Berjalan Bukan Hanya Menyehatkan Tapi Juga Bisa Bernilai Ibadah

Warga berolahraga di kota Surabaya. Foto: Ali Masduki/Ayojatim
Warga berolahraga di kota Surabaya. Foto: Ali Masduki/Ayojatim

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

JALAN-jalan pagi adalah rutinitas banyak orang untuk berbagai tujuan. Ada yang ingin menyegarkan pikiran, menyehatkan tubuh, meluaskan rezeki, memperpanjang usia, membahagiakan diri sepanjang hari, atau menambah teman serta wawasan. Saya memahami betul hal itu.

Bahkan jalan-jalan bisa bernilai ibadah. Emang bisa? Bisa banget. Tergantung niat dan apa yang kita lakukan selama berjalan.

Berjalan: Gerak Tubuh, Gerak Jiwa

Setiap kali berjalan, sesungguhnya tubuh kita sedang melakukan harmoni yang luar biasa. Kaki bergantian melangkah, tidak berebut, tidak saling mendahului. Tangan berayun selaras, bersilang dengan kaki antara kanan dan kiri. Semuanya bekerja dalam koordinasi yang sempurna, tanpa perlu diperintah oleh pikiran.

Itu pelajaran kepemimpinan yang luar biasa: keseimbangan, sinergi, dan ritme. Tubuh kita adalah contoh terbaik tentang kerja sama tanpa ego. Tidak ada kaki yang sombong ingin terus di depan.

Semua bergantian. Indah, bukan? Namun yang paling saya syukuri, ada kebiasaan kecil yang tumbuh tanpa saya sadari.

Setiap kali berjalan, bibir dan hati saya spontan berzikir lirih: “Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim.”

Mungkin ini terbawa dari kebiasaan mendampingi jamaah umrah saat sa’i dan thawaf di Tanah Suci. Wallahu a‘lam. Tapi yang pasti, berdzikir dan bertasbih saat berjalan membuat langkah terasa ringan, hati lapang, dan pikiran terang.

Jalan-Jalan yang Bernilai Ibadah

Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bahwa setiap langkah menuju kebaikan adalah ibadah. Dalam hadis riwayat Muslim, beliau bersabda: “Setiap langkah yang engkau ayunkan menuju masjid akan dicatat sebagai satu kebaikan dan menghapus satu keburukan.” (HR. Muslim)

Bayangkan: hanya dengan berjalan, asal tujuannya baik dan niatnya benar, sudah bernilai pahala. Maka, bagaimana jika kita niatkan jalan-jalan pagi bukan sekadar olahraga, tetapi juga berdzikir, bertafakkur, dan bersyukur? Itulah “jalan-jalan spiritual”: langkah ringan menuju keseimbangan jasmani, ruhani, dan akal.

Yuk kita jadikan ayat berikut ini sabagai inspirasi saat jalan-jalan pagi: "Wahai orang-orang yang beriman! Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang." (QS. Al-Ahzab [33]: 41–42)

Dari Perspektif Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an, perintah “berjalan” sering kali muncul dengan makna mendalam. “Katakanlah: Berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan...” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 20)

Ayat ini menunjukkan bahwa berjalan di bumi bukan sekadar aktivitas fisik, tapi proses belajar dan merenung. Pesannya adalah bahwa berjalan itu harus membuka mata dan hati, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan memperluas pemahaman tentang ciptaan Allah.

Dengan berjalan, manusia diajak keluar dari stagnasi. Ia belajar dari alam, dari orang lain, dari perubahan musim dan arah angin. Seolah kita diperintah: “Kalau kamu ingin menjadi bijak, jangan hanya duduk. Berjalanlah.”

Kajian Ilmiah: Berjalan Adalah Obat

Bagaimana perspektif ilmiah? Dalam dunia medis, berjalan adalah terapi sederhana yang luar biasa. Penelitian Harvard Medical School (2019) menyebutkan bahwa berjalan 30 menit setiap hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 35%, diabetes 30%, dan depresi hingga 47%. Berjalan juga meningkatkan fungsi otak, mengatur tekanan darah, dan memperbaiki kualitas tidur.

Secara psikologis, berjalan menstimulasi hormon endorphin, yaitu hormon kebahagiaan, yang menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Tak heran banyak profesional besar menjadikan “walking meeting” sebagai tradisi kreatif: ide-ide cemerlang sering lahir saat berjalan.

Bagaimana ditinjau dari perspektif sosial ekonomi? Ternyata berjalan juga memperkuat relasi sosial. Ketika kita berjalan di taman, trotoar, atau jalur olahraga, kita sering menyapa, tersenyum, atau menolong sesama. Gerak kecil tapi bermakna besar: membangun empati dan rasa kebersamaan.

Dalam konteks ekonomi, jalan-jalan menciptakan perputaran. Dari penjual minuman, pedagang kecil, sampai petugas kebersihan, semua ikut menikmati berkah pergerakan manusia.

Setiap langkah menciptakan denyut ekonomi. Karena itu jika kita jalan-jalan di tempat favorit jangan lupa bawa uang saku untuk berbagi rizki. Kita beroleh berkah dari membeli dagangan yang dijajakan diseputar arena. Berkah spiritual juga berkah kemanusiaan.

Jalan-Jalan yang Bernilai Kuliah dan Bekerja

Saya sering menemukan inspirasi saat berjalan. Kadang pikiran saya menembus teori, mengurai konsep, bahkan merumuskan strategi kerja. Selesai jalan-jalan, ide baru muncul. Dan sungguh, itu yang sering sekali saya alami. Mungkin karena saat berjalan, otak kanan dan kiri bekerja seimbang.

Itulah mengapa berjalan bisa bernilai kuliah (proses belajar), bekerja (proses produktif), dan ibadah (proses spiritual). Tiga nilai dalam satu gerakan sederhana.

 

Editor : Alim Perdana