Oleh: Ulul Albab
Ketua Bidang Litbang DPP AMPHURI
TULISAN ini adalah lanjutan logis dari artikel sebelumnya dalam rangka Kajian Strategis Menuju Mukernas AMPHURI 2025 yang membahas urgensi perubahan model bisnis PPIU-PIHK dalam era digital dan kompetisi global.
Baca juga: Model Bisnis Baru PPIU-PIHK, Saatnya Kita Ubah Cara Main di Era Digital dan Kompetisi Global
Dalam tulisan sebelumnya, telah ditegaskan bahwa zaman telah berubah. Yang tidak berubah adalah kewajiban kita untuk terus berubah. Dari cara melayani hingga cara membangun ekosistem yang relevan bagi jamaah dan pelaku usaha.
Kini, saatnya kita bicarakan hal yang lebih mendasar: bagaimana AMPHURI membiayai dirinya di masa depan? Apakah masih mengandalkan iuran anggota?
Ataukah mulai beralih ke model asosiasi modern yang hidup dari inovasi, kolaborasi, dan kontribusi berbasis nilai tambah?
Iuran Hari Ini: Legal, Wajar, Tapi Perlu Disiapkan Jalan Keluarnya
Saat ini, AMPHURI memiliki 768 anggota PPIU dan PIHK yang kepada mereka dibebankan kewajiban membayar iuran tahunan sebesar Rp2 juta per entitas.
Artinya, secara kasat mata, organisasi memiliki potensi dana hingga lebih Rp1,5 miliar per tahun. Ini tentu kontribusi yang luar biasa, sah dan legal menurut AD/ART organisasi.
Namun demikian, kita tak boleh menutup mata bahwa model ini mulai menemui keterbatasan. Iuran tahunan hanya cukup untuk operasional dasar. Tapi tidak cukup untuk membawa organisasi ini melompat dan memimpin di era digital yang menuntut kecepatan, efisiensi, dan kreativitas tanpa batas.
Artikel ini bukan dimaksudkan untuk mengajak anggota atau pengurus menghentikan iuran tahun ini. Justru sebaliknya, artikel ini mengimbau kepada semua anggota untuk menunaikan kewajibanya sebagai bentuk kepatuhan struktural.
Ayo kita rame-rame dengan senang hati membayar iuran tahunan. Namun, di Mukernas Yogyakarta 20 Juli 2025, kita perlu mulai membicarakan transisi cerdas menuju model pendanaan baru yang jauh lebih relevan.
Jurus Baru Tahun Depan: Bukan Wacana, Tapi Agenda
Gagasan “AMPHURI tanpa iuran” tentu tidak dimaksudkan sebagai pembangkangan terhadap kewajiban organisasi, apalagi sebagai pembatalan AD/ART.
Justru sebaliknya: gagasan ini adalah ajakan untuk menyiapkan transisi menuju fase baru, dimulai dari Mukernas 2025, dan diharapkan bisa dieksekusi mulai tahun depan.
Model baru ini membutuhkan keberanian, kesiapan sistem, serta partisipasi aktif seluruh anggota dan pengurus. Maka wajar jika gagasan ini diangkat sekarang, agar bisa dijadikan sebagai bahan renungan, diskusi, dan pengambilan keputusan strategis yang matang.
Strategi Pembiayaan Tanpa Iuran: Melejitkan AMPHURI
Pertanyaannya adalah: Bagaimana cara AMPHURI bisa hidup dan bahkan lebih berkembang tanpa iuran tahunan? Inilah jawabannya:
Baca juga: Skema Umrah Mandiri “Antara Kebebasan dan Ketidakadilan”
1. Komisi Marketplace Digital
AMPHURI bisa dan perlu mengembangkan platform marketplace resmi yang mempertemukan anggota (PPIU–PIHK) dengan berbagai penyedia layanan (visa, hotel, transportasi, manasik digital, city tour, dll). Dari setiap transaksi, AMPHURI menerima komisi kecil namun terakumulasi dalam jumlah besar.
2. Kemitraan Strategis
Dengan kekuatan kolektif anggota, AMPHURI dapat bermitra dengan bank syariah, asuransi perjalanan, platform digital, maskapai, dan penyedia layanan logistik. Kontrak kerja sama jangka panjang dapat menjadi sumber pendapatan tetap berbasis kontribusi non-iuran.
3. Unit Usaha dan Pelayanan Berbayar
AMPHURI bisa membentuk unit bisnis khusus (misalnya: pelatihan sertifikasi pembimbing, konsultan akreditasi, produksi konten edukatif digital, penerbitan, logistik jamaah, dsb).
Layanan ini, disamping bisa menopang finansial, sekaligus juga memperkuat peran strategis AMPHURI sebagai inkubator kualitas industri.
4. Partisipasi Aktif Anggota dalam Ekosistem
Anggota tidak diwajibkan membayar iuran, tetapi didorong untuk berkontribusi secara aktif dalam program dan aktivitas bernilai ekonomi, sehingga rasa memiliki terhadap asosiasi justru tumbuh lebih sehat dan kolaboratif.
Baca juga: Arah Baru RUU Perubahan UU Haji dan Umrah, Untuk Siapa dan Menuju ke Mana?
5. Transparansi dan Akuntabilitas
Sumber pendanaan baru ini perlu dikawal dengan sistem pelaporan dan audit terbuka. Kepercayaan adalah fondasi dari seluruh transformasi.
Momentum Mukernas: Siapkan Lompatan, Bukan Hanya Laporan
Mukernas 2025 harus menjadi momen lahirnya “AMPHURI Next Level.” Agenda perubahan tidak bisa dilakukan terburu-buru, apalagi sepihak. Tetapi juga tidak boleh ditunda-tunda.
Jika keputusan strategis bisa diambil dengan kesepahaman yang kuat di Yogyakarta nanti, maka tahun 2026 bisa menjadi tahun pertama AMPHURI resmi tanpa iuran anggota.
Tapi ingat!. ini bukan akhir dari perjuangan. Justru ini adalah awal dari fase kematangan organisasi, yang tidak lagi hidup dari iuran, tetapi hidup karena memberikan nilai. Hidup karena menjadi bagian dari solusi. Hidup karena ikut aktif berhidmat. Hidup karena menjadi kekuatan dalam melayani ibadah umat.
Yogyakarta sudah di depan mata. Mari jadikan Mukernas 2025 bukan hanya ajang musyawarah, tapi titik tolak ajang perubahan. Karena ketika kita berani berubah, insya Allah, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
Editor : Alim Perdana