JAWA TIMUR, salah satu provinsi terbesar di Indonesia, tidak hanya kaya akan budaya dan sejarah, tetapi juga memiliki keragaman bahasa yang menarik. Bahasa Jawa, sebagai bahasa utama di wilayah ini, memiliki berbagai dialek yang mencerminkan kekhasan masing-masing daerah.
Salah satu yang paling menonjol adalah bahasa Arekan, yang dikenal sebagai bahasa Jawa paling kasar di Jawa Timur. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang bahasa Arekan dan keragaman dialek bahasa Jawa di Jawa Timur.
Bahasa Arekan: Kekasaran yang Menjadi Identitas
Bahasa Arekan adalah dialek bahasa Jawa yang digunakan di beberapa wilayah di Jawa Timur, seperti Malang, Surabaya, Pasuruan, Jombang, dan Mojokerto. Dialek ini sering dianggap kasar oleh penutur bahasa Jawa dari wilayah lain, terutama dari daerah Mataraman seperti Yogyakarta dan Solo.
Kekasaran itu terlihat dari penggunaan kata-kata umpatan seperti "jancuk" dan "jangrik" yang sering diucapkan dalam nada rendah atau sambil tertawa. Meskipun terdengar kasar bagi sebagian orang, bagi penutur bahasa Arekan, kata-kata ini justru menjadi bagian dari identitas dan kebanggaan mereka.
Kekhasan bahasa Arekan tidak hanya terletak pada kosakatanya, tetapi juga pada struktur dan pengucapannya. Bahasa Jawa di Jawa Timur, termasuk bahasa Arekan, memiliki gugusan konsonan yang sulit diucapkan bagi mereka yang tidak terbiasa.
Contohnya adalah kata-kata seperti "mbranjang", "ndredeg", "njrantal", dan "nggronjal". Gugusan konsonan ini menambah tingkat kesulitan dalam mempelajari bahasa Jawa bagi orang luar.
Empat Dialek Utama Bahasa Jawa di Jawa Timur
Bahasa Jawa di Jawa Timur tidak hanya terbatas pada bahasa Arekan. Provinsi ini memiliki setidaknya empat dialek utama yang mencerminkan keragaman budaya dan geografisnya:
1. Dialek Jawa Timur
Dialek ini mencakup wilayah yang luas dan memiliki variasi tersendiri di setiap daerah. Bahasa Arekan adalah bagian dari dialek ini, terutama di wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).
2. Dialek Osing
Dituturkan oleh masyarakat suku Osing di Banyuwangi, dialek ini memiliki pengaruh dari bahasa Bali dan Jawa Kuno. Dialek Osing sering dianggap sebagai dialek yang paling berbeda dibandingkan dengan dialek Jawa lainnya.
3. Dialek Tengger
Digunakan oleh masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Dialek ini memiliki ciri khas tersendiri karena dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan masyarakat Tengger yang masih kental dengan tradisi Hindu-Buddha.
4. Dialek Solo-Yogya
Meskipun lebih identik dengan Jawa Tengah, dialek ini juga digunakan di beberapa wilayah Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah, seperti Madiun dan Ngawi. Dialek ini dianggap lebih halus dan formal dibandingkan dengan dialek Arekan.
Bahasa Jawa Surabaya: Representasi Bahasa Arekan
Salah satu representasi paling terkenal dari bahasa Arekan adalah bahasa Jawa Surabaya. Dialek ini dituturkan di wilayah Gerbangkertosusila, dengan Kota Surabaya sebagai pusatnya. Bahasa Jawa Surabaya dikenal dengan gaya bicara yang tegas, lugas, dan penuh semangat.
Meskipun dianggap kasar oleh sebagian orang, bahasa ini justru mencerminkan karakter masyarakat Surabaya yang terbuka, blak-blakan, dan bersahabat.
Kata-kata seperti "jancuk" yang sering dianggap kasar, dalam konteks Surabaya justru bisa menjadi tanda keakraban dan persahabatan. Bagi masyarakat Surabaya, bahasa adalah alat untuk mengekspresikan diri secara jujur dan langsung, tanpa banyak basa-basi.
Perlu diketahui, Bahasa Jawa di Jawa Timur, khususnya bahasa Arekan, mencerminkan kekayaan budaya dan karakter masyarakatnya. Meskipun dianggap kasar oleh sebagian orang, bahasa ini justru menjadi identitas dan kebanggaan bagi penuturnya.
Keragaman dialek bahasa Jawa di Jawa Timur, mulai dari dialek Jawa Timur, Osing, Tengger, hingga Solo-Yogya, menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Jawa Timur.
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai dan karakter suatu masyarakat. Dalam konteks Jawa Timur, bahasa Arekan dan dialek-dialek lainnya adalah bukti nyata dari kekayaan budaya yang patut dilestarikan dan dipahami lebih dalam.
Yuk, ikuti terus ubdate tentang Jawa Timur di kanal Gerbang Jatim, Ayojatim.com.
Editor : Alim Perdana