KOMUNIKASI menurut Paul J. Mayer adalah pembangun hubungan antar manusia. Komunikasi kunci keberhasilan kehidupan personal mau pun kehidupan kerja.
Keterbukaan komunikasi menjadi hal yang mutlak di era informasi digital saat ini. Saat ini dunia seperti tidak lagi berjarak dan tanpa sekat, sejalan dengan adanya gadget yang menyambungkan individu satu dengan yang lain.
Namun, komunikasi antara rakyat dengan pejabat publik masih menjadi satu hal yang mahal. Hanya sedikit pejabat publik yang mau memberi secara terbuka nomor telepon genggamnya. Kalau pun diberi, paling-paling nomor ajudan atau asisten pribadi (Aspri) yang jarang update.
Pejabat publik umumnya masih membangun sekat dengan rakyat. Caranya macam-macam. Ada yang menghilangkan status online. Tujuannya tentu agar tidak ada yang tahu telepon genggamnya sedang aktif atau tidak.
Ada lagi modus pejabat publik menghindari interaksi dengan rakyat. Caranya dengan mensetting agar centang biru di HP tidak terlihat. Seperti diketahui, centang biru pada WhatsApp adalah tanda pesan sudah dibaca.
Modus ini tidak hanya dilakukan oleh pejabat eselon satu atau dua. Bahkan selevel Kabag sekalipun. Ironinya, anggota dewan pun banyak yang melakukan hal yang sama. Padahal seharusnya mereka membuka pintu komunikasi seluas-luasnya dengan rakyat yang memberi mandat pada mereka duduk di kursi parlemen.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Muslimat NU sejak tahun 2000 dan Gubernur Jawa Timur 2019 - 2024. Sebagai pejabat publik, ia tetap merakyat. Sangat mudah mendapatkan nomor hp pribadi perempuan yang kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur itu. Bahkan ia tak menolak dimasukan ke dalam grup percakapan di WhatsApp.
Status online di HP Ibu 4 anak itu juga tidak dihilangkan, sehingga rakyat Jawa Timur bisa berkomunikasi atau menyampaikan informasi kepada Khofifah.
Tokoh Nahdliyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin itu juga mempertahankan HP nya tetap centang dua biru. Itu menandakan Khofifah tidak menutup pintu komunikasi dengan publik.
Ramadhan Isa, Koordinator Nasional Poros Muda NU mengaku, sampai ia berusia 45 tahun tidak pernah punya nomor telepon genggam Gubernur DKI Jakarta, tempat ia berdomisili. Ia mengaku iri dengan warga Jawa Timur yang bisa berkomunikasi langsung dengan Khofifah.
Khofifah tidak hanya membangun komunikasi saat kampanye Pilgub. Ia selalu membuka pintu komunikasi dengan publik, dengan mempertahankan online dan centang dua biru.
Penulis: Muhamad Didi Rosadi
Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Jurnalis Koran Harian Terbitan Surabaya
Editor : Alim Perdana