Rosululloh Mewariskan 2 Legasi, Lalu Apa Legasi yang Akan Kita Tinggalkan?

Reporter : Ulul Albab

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

SAATNYA sejak sekarang kita berpikir, apa yang akan kita tinggalkan setelah kita tiada? Apa yang akan dikenang dari diri kita? Dan lebih penting lagi, apa legasi yang akan kita wariskan bagi umat manusia di masa depan?

Baca juga: Pelajaran dan Inspirasi dari Surah Yusuf, Sinau Menghadapi Tantangan Zaman di Momen Ramadhan

Di dalam Surah Yasin, ayat 12, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami menulis apa yang telah mereka kerjakan dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan…” (QS. Yasin: 12)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan, sekecil apapun itu, pasti secara otomatis akan tercatat di sisi Allah.

Dan, kelak akan menjadi warisan atau jejak yang kita tinggalkan untuk dunia. Jejak itulah yang akan bertahan, bahkan setelah kita tiada. Pertanyaanya, apa yang akan kita wariskan sebagai legasi yang bermanfaat dan bernilai pahala yang terus mengalir?

Jejak Rasulullah: Dua Legasi Abadi

Rasulullah SAW meninggalkan dua legasi besar yang hingga kini masih menjadi petunjuk bagi umat Islam. yaitu: Al-Qur'an dan Sunnah.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya: Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Malik)

Kedua legasi ini bukan hanya sekadar warisan untuk dipahami, tapi juga untuk dipedomani, dilaksanakan dan diteruskan. Al-Qur’an dan Sunnah adalah jejak yang sangat jelas dan mulia. Kita harus mengikuti jejak itu, dan memastikan bahwa setiap langkah kita senantiasa mencerminkan petunjuk dan arahan Alqur’an dan Sunnah itu.

Rosulullah SAW telah mencontohkan dan mengajarkan bagaimana kita sangat perlu mewariskan legasi yang bernilai, bermanfat, dan tentu saja menginspirasi dunia untuk menjadi lebih baik. Karena itu menjadi penting bagi kita, siapapun kita, apalagi cendekiawan, untuk merencanakan legasi masing-masing.

Cendekiawan Muslim: Menulis untuk Mewariskan Kebaikan

Inilah tantangan terbesar bagi kita, terutama para cendekiawan Muslim. Kita berada di titik yang sangat strategis. Kita diberkahi dengan ilmu, dan dengan ilmu itu kita memiliki kemampuan untuk berdampak besar bagi umat manusia. Namun, seberapa banyak dari kita yang benar-benar meluangkan waktu untuk mewariskan ilmu tersebut?

Buku adalah jejak abadi yang tak akan hilang seiring berjalannya waktu. Seperti yang dilakukan oleh para pemikir besar di masa lalu: Imam Al-Ghazali dengan Ihya Ulumuddin, Ibnu Sina dengan Al-Qanun fi al-Tibb, dan banyak lainnya. Mereka menulis untuk memberikan manfaat yang tak hanya relevan di zaman mereka, tetapi juga di zaman kita, bahkan untuk generasi yang belum lahir.

Menulis bukan hanya milik cendekiawan Islam saja. Banyak tokoh dunia, dari Mahatma Gandhi hingga Albert Einstein, yang legasinya bertahan karena karya-karya tulis mereka. Karya tulis adalah cara kita menanamkan pemikiran dan ide untuk dunia yang lebih baik.

Baca juga: Fenomena Ramadhan Merubah Dunia, Merubah Kita Menjadi Lebih Baik

Begitu juga dengan kita, cendekiawan Muslim masa kini, apakah kita akan membiarkan ilmu kita menghilang begitu saja, ataukah kita akan menuliskannya agar bisa bermanfaat lebih lama?

Saatnya Menulis, Saatnya Mewariskan Ilmu

Jika kita berpikir tentang legasi yang kita tinggalkan, menulis adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa jejak kita tetap ada setelah kita tiada. Menulis bukan hanya tentang menulis buku. Tetapi menulis adalah tentang menyampaikan ide-ide besar yang kita miliki untuk dunia yang lebih baik.

Cendekiawan Muslim sudah semestinya meluangkan waktu untuk menulis. Menulis—setiap hari. Tidak perlu langsung menulis buku tebal. Kita bisa memulai dengan artikel, esai, atau sekadar catatan pemikiran yang bisa dibaca oleh banyak orang.

Tulis apa yang kita pikirkan, tulis apa yang kita rasakan, dan yang paling penting, tulis solusi atas masalah yang kita hadapi. Karya kita bisa jadi jejak yang menginspirasi bagi orang lain.

Bayangkan saja, jika setiap cendekiawan Muslim meluangkan waktu setiap hari untuk menulis, bagaimana dunia ini akan dipenuhi dengan pemikiran yang kaya, yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, yang membawa pencerahan bagi umat manusia.

Menulis untuk Mengubah Dunia

Baca juga: Teknologi dan Puasa, Menjaga Fokus di Era Digital

Karya tulis adalah salah satu warisan yang tak akan lekang oleh waktu. Bahkan jika kita tiada, tulisan kita akan terus berbicara. Maka, marilah kita terus menulis. Setiap halaman yang kita buat adalah jejak yang kita tinggalkan, dan mungkin, buku yang kita tulis akan menjadi petunjuk bagi orang lain yang sedang mencari arah.

Mewariskan ilmu dalam bentuk tulisan bukan hanya untuk kita, tetapi untuk dunia yang lebih baik. Dunia yang penuh dengan tantangan, namun juga penuh dengan peluang untuk memperbaiki keadaan, mengatasi permasalahan, dan memberikan solusi. Melalui tulisan, kita bisa menjadi bagian dari perubahan besar.

Mewujudkan Legasi Melalui Menulis

Jadi, apa yang akan kita tinggalkan? Apa jejak yang kita ukir? Bukan hanya amal yang tercatat, tetapi ilmu dan gagasan yang kita tulis, yang bisa menginspirasi orang lain dan memberikan manfaat di sepanjang masa.

Para cendekiawan Muslim, waktunya untuk berkarya, untuk menulis, untuk meninggalkan jejak yang bermanfaat. Jangan menunggu waktu yang sempurna. Mulailah menginstiqomahkan menulis sejak sekarang. Tulislah ide-ide besar yang kita miliki, dan biarkan dunia menikmati manfaatnya.

Menulis adalah cara kita mewariskan legasi. Legasi yang tidak hanya dikenal dalam satu generasi, tetapi sepanjang masa.

 

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru