AI dalam Dunia Medis, Kolaborasi atau Kompetisi?

AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia yang penuh empati dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien. Foto: Ilustrasi/AI
AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia yang penuh empati dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien. Foto: Ilustrasi/AI

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur, dan
Akademisi Unitomo Surabaya

FENOMENA terbaru di dunia medis mengguncang banyak pihak, baik dari kalangan profesional kesehatan maupun masyarakat awam. Sebuah aplikasi kecerdasan buatan (AI) yang bernama DeepSeek sedang mencuri perhatian.

Apa yang semula dianggap sebagai sebuah fiksi ilmiah kini menjadi kenyataan. DeepSeek, aplikasi berbasis AI, mampu memberikan diagnosis penyakit yang tak kalah akuratnya dengan diagnosa dokter manusia.

Beredar tulisan dan kabar bahwa di sebuah rumah sakit tersier di Hangzhou, China, seorang pasien bernama Lao Zhang, yang sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menemui berbagai dokter, akhirnya mengandalkan DeepSeek.

Dengan menggunakan aplikasi tersebut, ia mendapatkan diagnosis yang berbeda dari yang diberikan oleh dokter sebelumnya. Kejadian ini menjadi titik balik bagi dunia medis. Lao Zhang akhirnya sembuh setelah mengikuti saran dari aplikasi AI tersebut.

Namun, apa arti semua ini bagi dunia medis? Apakah ini pertanda bahwa dokter akan digantikan oleh teknologi? Akankah mesin mengambil alih peran manusia dalam proses penyembuhan? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul dengan cepat, namun jawabannya tidak sesederhana itu.

AI: Teman atau Pengganti?

Ada yang berpendapat bahwa AI akan menggantikan dokter-dokter di masa depan. Mereka beralasan, jika sebuah mesin mampu memberikan diagnosis yang lebih cepat dan akurat, mengapa masih membutuhkan manusia?

Jawaban dari pertanyaan ini, sesungguhnya, bukanlah masalah menggantikan, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa berkolaborasi dengan teknologi untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Mari kita ingat, meskipun AI bisa menganalisis data dengan kecepatan dan ketepatan luar biasa, ada hal-hal yang hanya bisa dipahami oleh kecerdasan manusia. Misalnya, sebuah komputer mungkin bisa memberi diagnosis yang tepat, tetapi tidak bisa merasakan kecemasan atau ketakutan pasien saat mendengar kabar buruk tentang kondisi kesehatannya.

AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia yang penuh empati dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien.

Maka, kolaborasi antara dokter manusia dan AI adalah kunci utamanya. Teknologi seperti DeepSeek tidak untuk menggantikan dokter, melainkan untuk membantu dokter. Dengan menggunakan alat bantu yang semakin canggih, para dokter bisa lebih cepat dalam mendiagnosis, lebih tepat dalam merencanakan terapi, dan lebih efisien dalam menangani pasien.

Tetapi pada akhirnya, keputusan akhir tetap berada di tangan manusia. Keputusan medis bukan hanya soal angka atau data semata, tetapi juga tentang memahami konteks kehidupan pasien, kondisi sosial mereka, dan nilai-nilai yang mereka pegang.

AI: Membuka Peluang, Bukan Mengambil Alih

Peran AI dalam dunia medis, jika digunakan dengan benar, seharusnya membuka peluang baru yang lebih luas bagi pelayanan kesehatan. AI dapat membantu dalam diagnosa penyakit langka, mengidentifikasi pola-pola yang sulit ditemukan oleh manusia, dan memberikan rekomendasi pengobatan yang mungkin lebih tepat berdasarkan data yang sangat besar. Hal ini sangat bermanfaat, terutama di negara dengan akses terbatas terhadap dokter spesialis.

Namun, seperti halnya dengan segala hal, kita harus selalu ingat bahwa teknologi hanya sejauh ini berguna jika digunakan dengan bijak. Kita harus memastikan bahwa data yang digunakan untuk melatih AI adalah data yang valid, representatif, dan bebas dari bias.

Oleh karena itu, pengembangan AI dalam dunia medis harus disertai dengan pengawasan yang ketat dan kebijakan etika yang jelas. Teknologi tidak boleh digunakan hanya untuk keuntungan ekonomi, tetapi harus dipastikan bahwa teknologi tersebut mengutamakan kesejahteraan pasien di atas segalanya.

Mengubah Paradigma dalam Dunia Kesehatan

Perubahan yang dibawa oleh AI dalam dunia medis tidak hanya soal teknologi itu sendiri, tetapi juga soal perubahan paradigma dalam cara kita memandang profesi medis.

Kita akan semakin sering mendengar dokter yang bekerja berdampingan dengan teknologi, menggunakan AI sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan medis.

Ini adalah langkah maju yang membawa dunia medis ke dalam era yang lebih modern, lebih efisien, dan lebih canggih.

Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa kualitas hubungan manusia antara dokter dan pasien tetap menjadi elemen yang tak bisa tergantikan.

Seringkali, pengobatan yang efektif bukan hanya soal resep atau prosedur medis, tetapi juga soal bagaimana seorang dokter mendengarkan keluhan pasien, bagaimana ia memberi dukungan emosional, dan bagaimana ia memberikan kepercayaan diri kepada pasien bahwa mereka berada di tangan yang tepat.

AI dalam dunia medis bisa jadi adalah sebuah jawaban atas tantangan besar yang kita hadapi: bagaimana kita memberikan pelayanan kesehatan yang lebih cepat, lebih tepat, dan lebih adil, di tengah populasi yang terus berkembang.

Tapi, pada akhirnya, teknologi tetaplah alat bantu, yang hanya akan efektif jika digunakan dengan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan manusia itu sendiri.

Etika, Privasi, dan Keadilan

Namun, ada satu hal yang tak kalah penting: etika. Dengan begitu banyaknya data yang digunakan dalam aplikasi AI, bagaimana kita menjaga privasi pasien? Bagaimana kita memastikan bahwa penggunaan AI ini tidak menimbulkan ketidakadilan dalam diagnosis atau pengobatan, terutama bagi kelompok minoritas atau mereka yang kurang beruntung dalam hal akses ke teknologi?

Di sinilah peran regulasi dan keadilan dalam pengembangan AI harus ditegakkan. Teknologi, sekeren apapun, tidak boleh membuat kita lupa pada nilai-nilai dasar keadilan, privasi, dan kemanusiaan. AI medis harus dirancang untuk melayani umat manusia, bukan untuk memperburuk ketimpangan atau mendahulukan keuntungan semata.

Kolaborasi untuk Kebaikan Bersama

Akhirnya, kita harus melihat fenomena ini sebagai peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. AI bukanlah musuh kita, melainkan mitra yang bisa membantu kita mengatasi berbagai tantangan dalam dunia medis. Kolaborasi antara dokter dan AI adalah masa depan yang harus kita sambut dengan lapang dada.

Di masa depan, kita akan semakin sering menemukan dokter yang tidak hanya menggunakan stetoskop dan peralatan medis tradisional, tetapi juga alat-alat digital canggih, termasuk aplikasi berbasis AI, untuk membantu mereka membuat keputusan medis yang lebih baik dan lebih cepat.

Tetapi satu hal yang pasti, sentuhan manusia, kemampuan untuk memahami perasaan pasien, dan empati tetap akan menjadi bagian tak terpisahkan dari proses penyembuhan itu sendiri.

Sebagai umat manusia, kita berada di titik balik penting dalam sejarah kesehatan. Mari kita manfaatkan teknologi ini dengan bijak untuk memberikan pelayanan medis yang lebih baik kepada setiap orang, tanpa terkecuali, dan untuk memastikan bahwa dalam setiap langkah kita, kemanusiaan tidak pernah hilang.

 

Editor : Alim Perdana