Hari ke-6 Evakuasi

Senator Lia Istifhama Ungkap Rangkaian Kisah Haru Haikal Hingga Sebut Korban Meninggal Syahid

ayojatim.com
Ning Lia tunjukkan empati dengan menjenguk Haikal santri Al Khoziny di rumah sakit. foto: B59.

SIDOARJO - Masuk hari ke enam sejak 29/9/25 sore, Tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga berita ini dimuat, total korban tewas sebanyak 14 orang.

"Total korban tercatat sebanyak 167 orang. Dari jumlah tersebut, 118 orang telah ditemukan dengan rincian; 103 orang dalam kondisi selamat, 14 orang meninggal dunia dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Sabtu (4/10/2025).

Baca juga: Senator Lia Istifhama Tekankan Pentingnya Trauma Healing untuk Santri Al Khoziny

Dari korban selamat, sebanyak 14 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit, 89 orang telah diperbolehkan pulang dan satu orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto.

"Sementara itu, sebanyak 49 orang lainnya (berdasarkan daftar absensi yang dirilis pihak pondok pesantren) masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan," jelasnya.

Beberapa yang dirawat di Rumah Sakit pun dijenguk para tokoh publik. Sebut saja, Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, Senator Lia Istifhama, Bupati Sidoarjo H. Subandi, Wakil Bupati Sidoarjo Mimik Idayana, dan sejumlah tokoh lainnya.

Berbagai kisah haru para korban pun menjadi atensi publik, terutama Syailendra Haikal (13) dan Yusuf (16) yang tertimbun selama lebih dari dua hari sebelum akhirnya bisa dievakuasi. Percakapan haru mereka dengan tim rescue saat masih tertimbun, viral dan menjadi atensi nasional.

"Semuanya sakit," kata Haikal lirih saat ditanya Aziz, tim rescue pada 30/9 kemarin yang hingga kini masih membekas di ingatan para netizen.

Kondisi mereka pun menjadi atensi publik seiring dengan untaian doa agar para korban selamat segera pulih kembali seperti sedia kala. Tak terkecuali oleh anggota DPD RI Komite III Dr. Lia Istifhama, yang menjenguk Haikal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R.T. Notopuro Sidoarjo, pada 2 Oktober 2025. didampingi kedua orang tua Haikal, Abdul Hawi dan Dwi Ajeng.

“Haikal usianya hampir sama dengan anak saya. Selisih satu bulan saja di usianya yang kini 13 tahun. Saat menengok langsung, terlihat sorot mata Haikal menahan sakit. Masya Allah namun dia sangat tegar,” jelas pemilik tagline CANTIK, cerdas, inovatif, kreatif, itu.

Ada beberapa kisah haru yang disampaikan ning Lia, sapaan akrab politisi yang dikenal sebagai wakil rakyat paling disukai di Jawa Timur melalui versi ARCI September 2025 kemarin.

Haikal Dan Yusuf Bertahan Hidup Dengan Posisi Cukup Berjauhan

“Dari cerita wali santri, yaitu ibundanya, bahwa Ananda Haikal dan Yusuf, tidak berdekatan atau bersebelahan. Melainkan diduga ada sekian meter. Dengan begitu, bisa kita bayangkan bersama, anak-anak santri yang sholatnya berjamaah dengan shaf berdekatan, namun kemudian kita melihat sendiri, bahwa proses evakuasi yang melibatkan percakapan dua snatri viral itu, ternyata tidak berdekatan posisinya.”

“Maka, bagaimana santri lain yang berdekatan dengan mereka? Masya Allah, dari sini, marilah kita doakan ketegaran dan kekuatan para orang tua yang sampai saat ini menunggu kepastian dari anak-anak tercinta,” jelas ning Lia penuh haru.

Ada sosok anak kecil yang memberi minum Haikal

Di hari pertama tertimbun, tentu si kecil Haikal merasakan haus yang luar biasa. Saat itu, tiba-tiba datang sosok anak kecil yang membawakannya air minum.

“Kakak haus?”, tanyanya. Namun sejurus kemudian, sosok anak kecil tersebut tidak terlihat lagi oleh Haikal.

“Kita tidak tahu, apakah itu sebuah mukjizat yang kemudian kita anggap sebagai halusinasi positif, atau apalah. Namun yang utama, Haikal dipilih Allah SWT sebagai salah satu korban selamat untuk dapat kita dengarkan dari dia, bagaimana situasi saat itu. Ini sebuah hikmah besar agar kita memiliki simpati terhadap keselamatan anak-anak, terutama santri. Keselamatan mereka kewajiban kita bersama,” jelas Ning Lia.

Mengingat sholat di tengah tertimbun runtuhan

Bagi Lia, kisah Haikal bukan hanya tentang perjuangan hidup, melainkan juga cermin keteguhan iman dan kecerdasan luar biasa seorang anak belia.

“Haikal bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga sangat cerdas dan beriman. Dalam kondisi gelap dan terhimpit, Haikal masih tenang, tegar, dan mengingat shalat. Masya Allah betapa kuat iman dan mentalnya” ujar Ning Lia.

Haikal bercerita, meski tubuhnya terjepit beton dan hanya bisa terbatas bergerak, ia tetap berusaha menegakkan kewajiban salat. Saat waktu Isya tiba, ia membangunkan temannya di bawah reruntuhan.

“Ayo salat, ayo salat,” ucap Haikal kala itu. Ia bahkan mendengar suara seseorang mengimami, meski tak bisa mengenali siapa. Namun ketika Subuh menjelang, sahutannya tak berbalas saat itulah ia sadar sahabatnya sudah tiada.

Baca juga: Gubernur Khofifah Beri Semangat dan Doakan Kesembuhan Pasien Selamat Musibah Ponpes Al Khoziny di Rumah Sakit

Ibunda Haikal, Dwi Ajeng, menuturkan dengan suara bergetar, “Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, anak saya masih ingat salat. Itu yang membuat saya tak berhenti bersyukur sekaligus menangis,” kata Ajeng.

Hari kedua tertimbun, Haikal sholat sendiri

“Haikal masih terlihat kesakitan dan lirih sekali saat bicara, jadi saya banyak berbincang dengan ibundanya, wali santri yang sangat tegar,” jelas ning Lia.

Ada cerita yang membuat dirinya semakin larut dalam keharuan, yaitu saat Haikal hanya bisa sholat sendirian.

“Di hari pertama, Haikal menceritakan pada orang tuanya, bahwa dirinya masih bisa sholat berjamaah dengan teman-temannya di tengah kegelapan. Mereka bersahutan saling mengajak jamaah dan memilih imam. Namun pada hari kedua, Haikal saat mengajak sholat, sudah tidak ada jawaban. Bahkan sahabat yang semula di sebelahnya, tidak lagi menjawab,” ujar ning Lia, dengan sorot mata berkaca-kaca.

“Bagi saya dan kita semua, ini merupakan sebuah kisah yang Masya Allah, kita pun tidak mungkin sekuat dia. Santri yang selama ini jihad mencari ilmu, dengan suasana keceriaan yang sebelumnya mereka lalui bersama, tiba-tiba harus sendiri di sebuah tempat yang mana dia benar-benar sendiri, sedangkan itu harus dilalui dalam seharian. Masya Allah,” lanjut putri Tokoh NU KH. Masykur Hasyim tersebut.

Haikal memilih menyimpan tenaga dengan tidak banyak berbicara

Bagi ning Lia, sosok Haikal sangat cerdas. Hal ini didapatnya dari cerita sang Ibunda bahwa Haikal memilih tidak banyak bergerak dan berbicara selama tertimpa reruntuhan. Ia mengingat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di sekolah bhwa semakin banyak bergerak, semakin cepat energi tubuh habis.

“Dia memilih diam agar tetap bertahan hidup dan benar-benar mengimplementasikan pelajaran di sekolah dan pondoknya,” salut Ning Lia.

Mimpi melanjutkan di SMPN 1 Probolinggo

Bukan hanya kisah haru dalam bertahan hidup, Ning Lia juga menyampaikan mimpi Haikal yang saat ini tengah dalam perawatan intensif bahkan berkemungkinan diamputasi.

Baca juga: Cukai Rokok 2026 Tidak Naik, Senator Lia Istifhama Optimisme Industri Rokok Kembali Berjaya

“Setelah pulih, Haikal menyampaikan keinginan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Probolinggo, dekat rumah keluarganya. Dia masih ingin terus belajar dan dia melihat SMPN 1 sebagai sekolah yang diidmkannya,” ujarnya.

Atas mimpi tersebut, ning Lia pun mencoba menyambungkan dengan pihak sekolah, yaitu melalui Staf Tenaga Ahlinya yang bernama Zamroni.

“Pihak kami telah mencoba menemui Kepala Sekolah dan Alhamdulillah ada lampu hijau sekalipun masih harus dilanjutkan dengan komunikasi Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. Namun tentunya kita semua sekarang terfokus agar pengobatan terbaik dari RSUD Notopuro terus didapatkan oleh Haikal sehingga ia segera bisa beraktivtas normal seperti sebelumnya,” harap senator cantik itu.

Bercita-cita sebagai Tentara

Salah satu pesan haru Haikal adalah terkait cita-citanya sebagai tentara. Oleh ning Lia, ini merupakan mimpi besar yang menjadi doa bersama.

“Apa yang dilalui Haikal, adalah situasi yang kita semua sangat tidak ingin menghadapi. Namun Haikal menghadapi dan dia berhasil. Maka saat ia menyebut cita-citanya sebagai tentara, maka mari kita doakan agar mimpi tersebut tercapai. Ia sangat kuat mental, teguh iman, cerdas akal pikiran, dan Masya Allah memiliki solidaritas tinggi, maka disinilah kita berpikir bahwa inilah sosok patriot sejati yang insya Allah kelak menjadi penerus bangsa dengan pengabdian tinggi,” pungkasnya.

Sebagai informasi, menurut laporan Basarnas, Haikal berhasil dievakuasi pada Rabu (1/10) pukul 15.22 WIB sebagai korban ke-13. Sebelumnya, tim menemukan salah satu korban meninggal dunia dalam posisi sujud, hanya beberapa meter dari lokasi Haikal tertimbun.

“Korban yang meninggal, insya Allah Syahid. Mereka meninggal sebagai pencari ilmu, yang disebut dalam hadis sebagai pelita kehidupan. Mereka meninggal dalam musibah yang mana mereka melangsungkan sholat Ashar, yang mana dalam sebuah hadis diterangkan bahwa ‘Tidak akan masuk neraka seorang pun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (yakni shalat subuh), dan sebelum matahari terbenam (yakni shalat ashar).”

“Maka masya Allah, santri dimanapun berada, tanggung jawab kita bersama. Merekalah pondasi moralitas dan religiuisitas bangsa. Mereka anak-anak kita bersama, jadi duka mereka adalah duka kita,”pungkasnya, sembari menyelipkan semangat pada Haikal : “Yaa Syifaa’ yaa syifaa’, Haikal bismillah yakin cepat sembuh ya, nak.”

Sedangkan sebelumnya, Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyebut penyelamatan Haikal dan Yusuf sebagai momen paling dramatis dalam operasi evakuasi Al-Khoziny. Kisah perjuangan Haikal pun viral di media sosial. Ribuan warganet menuliskan doa dan rasa haru, menyebutnya sebagai santri berakhlak mulia yang menjadi teladan generasi.

Editor : Diday Rosadi

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru