thinking untuk mengurangi dampak buruk konsumsi berlebihan.
Innofashion Show 7 menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya tekstil Indonesia tidak hanya hidup, tapi terus berkembang dan memberi ruang inovasi para talenta muda demi masa depan industri fashion yang berkelanjutan dan berakar kuat pada identitas nasional.
Editor : Alim Perdana