Jejak Ruang Hidup Tradisi Majapahit: Pesta Budaya Rakyat di Omah Bapak Trawas Dalam Rangka 80th Hari Jadi Jawa Timur

Omah Bapak Trawas gelar Pesta Budaya Rakyat, dalam rangka HUT JATIM ke 80th. Foto: Omah Bapak - Jungle Hospitality Management
Omah Bapak Trawas gelar Pesta Budaya Rakyat, dalam rangka HUT JATIM ke 80th. Foto: Omah Bapak - Jungle Hospitality Management

MOJOKERTO - Merayakan Ulang Tahun Jatim yang ke-80 tahun, Omah Bapak di bawah manajemen Jungle Hospitality Management menggelar sebuah acara budaya yang dikemas dengan Pesta Budaya Rakyat, dalam rangka untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal melalui pertunjukan seni tradisional dan bazar budaya, pada Sabtu, 11 Oktober 2025.

Trawas, Mojokerto, merupakan sebuah daerah yang berada di kaki Gunung Penanggungan, memang memiliki pesona budaya yang kaya. Gunung Penanggungansejak sejak dahulu memang dikenal sebagai sebuah situs spiritual sejak zaman kerajaan Majapahit. Gunung yang juga dikenal sebagai Gunung Pawitra ini telah menyimpan beragam sejarah masa lalu.

Acara yang dikonsep dengan Pesta Budaya Rakyat tersebut menyuguhkan berbagai pertunjukan yang mengusung konsep kearifan lokal.

Para pengunjung yang hadir, malam itu dimanjakan dengan suguhan tra8 tradisional oleh para seniman lokal, salah satunya adalah Tari Topeng Majapahit. Tarian yang tidak hanya indah, namun juga seolah menjadi ruang komunikasi lintas zaman dengan latar belakang kisah leluhur, sejarah panjang peradaban.

Gerakan para penari malam itu mengalir selaras dengan musik gamelan, dengan semilir desir angin gunung, bener-bener mampu menghidupkan sebuah dimensi spiritual yang menarik.

Selain itu, munculnya Tari Sura Siyaga dan Tari Remo, yang memperlihatkan sebuah energiyang berbeda. Sebuah semangat budaya Jawa Timur yang kuat.

Para penari Remo saat tampil di acara pesta Budaya Rakyat di Omah Bapak Trawas. Para penari Remo saat tampil di acara pesta Budaya Rakyat di Omah Bapak Trawas.

Pertunjukan dan atraksi dari para pendekar Pencak Silat juga turut membuat para tamu antusias menikmati suguhan budaya sambil menikmati suguhan kuliner tradisional.

"Ini sebuah pertunjukan yang menarik, sekaligus menjadi sebuah momentum kami belajar bagaimana budaya Jawa Timur yang sebenarnya," ungkap Syahnaz, Mahasiswi asal Surabaya, yang memang sengaja datang ke Trawas untuk pertunjukan tersebut.

Tak hanya itu, Omah Bapak juga menyuguhkan sebuah pertunjukan budaya Bantengan. Dimana pertunjukan ini merupakan simbol keberanian dan kekuatan masyarakat setempat. Bahkan, sorak penonton membahana, sepanjang Bantengan berlangsung.

"Bantengan memang sebuah menjadi salah satu identitas budaya kami, karena ini merupakan warisan tradisi dan budaya leluhur kaki disini, dan kami bertanggung jawab untuk melestarikannya," ungkap Bagas, yang merupakan warga lokal Trawas.

Nuansa musik gamelan dati karawitan Mahesa Sura, mengalun dengan sangat eksotis. Musik tradisional klasik seakan terus membawa para tamu yang hadir melewati suasana nostalgia ke dimensi masa lalu yang otentik.

Namun, tak hanya pertunjukan, Bazaar Djadoel juga disediakan oleh Omah Bapak sebagai sebuah suguhan bagi siapapun yang hadir. Ada jamu tradisional, makanan tempo dulu, serta juga berbagai hasil karya para seniman lokal seperti, batik dan wastra khas dari Wastra Kencana.

Semua elemen tersebut menyatu jadi sebuah harmoni budaya yang hangat dan membuat siapa saja serasa menikmati kehidupan tradisi yang masih sangat hidup.

Tim dari Omah Bapak Trawas - Jungle Hospitality Management Tim dari Omah Bapak Trawas - Jungle Hospitality Management

Keseruan acara di Omah Bapak ini juga tidak lepas dari dukungan komunitas seni lokal dan berbagai pihak. Pasar Keramat yang menghadirkan nuansa budaya pasar tradisional, Karawitan Mahesa Sura dengan musik tradisional Jawa, Sanggar Tari Wastra Kencana yang menyuguhkan tarian adat, serta Perguruan Silat & Seni Bantengan Putra Raja Gumarang yang menampilkan seni bela diri dan pertunjukan bantengan, semua bekerja sama untuk menyajikan pengalaman budaya yang kaya dan berkesan.

Omahe Bapak Trawas bukan cuma situs budaya, tapi seolah menjadi sebuah ekosistem, dan ruang hidup yang detak nadinya terus mengalun bersama waktu, mengajak kita semua untuk mencintai dan melestarikan kekayaan Majapahit yang penuh sejarah dan pesona.

Editor : Amal Jaelani