ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Aksi Demo Generasi Z: Mahasiswa yang Peduli, Kritis, dan Bergerak untuk Perubahan

Aksi demo bertajuk “Indonesia Gelap” yang digelar Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI, di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin, (17/2). Foto/X@TxtDriPolitik
Aksi demo bertajuk “Indonesia Gelap” yang digelar Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI, di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin, (17/2). Foto/X@TxtDriPolitik

AKSI demonstrasi mahasiswa yang mengguncang Jakarta, dengan tuntutan yang tajam dan berani, menggugah kesadaran kita tentang bagaimana generasi Z, terutama mahasiswa, bukanlah generasi yang apatis atau hanya peduli dengan dunia mereka sendiri.

Melalui aksi #IndonesiaGelap di Patung Kuda, Monas, yang diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), mereka mengungkapkan betapa pedulinya mereka terhadap arah bangsa, politik, dan kebijakan yang tengah dijalankan oleh pemerintah.

Tentu, banyak pihak yang sempat meragukan sikap generasi Z, memandang mereka sebagai generasi yang lebih mementingkan dunia maya dan komunitasnya daripada hal-hal yang bersifat kenegaraan atau politik. Namun, aksi mahasiswa kali ini dengan jelas membuktikan bahwa anggapan tersebut salah besar.

Generasi Z, yang kerap diframing sebagai generasi yang lebih individualistis, ternyata justru memiliki kesadaran kolektif yang luar biasa terhadap masalah bangsa. Mereka tidak hanya berbicara di ruang kuliah atau ruang diskusi, tetapi mereka juga mengambil langkah nyata di jalanan, menyuarakan pendapat dan menyerukan dialog dengan pemerintah.

Kritis terhadap Pemerintahan Baru

Pada usia pemerintahan yang baru menginjak 100 hari, Presiden Prabowo dan kabinetnya sudah disorot tajam oleh mahasiswa. Tuntutan mereka tidak hanya sekadar soal kebijakan yang tidak tepat, tetapi lebih jauh, mereka menilai ada penyimpangan dari komitmen yang selama ini dijanjikan oleh pemerintahan yang baru tersebut.

Inpres Nomor 1 Tahun 2025 mengenai efisiensi anggaran menjadi isu yang sangat menyita perhatian, di mana mahasiswa merasa kebijakan tersebut berpotensi merugikan rakyat dan memotong anggaran yang seharusnya digunakan untuk sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan.

Bahkan, berbagai tuntutan seperti menolak revisi UU Minerba dan menuntut transparansi pembangunan menggambarkan betapa mahasiswa, yang mayoritasnya adalah generasi Z, merasa memiliki tanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Mereka tidak sekadar mengkritik tanpa dasar, tetapi secara jelas mereka meminta ruang untuk berdialog dengan pemerintah, untuk didengar dan dipahami.

Suara Kritis Tidak Bisa Dipandang Remeh

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa gerakan ini bukan hanya tentang tuntutan terhadap kebijakan pemerintah, tetapi lebih besar lagi, ini adalah bentuk pengawasan langsung dari mahasiswa terhadap jalannya pemerintahan.

Mereka bukan hanya penerima kebijakan yang pasif, melainkan pengawas yang aktif, yang ingin memastikan kebijakan yang diambil benar-benar berpihak kepada rakyat, bukan hanya kepada segelintir elit atau kepentingan kelompok tertentu.

Pemerintahan yang baru dimulai dengan semangat perubahan yang tinggi, tetapi mahasiswa sudah menilai bahwa beberapa kebijakan yang diambil menunjukkan bahwa perubahan tersebut belum sejalan dengan harapan mereka.

Tidak jarang, kritikan mereka terhadap pemerintahan disertai dengan seruan untuk memperbaiki struktur birokrasi dan penyelenggaraan negara yang lebih transparan dan akuntabel.

Dengan tuntutan seperti menuntut pencabutan Inpres tentang efisiensi anggaran, menginginkan transparansi status pembangunan, dan penolakan terhadap revisi UU Minerba, mahasiswa menunjukkan bahwa mereka bukan hanya mengkritisi kebijakan yang ada, tetapi juga memandang jauh ke depan untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut akan membawa dampak positif untuk generasi mereka, bukan malah memperburuk kondisi sosial-ekonomi di masa depan.

Gerakan yang Menggugah

Aksi ini juga menunjukkan bahwa kampus masih seperti dulu. Kritis dan berani. Bukan sekadar tempat untuk belajar teori dan mengasah intelektualitas, tetapi ruang yang semakin dinamis untuk bergerak, berdiskusi, dan berjuang bersama demi perubahan.

Mahasiswa kini ingin seperti Sejarah mahasiswa lalu, yang peduli dan mengerti bahwa peran mereka lebih besar daripada sekadar belajar di kelas. Mereka sadar bahwa kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat bisa menambah beban sosial dan ekonomi, terutama bagi generasi muda yang harus menghadapi tantangan di masa depan.

Salah satu hal yang menarik dalam aksi ini adalah semangat mahasiswa yang tidak tergerus oleh zaman digital. Banyak orang beranggapan bahwa mahasiswa modern hanya peduli dengan dunia maya, tetapi aksi nyata ini membuktikan bahwa mereka bisa lebih dari sekadar pengguna gadget atau media sosial.

Mereka mampu bergerak bersama, menyuarakan suara kolektif mereka, dan mengajukan solusi konkret melalui aksi-aksi di jalanan. Ini adalah bentuk tanggung jawab mereka sebagai bagian dari masyarakat yang ingin melihat negara ini berjalan lebih baik.

Peringatan untuk Pemerintah

Bagi Presiden Prabowo dan kabinet yang baru, aksi ini adalah sebuah peringatan yang tidak bisa dianggap remeh. Hanya dalam waktu 100 hari, mahasiswa sudah merasa perlu untuk turun ke jalan dan mengkritisi pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa Kabinet yang gemuk, dapat berpotensi menimbulkan ketidakpuasan publik, terutama dari kalangan mahasiswa yang menuntut akuntabilitas dan kepemimpinan yang jelas.

Aksi mahasiswa ini menunjukkan bahwa mereka akan terus mengawasi dan memberikan kritik terhadap kebijakan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat. Pemerintah harus belajar dari sejarah, di mana mahasiswa sering kali menjadi agen perubahan yang membawa kebijakan untuk lebih berpihak pada rakyat.

Jika pemerintah ingin menciptakan stabilitas dan kepercayaan publik, maka pemeringtah harus siap mendengarkan dan berdialog dengan pihak-pihak yang kritis, bukan mengabaikan atau menganggap enteng suara-suara kritis yang datang, termasuk dari mahasiswa.

Aksi demo mahasiswa ini merupakan bukti bahwa generasi Z bukanlah generasi yang cuek atau apatis terhadap masalah bangsa. Mereka peduli terhadap nasib negara, memahami dengan baik kondisi sosial-ekonomi dan politik yang terjadi. Tentu saja ini pertanda baik. Jadi jangan ada upaya pembungkaman, apalagi “menghilangkan”.

Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

 

 

Editor : Alim Perdana