TULUNGAGUNG – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menunjukkan komitmennya terhadap pemerataan akses pendidikan dengan menjemput langsung Maitasya Rohmatul Ula, calon mahasiswa baru (maba) penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) di Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (28/6).
Maitasya, yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang meraih pendidikan tinggi.
Penjemputan ini merupakan bentuk apresiasi ITS atas perjuangan Maitasya yang berhasil lolos di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya.
“Semangat dan tekad Maitasya patut dihargai. Ini adalah wujud nyata dukungan ITS terhadap pendidikan inklusif," ungkap Dr. techn Ir. Raden Venantius Hari Ginardi MSc, Kepala Departemen Teknologi Informasi ITS.
Maitasya, putri pasangan petani Suraji dan ibu rumah tangga Anis Farida, merupakan satu-satunya calon mahasiswa penerima beasiswa KIP-K dari Departemen Teknologi Informasi ITS yang lolos SNBP. Ia mengungkapkan keinginan kuatnya untuk kuliah tanpa membebani orang tuanya.
“Saya ingin melanjutkan kuliah, tapi kondisi ekonomi orang tua tidak mendukung, jadi saya berusaha mencari jalan sendiri,” ujar Maitasya, sulung dari tiga bersaudara ini.
Perjuangan Maitasya tidak mudah. Keterbatasan akses informasi di daerahnya menjadi tantangan terbesar dalam proses pendaftaran.
“Meski begitu, saya tetap semangat karena dukungan guru dan keluarga,” tambahnya.
Keluarga Maitasya tinggal menumpang dan ia harus menempuh perjalanan jauh setiap hari ke sekolah. Namun, keterbatasan ini tak menyurutkan semangatnya untuk berprestasi.
Dengan diterima di ITS, Maitasya berharap dapat memaksimalkan potensinya. Ia juga berpesan kepada calon mahasiswa lain, “Harus percaya bahwa usaha yang sungguh-sungguh pasti akan menemukan jalannya.”
ITS menegaskan perannya dalam mendukung pendidikan inklusif, merata, dan berkualitas, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4 (Pendidikan Berkualitas) dan 10 (Berkurangnya Kesenjangan).
Penjemputan ini bukan sekadar simbol kepedulian, tetapi langkah nyata untuk kesetaraan akses pendidikan tinggi.
Hari berharap program serupa dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa dari berbagai daerah.
“ITS berkomitmen menjadi ruang tumbuh bagi siapa pun yang ingin menggapai mimpi. Kami percaya pendidikan yang setara dapat membawa perubahan,” tutup Hari.
Editor : Alim Perdana