Pengmas Fakultas Farmasi Unair Berdayakan Masyarakat Kampak melalui Pelatihan TOGA

Pelatihan dan penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang diselenggarakan pada 1-2 Agustus 2025. Foto/Ayojatim
Pelatihan dan penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang diselenggarakan pada 1-2 Agustus 2025. Foto/Ayojatim

TRENGGALEK - Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek, menjadi tuan rumah pelatihan dan penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang diselenggarakan pada 1-2 Agustus 2025.

Kerja sama antara Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) dan Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (PC IAI) Kabupaten Trenggalek ini bertujuan memberdayakan masyarakat setempat melalui pemanfaatan TOGA untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian.

Program yang diberi judul "Pembuatan dan Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sebagai Solusi Kesehatan Mandiri Bagi Masyarakat di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek" ini menekankan pentingnya kearifan lokal dalam menjaga kesehatan.

Kegiatan ini diikuti oleh para kader PKK dan penggiat TOGA Desa Ngadimulyo. Turut hadir tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Farmasi Unair, perwakilan PC IAI Trenggalek, Sekretaris Desa Kampak, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.

Kehadiran berbagai pihak ini menunjukkan komitmen bersama untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat berbasis TOGA.

Dr. apt. Neny Purwitasari, S.Farm., M.Sc., ketua tim pengabdian masyarakat dari Unair, mengatakan bahwa TOGA bukan sekadar tanaman, melainkan warisan budaya yang kaya manfaat.

"Tujuan kami adalah agar masyarakat tidak hanya mengenal, tetapi juga mampu mengolah dan memanfaatkan TOGA untuk meningkatkan kesehatan mereka," terangnya.

Parli, Sekretaris Desa Kampak yang mewakili Kepala Desa, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif ini. Beliau melihat potensi besar TOGA untuk meningkatkan kesejahteraan warga.

"Tanaman seperti kelor, misalnya, sangat mudah dibudidayakan, namun pemanfaatannya masih terbatas. Padahal, manfaatnya untuk kesehatan sangat banyak, bukan hanya sebatas kepercayaan tradisional," ujarnya.

Materi pelatihan meliputi khasiat TOGA untuk berbagai penyakit, seperti hipertensi, diabetes, dan osteoartritis.

Prof. Dr. apt. Wiwied Ekasari, M.Si., guru besar Fakultas Farmasi Unair, menyampaikan materi ini dengan menekankan pentingnya pengetahuan dan kehati-hatian dalam penggunaan TOGA.

"Beberapa tanaman mengandung senyawa yang bisa berbahaya jika tidak diolah dengan tepat," jelasnya.

apt. Esty Indah Puspitasari, S.Farm., Sekretaris 2 PC IAI Trenggalek, memberikan wawasan penting tentang prosedur pendaftaran PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) untuk mendukung pengembangan produk olahan TOGA secara legal dan berkelanjutan.

Hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil menengah (UKM) berbasis TOGA.

Praktik langsung pembuatan Teh Daun Kelor dan Teh Bunga Telang menjadi bagian penting dari pelatihan. Peserta belajar mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan produk.

Selain itu, Tim Pengmas Unair juga menyelenggarakan permainan edukatif dan menyediakan "Pojok Literasi Herbal" di perpustakaan desa sebagai pusat informasi dan edukasi tentang TOGA.

Penanaman berbagai jenis TOGA di area desa semakin memperkuat komitmen untuk melestarikan dan memanfaatkan kekayaan alam ini.

Ibu Karmini, salah satu peserta pelatihan, mengungkapkan rasa syukurnya. "Kami sangat berterima kasih atas kesempatan ini. Kami tidak hanya belajar membuat produk TOGA, tetapi juga bagaimana memasarkannya. Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan," harapnya.

Program ini diharapkan berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 1 (tanpa kemiskinan) dan poin 3 (kesehatan dan kesejahteraan) melalui peningkatan kesehatan dan perekonomian masyarakat, serta poin 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan) melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak.

Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat dipadukan dengan pengetahuan modern untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.

Editor : Alim Perdana