Inspiratif, Miniatur Berbahan Kertas Bekas Karya Pensiunan BUMN Tembus Pasar Eropa

Di usianya yang ke 62 tahun, Amaludin memiliki semangat dan keaktifan tinggi. Ia tidak ingin hanya duduk santai saat pensiun. AyoFoto/Zuhud
Di usianya yang ke 62 tahun, Amaludin memiliki semangat dan keaktifan tinggi. Ia tidak ingin hanya duduk santai saat pensiun. AyoFoto/Zuhud

GRESIK - Karya miniatur yang memiliki nilai seni tinggi ternyata dapat dibuat dari bahan kertas bekas atau limbah kertas, seperti koran bekas, majalah bekas, dan jenis kertas bekas lainnya.

Salah satu contoh karya kerajinan ini berasal dari seorang kakek pensiunan sebuah perusahaan BUMN di Gresik, Jawa Timur, Ahmad Amaludin, warga Desa Randu Agung, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur.

Di usianya yang ke 62 tahun, Amaludin memiliki semangat dan keaktifan tinggi. Ia tidak ingin hanya duduk santai saat pensiun.

Sejak pensiun dari perusahaan tempatnya bekerja, Amaludin tetap ingin tetap produktif dan kreatif. Dia pun memulai ide kreatifnya pada tahun 2016 ketika anaknya meminta mainan miniatur dari kertas saat berlibur.

“Saya ini orangnya aktif mas, tidak bisa berdiam di rumah saja. Apalagi jelang usia senja, cara menjaga kesehatan ya harus sering olah tubuh dan pikiran," ujar Amaludin dengan bersemangat.

Karena terkejut dengan harga mainan tersebut yang cukup tinggi, Amaludin kemudian terinspirasi untuk mencoba membuat sendiri kerajinan serupa dari kertas bekas.

“Saat itu anak saya meminta dibelikan mainan miniatur. Kok saya heran kenapa harganya mahal. Padahal hanya terbuat dari kertas. Ternyata mungkin mahalnya karena bernilai seni tinggi dan cara membuatnya rumit hehehe," ungkapnya.

Dengan bahan baku yang mudah didapatkan di sekitar rumahnya, yaitu koran bekas, Amaludin mulai belajar dan membuat kerajinan miniatur dari kertas tersebut.

Proses pembuatan miniatur ini melibatkan kemampuan manual yang tinggi dan ketelatenan ekstra. Mulai dari gulungan kertas hingga pembentukan obyek miniatur, semuanya dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin.

Awalnya, kerajinan miniatur ini hanya dipesan oleh teman dan kerabat, namun dengan kualitas dan keunikan karyanya, pesanan mulai meningkat secara bertahap.

Pesanan tidak hanya berasal dari dalam kota, tetapi juga dari luar kota bahkan luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera.

Bahkan saat menggelar pameran di Surabaya dan Jakarta, Amaludin mendapat pesanan dari pengunjung wisatawan asing, termasuk dari Malaysia dan negara-negara di Eropa.

Harga untuk kerajinan miniatur ini bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp10 juta tergantung pada ukuran dan tingkat kesulitan pembuatannya.

Dengan peningkatan pesanan dan minat dari berbagai pihak, omzet penghasilan Amaludin kini dapat mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Kisah Amaludin menunjukkan bagaimana sebuah inspirasi sederhana dari kertas bekas dapat menjadi karya bernilai tinggi ketika diolah dengan sentuhan seni yang tinggi. (ANZ).

Editor : Alim Perdana