Disbun Jatim: IHT ciptakan mata rantai ekonomi luas, dari perdesaan hingga industri Besar

avatar ayojatim.com
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur

AYOJatim.com – Tembakau sejak lama menjadi salah satu komoditas dagang utama di Indonesia. Di Jawa Timur, tanaman ini bukan sekadar hasil perkebunan, melainkan pilar ekonomi yang menyerap jutaan tenaga kerja sekaligus menopang pendapatan keluarga di pedesaan.

Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA, menegaskan bahwa peran strategis Industri Hasil Tembakau (IHT) menjadikan Jawa Timur sebagai pusat ekosistem tembakau nasional. Mulai dari budidaya, panen, pengolahan, hingga distribusi, seluruh rantai ekonomi tembakau menciptakan lapangan kerja yang luas dan bersifat padat karya.

“IHT bukan hanya soal produksi rokok. Ada jutaan petani, buruh tani, pekerja pabrik, pedagang, hingga tenaga distribusi yang menggantungkan hidup pada tembakau. Rantai ekonomi ini yang menjadikan tembakau komoditas strategis bagi Jawa Timur dan Indonesia,” ujar Dydik Jumat, (05/09/2025).


Jatim kata Dydyik, dikenal sebagai penghasil tujuh varietas unggulan, antara lain Besuki Na Oogst (BNO) dari Jember dan Bondowoso yang menjadi komoditas ekspor cerutu kelas dunia, Virginia dan Kasturi dari Madura serta Situbondo, hingga White Burley dari Lumajang yang digunakan industri sigaret putih mesin (SPM).

Keragaman varietas inilah yang menjadikan Jatim sebagai episentrum tembakau nasional sekaligus pemasok utama bagi industri rokok kretek maupun cerutu internasional.

Industri Hasil Tembakau tercatat menyerap jutaan tenaga kerja di Indonesia, dengan konsentrasi terbesar di Jawa Timur. Sebagian besar adalah petani tembakau beserta keluarganya, ditambah buruh pabrik rokok dan pekerja di sektor distribusi.

Dydik menyebut, karakter padat karya pada industri ini menjadikan IHT berperan ganda,menjaga keberlangsungan ekonomi perdesaan sekaligus memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan negara melalui cukai.

“Sektor tembakau adalah salah satu penggerak utama ekonomi Jatim. Ia mampu menopang jutaan keluarga, memberi efek berganda pada perdagangan, transportasi, hingga jasa keuangan. Tanpa tembakau, ekonomi desa di banyak daerah akan kehilangan napasnya,” tegasnya.

Meski strategis, industri tembakau tidak lepas dari tantangan, mulai dari fluktuasi harga, perubahan iklim, hingga dinamika regulasi di tingkat nasional. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus memperkuat strategi pengembangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) bagi peningkatan kesejahteraan petani.

Langkah yang dilakukan mencakup pembangunan infrastruktur pertanian, penyediaan benih unggul dan pupuk tepat guna, serta pelatihan budidaya berkelanjutan. Disbun Jatim juga mendorong kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk membuka peluang diversifikasi produk tembakau, termasuk riset pemanfaatan tembakau untuk sektor farmasi dan kesehatan.

Menurut Dydik, keberlangsungan tembakau harus ditempatkan dalam kerangka keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Petani tembakau harus punya akses teknologi, kepastian harga, dan perlindungan dari praktik yang merugikan. Dengan dukungan semua pihak, tembakau Jatim tidak hanya akan bertahan, tapi juga menjadi komoditas dengan nilai tambah lebih tinggi,” pungkasnya.

Dengan peranannya yang menyerap tenaga kerja besar dan menopang pendapatan jutaan keluarga, tembakau di Jawa Timur bukan sekadar komoditas dagang, melainkan urat nadi ekonomi perdesaan dan industri nasional.

Editor : Alim Perdana