Fenomena Iktikaf Kreatif Dengan Mendirikan Tenda di Masjid

Reporter : Ulul Albab
Jemaah membaca Al Quran saat beriktikaf diantara ratusan tenda yang didirikan di Masjid Raya Habiburahman, Bandung, Jawa Barat. Foto/Antara

DI sepuluh hari terakhir bulan yang penuh rahmat ini, umat Islam berlomba-lomba meningkatkan ibadah mereka, salah satunya dengan iktikaf—berdiam diri di dalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, belakangan ini muncul fenomena yang menarik dan unik: mendirikan tenda di masjid untuk melaksanakan iktikaf.

Fenomena ini menunjukkan adanya kreativitas umat Islam dalam mencari cara terbaik untuk memperbanyak ibadah, khususnya di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Baca juga: Setelah Ramadhan, Lalu Ngapain?

Salah satu contoh yang mencolok adalah Masjid Raya Habiburrohman di Bandung, Jawa Barat, yang dipenuhi tenda-tenda untuk memberikan ruang lebih bagi jamaah yang ingin melaksanakan iktikaf. Ini menunjukkan bagaimana umat Islam, meski dengan keterbatasan ruang, berusaha agar bisa lebih khusyuk dalam beribadah.

Menyimak Fenomena ini dalam Perspektif Ajaran dan Fiqih Islam

Fenomena mendirikan tenda di masjid ini memang tidak bisa dilepaskan dari aspek fiqih dan ajaran Islam. Dalam ajaran Islam, iktikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan cara berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Syarat utama untuk melaksanakan iktikaf adalah berdiam diri di masjid, dan tidak ada ketentuan khusus terkait bentuk fisik ruang tempat iktikaf, selama itu dilakukan di masjid.

Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama (Kemenag) RI, Arsad Hidayat, mendirikan tenda di area masjid adalah bentuk usaha untuk lebih mendekatkan diri kepada masjid dan meningkatkan ibadah. Tenda yang didirikan di dekat masjid dianggap sebagai bagian dari masjid itu sendiri.

Namun, perlu diingat bahwa dalam fiqih Islam, yang terpenting adalah niat iktikaf itu sendiri, yaitu untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya sekadar mencari kenyamanan fisik.

Tanggapan Berbagai Pihak

Fenomena ini memunculkan berbagai tanggapan di kalangan masyarakat dan ulama. Beberapa melihatnya sebagai bentuk kreativitas umat Islam dalam melaksanakan ibadah, apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi dan fasilitas di sekitar masjid.

Namun, ada pula yang mengingatkan agar umat Islam tidak mengorbankan kenyamanan jamaah lain. Tenda yang didirikan harus diperhatikan agar tidak mengganggu orang lain yang juga ingin melaksanakan ibadah, baik dari segi ruang maupun ketenangan.

Di sisi lain, Kemenag mengapresiasi niat jamaah yang ingin beriktikaf dengan serius. Arsad Hidayat menjelaskan bahwa mendirikan tenda di masjid adalah usaha untuk menjaga kemurnian ibadah dan meningkatkan semangat beribadah, khususnya di malam-malam yang penuh keberkahan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga niat yang ikhlas dan tidak terfokus pada aspek fisik atau kenyamanan pribadi semata.

Iktikaf Menurut Rasulullah SAW

Iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW sendiri, sebagaimana diriwayatkan oleh Siti Aisyah r.a., selalu memperbanyak ibadah dan beriktikaf di masjid selama sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Beliau bahkan mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya bahwa barang siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan penuh iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosanya akan diampuni.

Baca juga: Surat Cinta dari ICMI Buat Sahabat Seiman di Jelang Akhir Malam Bulan Ramadhan

Malam Lailatul Qadar, yang jatuh pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, menjadi malam yang lebih baik dari seribu bulan, dan itulah mengapa iktikaf sangat dianjurkan.

Bagi Rasulullah SAW, iktikaf adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih khusyuk, tanpa terganggu oleh urusan duniawi. Iktikaf bukan sekadar berdiam di masjid, tetapi juga melibatkan peningkatan kualitas ibadah, zikir, doa, dan refleksi diri.

Kiat Beriktikaf dengan Khusyuk dan Sesuai Ajaran Rasulullah

Mengingat Ramadhan segera berakhir, sangat penting bagi kita untuk memanfaatkan sepuluh hari terakhir ini dengan sebaik-baiknya, terutama dengan iktikaf.

Berikut adalah beberapa kiat agar iktikaf kita sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan dapat membawa keberkahan:

1. Niat yang Ikhlas – Iktikaf harus dilakukan dengan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai niat kita teralihkan oleh tujuan-tujuan duniawi seperti mencari kenyamanan fisik atau popularitas.

2. Fokus pada Ibadah – Iktikaf bukan hanya soal berdiam di masjid, tetapi juga meningkatkan kualitas ibadah. Perbanyak zikir, doa, dan baca Al-Qur'an. Gunakan waktu untuk merenung dan memperbaiki diri.

3. Menjaga Kenyamanan Jamaah Lain – Jika mendirikan tenda, pastikan bahwa tenda tersebut tidak mengganggu kenyamanan jamaah lain yang juga ingin beribadah. Perhatikan ruang dan waktu sehingga ibadah tetap khusyuk.

Baca juga: Menjelang Akhir Ramadhan, Apa yang Anda Rasakan?

4. Menghidupkan Malam – Seperti yang diajarkan Rasulullah, bangunlah untuk menghidupkan malam dengan ibadah. Manfaatkan malam-malam terakhir Ramadhan untuk memohon ampunan dan keberkahan dari Allah.

5. Jaga Kebersihan dan Keberkahan Masjid – Pastikan masjid tetap bersih dan nyaman bagi semua jamaah. Jaga adab dan tata tertib selama beribadah.

Jangan Sia-siakan Keberkahan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, dan sepuluh hari terakhir adalah kesempatan emas untuk meraih pembebasan dari api neraka oleh Allah SWT. Jangan sia-siakan malam-malam terakhir Ramadhan dengan berpangku tangan. Perbanyak ibadah, terutama dengan melaksanakan iktikaf dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk bisa beriktikaf dengan penuh khusyuk, mendapatkan Lailatul Qadar, dan memperoleh Rahmat, pengampunan serta jaminan dibebaskan dari api neraka oleh Allah SWT. Aamiin.

Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur, Ketua Litbang DPP AMPHURI,
Pembina Yayasan Masjid Subulussalam Sidoarjo.

 

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru