SURABAYA - Rangkaian peringatan Kemerdekaan RI ke-80 di Jawa Timur yang dipusatkan di Gedung Negara Grahadi telah usai. Namun ada sejumlah momen menarik tersisa.
Sebuah momen yang mencuri perhatian publik. Usai upacara penurunan bendera pada 17 Agustus 2025, Senator cantik asal Jawa Timur, Lia Istifhama, tampak berjalan beriringan dengan adik sepupunya, Jalaluddin Mannagalli.
Menggunakan baju tradisi Jawa lengkap dengan beskapnya, Jalal mengajak Lia Istifhama dan bercerita tentang suasana kemerdekaan.
Lalu, keduanya terlihat akrab dan berjalan beriringan menuju arena paduan suara depan Grahadi. Tampak hangat dan penuh nuansa persaudaraan.
Lia Istifhama, yang akrab disapa Ning Lia, tampak penuh kehangatan berjalan dengan sang adik keponakan Jalal sapaan akrab Jalaluddin Mannagalli, putra kedua Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Jalal merupakan lulusan pascasarjana universitas terbaik dunia, Peking University, Tiongkok. Di sela-sela upacara juga demikian, Jalal penuh senyum dan rendah hati.
Bagi Ning Lia, keakraban itu bukanlah basa-basi di depan publik. Ia mengaku telah mengenal dekat sosok Jalal sejak kecil, bahkan memanggilnya dengan sapaan akrab “Baso”.
“Baso itu anak yang sangat ramah, down to earth, baik hati, dan santun. Tipe pribadi yang selalu mengingat kebaikan orang lain. Saya percaya, dengan karakter dan kecerdasannya,” tutur Ning Lia dengan mata berbinar, mengenang perjalanan adeinya itu.
Jalal sendiri dikenal bukan hanya unggul dalam akademik, tetapi juga aktif dalam berbagai forum internasional. Dengan fasih ia menggunakan bahasa asing, menyampaikan gagasan tentang ekonomi dan pembangunan yang menginspirasi.
Baginya, menuntut ilmu ke luar negeri bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang membawa pulang pengalaman berharga untuk Indonesia.
Kebanggaan Ning Lia pun terasa tulus. Baginya, keberhasilan Baso adalah bukti generasi muda Indonesia bisa sejajar dengan bangsa lain, tanpa meninggalkan akar budaya dan moralitas.
“Dia bukan hanya sosok yang cerdas, tetapi juga tetap menjaga kesantunan dan nilai-nilai luhur. Itu yang membuatnya spesial. Saya berharap Baso bisa menjadi inspirasi generasi muda Indonesia, untuk berani menuntut ilmu hingga ke mancanegara namun tetap menjunjung tinggi moral dan kebaikan hati,” harap Ning Lia.
Di balik gemerlap panggung upacara kenegaraan, kisah sederhana penuh kasih sayang antara kakak dan adik keponakan ini menghadirkan pesan mendalam.
“Keberhasilan bukan hanya soal prestasi, tetapi juga tentang karakter, kerendahan hati, dan semangat berbagi kebaikan,” pungkasnya.
Editor : Diday Rosadi