SURABAYA - Bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-11, SIRCLO mengadakan acara SIRCLO Insights Webinar yang bertajuk “Reflecting on a Decade, Envisioning E-Commerce Synergies” pada Selasa (16/07).
Acara ini menghadirkan diskusi panel antara pemangku kepentingan dalam ranah e-commerce Indonesia, di antaranya Rifan Ardianto (Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia), Adrie R. Suhadi (Managing Director, NielsenIQ dan GfK Indonesia), dan Brian Marshal (Founder dan Chief Executive Officer, SIRCLO) untuk membekali para peserta dengan pemahaman mendalam tentang situasi e-commerce terkini serta potensi ke depannya.
Dalam acara ini, NielsenIQ, perusahaan yang bergerak di bidang pengukuran dan analisis data global, memaparkan data eksklusif terkait catatan pertumbuhan penjualan dalam pasar daring tumbuh 37% dari tahun 2022 ke 2023.
“Hasil riset kami menunjukkan bahwa responden memiliki beberapa alasan utama mengapa mereka memilih berbelanja online, yaitu harga lebih murah (79%), kemudahan dalam proses pembayaran (53%), dan daya tarik produk yang tersedia (52%). Kategori yang diminati pelanggan saat berbelanja online didominasi oleh Fashion, Cosmetic, Transportation, dan Travel. Data ini menggambarkan bagaimana belanja online memberikan banyak kemudahan dan ragam pilihan produk bagi konsumen,” ungkap Adrie R. Suhadi, Managing Director, NielsenIQ dan GfK Indonesia.
Meski proyeksi pertumbuhan terlihat menjanjikan, Brian Marshal (Founder dan Chief Executive Officer, SIRCLO) turut menyampaikan kendala yang seringkali dihadapi oleh para pelaku usaha.
Pertama, bagaimana memilah teknologi dan/atau tren yang harus diadopsi, karena begitu banyak kanal penjualan daring yang berpotensi dimanfaatkan.
Kedua, menentukan area yang selayaknya dikembangkan menggunakan kapabilitas internal atau membutuhkan dukungan mitra strategis karena keterbatasan sumber daya maupun keahlian.
"Ketiga, cara mengakuisisi data secara komprehensif sehingga mendapatkan wawasan yang mendukung strategi keberlanjutan bisnis,” jelasnya.
Dengan demikian, membangun sinergi dengan para pelaku dalam sektor e-commerce menjadi kunci untuk menjawab kendala yang ditemukan oleh pelaku usaha.
“Dari sisi pemerintah, kami berupaya menciptakan payung hukum untuk menunjang ekosistem Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) atau e-commerce yang sehat serta equal level of playing field. Tentu regulasi ini tidak bisa berjalan sendiri, dibutuhkan kolaborasi antara instansi pemerintah lainnya terkait penerapan undang-undang, penyedia e-commerce dan data, serta pengembang teknologi agar dapat membantu pelaku usaha semakin bergeliat,” tutup Rifan Ardianto, Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa, Kementerian Perdagangan RI.
Editor : Alim Perdana