Lebih Sekadar Kekuatan, Belajar Kepemimpinan dari Film Journey To The West Kera Sakti

Mochammad Fuad Nadjib. Foto.Dokumentasi Pribadi
Mochammad Fuad Nadjib. Foto.Dokumentasi Pribadi

KEPEMIMPINAN adalah elemen fundamental dalam mencapai tujuan bersama. Tanpa figur pemimpin yang kuat dan berfokus pada visi, sebuah tim, sekuat dan secerdas apa pun anggotanya, akan kehilangan arah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat pentingnya sosok pemimpin ini, terutama dalam organisasi, perusahaan, dan bahkan komunitas.

Biksu Tom Sang Cong dalam kisah Journey to the West bisa dijadikan perumpamaan penting untuk menjelaskan bagaimana peran pemimpin menentukan sukses atau gagalnya suatu perjalanan.

Sebagai ilustrasi, Biksu Tom Sang Cong bukanlah yang terkuat atau paling cerdas di antara kelompoknya, tetapi ia adalah pusat dari misi mereka.

Jika tidak ada dirinya, perjalanan mencari kitab suci tidak akan pernah dimulai. Meskipun Sung Gokong adalah pejuang yang hebat dan Tie Patkai pandai dalam berbicara dan menyiasati situasi, mereka tetap membutuhkan Tom Sang Cong untuk memberikan arah dan menjaga misi mereka tetap fokus.

Ini memperlihatkan bahwa kepemimpinan tidak selalu soal kekuatan fisik atau kecerdasan individual, tetapi tentang menjaga fokus pada tujuan yang lebih besar.

Dalam organisasi, seorang pemimpin tidak harus menjadi ahli dalam setiap bidang yang digeluti bawahannya. Sama seperti Tom Sang Cong yang tidak memiliki kekuatan atau kecerdasan yang luar biasa seperti murid-muridnya, seorang pemimpin sejati mampu mengkoordinasikan keahlian timnya dan menjaga visi tetap jelas.

Pemimpin bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim bekerja menuju arah yang sama. Tanpa sosok ini, sekuat apa pun anggota tim, mereka mungkin akan berjalan tanpa arah, atau bahkan saling bertentangan.

Contoh ketika Sung Gokong digantikan oleh Kera Tumpai dalam satu episode perjalanan menunjukkan bahwa meskipun kekuatan Gokong bisa diisi oleh orang lain, perjalanan itu tetap berjalan karena tujuan utamanya, yaitu mendapatkan kitab suci, tetap ada di bawah arahan Tom Sang Cong.

Namun, apabila sebaliknya terjadi, jika Tom Sang Cong tidak ada misi tersebut akan runtuh. Ini adalah simbol nyata bahwa pemimpin bukan sekadar individu yang memerintah atau memberi perintah, tetapi lebih pada sosok yang menjaga arah dan integritas dari perjalanan tim.

Sosok murid pertama Sung Gokong (Kera Sakti). Ia adalah figur paling kuat secara fisik dan memiliki keterampilan bertarung yang luar biasa. Dalam konteks kepemimpinan, Sung Gokong mewakili anggota tim yang sangat berbakat dan andal dalam eksekusi teknis.

Namun, kekuatan dan keahliannya kadang disertai dengan sifat impulsif dan kecenderungan untuk bertindak tanpa mempertimbangkan dampaknya. Sung Gokong adalah contoh klasik dari seseorang yang kuat tetapi membutuhkan bimbingan untuk menyalurkan kemampuannya ke arah yang benar.

Tom Sang Cong, meskipun tidak sekuat Gokong, adalah sosok yang mampu mengarahkan kekuatan Gokong sehingga tidak menjadi destruktif. Tanpa pemimpin yang bisa menjaga keseimbangan, kehebatan individu seperti Gokong bisa justru membawa kehancuran. Ini menunjukkan bahwa kekuatan saja tidak cukup tanpa arahan yang tepat dari pemimpin.

Sosok murid kedua ada Tie Patkai (Siluman Babi)  Patkai adalah anggota tim yang licik dan pandai berbicara. Kemampuannya dalam negosiasi dan menyiasati situasi sering kali menyelamatkan tim dari masalah yang tak terduga.

Dalam organisasi, Tie Patkai menggambarkan anggota tim yang cerdik dalam memecahkan masalah dan pandai berkomunikasi. Namun, kelemahannya terletak pada sifatnya yang malas dan kadang licik. Tanpa pemimpin seperti Tom Sang Cong, yang mampu memotivasi dan menjaga moralitas tim, Patkai mungkin akan terjerumus pada kebiasaan buruknya.

Pemimpin yang efektif harus mampu memanfaatkan kemampuan komunikasi dan kecerdasan anggotanya, sambil tetap memastikan bahwa setiap keputusan diambil berdasarkan nilai-nilai yang benar. Kecerdasan verbal tanpa arah yang jelas hanya akan menjadi kebijaksanaan yang sia-sia.

Sosok murid ketiga Tsa Wuching (Siluman Pasir) – Wuching adalah figur yang penurut dan setia, meskipun dianggap kurang cerdas dibandingkan yang lain. Ia menggambarkan anggota tim yang tidak selalu menonjol, tetapi sangat berkomitmen dan loyal.

Dalam konteks tim, orang seperti Wuching sering kali menjadi pilar stabilitas, meskipun perannya mungkin tidak selalu terlihat. Tom Sang Cong sebagai pemimpin menyadari bahwa orang seperti Wuching memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan tim.

Kesetiaan dan kepatuhan sering kali menjadi fondasi dari kesuksesan sebuah tim, dan peran Wuching menunjukkan bahwa tidak semua anggota harus menjadi yang terpandai atau terkuat untuk bisa memberikan kontribusi besar.

Pemimpin yang baik tidak meremehkan kontribusi orang-orang yang mungkin tidak terlalu menonjol, tetapi sangat diperlukan untuk keberhasilan tim secara keseluruhan.

Begitupula dengan sosok murid keempat Chun-ming (Kuda Putih) – Kuda putih setia ini tidak memiliki kekuatan super seperti Gokong atau kecerdikan seperti Patkai, tetapi ia melambangkan ketekunan dan kesetiaan yang tak tergoyahkan.

Dalam perjalanan menuju Barat, ia selalu berada di sisi Tom Sang Cong, setia dan siap membantu kapan pun diperlukan.

Peran Tong Chun-ming dalam cerita adalah cerminan dari anggota tim yang mungkin tidak terlihat sebagai tokoh utama, tetapi merupakan simbol konsistensi dan keandalan. Dalam organisasi, ada anggota tim yang seperti kuda putih ini—mereka tidak pernah menjadi pusat perhatian, tetapi selalu ada untuk memastikan bahwa semua berjalan lancar.

Pemimpin seperti Tom Sang Cong menghargai kesetiaan ini karena tanpa ketekunan dan keberlanjutan dari anggota tim seperti kuda putih, perjalanan menuju tujuan bisa tersendat.

Dalam konteks modern, figur kepemimpinan seperti ini sangat krusial. Pemimpin bukan hanya seseorang yang memberi arahan, tetapi juga pengikat visi dan penjaga moral tim. Tanpa seorang pemimpin yang memiliki visi yang kuat, organisasi akan bergerak tanpa arah.

Meskipun ada anggota tim yang hebat dalam keterampilan teknis atau komunikasi, tanpa bimbingan seorang pemimpin, mereka tidak akan dapat mencapai tujuan bersama.

Dalam kisah Biksu Tom Sang Cong mengajarkan kita bahwa kepemimpinan adalah tentang mengelola tim dengan fokus pada visi dan memastikan bahwa setiap anggota tetap terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang sama.

Seorang pemimpin mungkin tidak perlu menjadi yang paling ahli atau paling cerdas, tetapi perannya sebagai penentu arah adalah yang paling penting. Tanpa kepemimpinan yang kuat, perjalanan menuju sukses hanya akan menjadi upaya yang terpecah-pecah tanpa arah yang jelas.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam dunia nyata, pemimpin yang memiliki visi dan keteguhan dalam mengarahkan timnya jauh lebih berharga daripada kekuatan atau kecerdasan individu semata.

Setiap anggota tim memiliki peran dan kontribusinya masing-masing, namun semuanya memerlukan figur pemimpin yang bisa mengarahkan, menyeimbangkan, dan menjaga semangat tim tetap hidup hingga tujuan tercapai.

Penulis : Mochammad Fuad Nadjib
Kepala SMA Islam Sidoarjo
Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah al-Maidah Durungbedug

Editor : Alim Perdana