ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Refleksi atas Tuduhan OCCRP: Menerangi Jalan di Tengah Badai Persepsi

Ulul Albab, Ketua ICMI Orwil Jawa Timur. Foto/Dokumentasi Pribadi
Ulul Albab, Ketua ICMI Orwil Jawa Timur. Foto/Dokumentasi Pribadi

Pandangan dan statemen Ulul Albab, Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

SEBAGAI bagian dari elemen civil society yang bertanggung jawab terhadap kemaslahatan masyarakat, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwil Jawa Timur memandang perlu untuk merespons dinamika isu publik yang berkembang, termasuk laporan yang menyebut Presiden Joko Widodo dalam daftar pemimpin terkorup dunia oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Respons ini bukan sekadar untuk membela atau menyalahkan, melainkan untuk mengajak semua pihak kembali pada prinsip keadilan, kecendekiawanan, dan kebijaksanaan.

Laporan OCCRP, yang beredar luas dan mencantumkan nama Presiden ke-7 Republik Indonesia bersama beberapa tokoh dunia lainnya, jelas memancing perdebatan.

Tuduhan ini membawa implikasi besar, tidak hanya bagi nama baik individu yang disebutkan tetapi juga bagi reputasi bangsa di mata dunia.

Dalam konteks seperti ini, ICMI sebagai bagian dari masyarakat madani merasa terpanggil untuk memberikan pencerahan, bukan memperkeruh suasana.

Pentingnya Validasi dan Transparansi

Tuduhan sebesar ini membutuhkan dasar yang kokoh. Dalam publikasinya, OCCRP dikenal memiliki reputasi sebagai lembaga yang sering mengungkap kasus besar. Namun, reputasi saja tidak cukup.

Metodologi dan bukti yang mendasari laporan tersebut harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Apakah ada dokumen resmi, hasil investigasi mendalam, atau data konkret yang digunakan untuk menyusun daftar tersebut? Apakah laporan ini didasarkan pada fakta atau sekadar persepsi umum?

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai keadilan, kita perlu bersikap kritis. Validasi data adalah kunci agar kita tidak terjebak pada fitnah yang merugikan.

Di sisi lain, jika memang ada data yang mendukung tuduhan tersebut, maka menjadi tugas kita untuk memperbaiki segala kekurangan dalam tata kelola pemerintahan.

Dalam menghadapi isu ini, ICMI Jawa Timur mengajak semua pihak untuk tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan.

Ada beberapa langkah bijak yang dapat kita tempuh bersama:

1. Meminta OCCRP untuk Mengklarifikasi: OCCRP perlu menjelaskan secara terbuka metodologi dan sumber data mereka. Apakah tuduhan ini berdasarkan bukti yang sah atau hanya narasi yang dibangun dari asumsi?

2. Mengedepankan Diplomasi Publik: Pemerintah, melalui saluran diplomasi dan komunikasi, dapat menyampaikan penjelasan kepada komunitas internasional terkait isu ini. Transparansi dan kejelasan adalah kunci untuk menjaga nama baik bangsa.

3. Meneguhkan Prinsip Anti-Korupsi di Dalam Negeri: Tuduhan ini, benar atau salah, adalah pengingat bahwa upaya pemberantasan korupsi harus terus diperkuat. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi menciptakan sistem yang semakin transparan dan akuntabel.

Refleksi Sebagai Masyarakat Madani

Sebagai bagian dari masyarakat madani, peran ICMI bukanlah untuk menghakimi atau membela secara buta. ICMI terpanggil untuk menjadi cahaya di tengah kegelapan informasi. Isu ini memberikan pelajaran bahwa di era keterbukaan informasi, persepsi bisa menjadi senjata yang lebih tajam daripada fakta. Namun, persepsi juga bisa diredam dengan pencerahan.

Islam mengajarkan kita untuk menjauhi fitnah dan menjaga keadilan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa" (QS. Al-Ma'idah: 8). Prinsip ini relevan dalam menghadapi isu OCCRP: kita tidak boleh membela dengan asal membela, tetapi juga tidak boleh menghakimi tanpa dasar.

Menyongsong Masa Depan yang Lebih Cerah

Tuduhan terhadap Presiden Joko Widodo adalah ujian bagi kita sebagai bangsa. Apakah kita mampu menyikapi isu ini dengan kepala dingin dan hati yang bersih? Ataukah kita akan terjebak dalam arus fitnah yang menghancurkan? Jawabannya terletak pada bagaimana kita memilih untuk merespons.

ICMI Jawa Timur percaya, dengan semangat keislaman, kecendekiawanan, dan keindonesiaan, kita mampu menyongsong masa depan yang lebih baik. Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa, dengan cara yang mencerahkan, menebar kemaslahatan, dan menginspirasi.

Wallahu a’lam bishawab.

Surabaya, 01 Januari 2025

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Jawa Timur (Orwil Jatim)

Ketua,

 

Ulul Albab.

 

Editor : Alim Perdana