Sri Mulyani: Kecerdasan, Integritas dan Perempuan dalam Pusaran Kekuasaan

Reporter : Ulul Albab
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Foto: Instgram @smindrawati

DALAM arena ekonomi global yang sering kali didominasi oleh laki-laki, nama Sri Mulyani Indrawati bersinar seperti cahaya di antara kabut. Ia bukan hanya Menteri Keuangan Indonesia.

Ia adalah simbol bahwa kecerdasan, profesionalisme, dan integritas bisa menjadi “mata uang” paling bernilai di tengah dunia yang kerap dinodai oleh kompromi dan kepentingan politik.

Baca juga: Panji Sosrokartono, Kakak Kartini yang Menyala dalam Diam

Sri Mulyani lahir di Bandar Lampung pada 1962. Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang tekun belajar dan gigih mengejar ilmu. Ia menempuh pendidikan ekonomi di Universitas Indonesia dan melanjutkan studi hingga meraih gelar doktor di University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat.

Di negeri yang jauh dari tanah kelahiran, ia mengasah kemampuannya, bukan hanya sebagai ekonom, tapi juga sebagai pemikir kritis dan pembelajar seumur hidup.

Perempuan dalam Pusaran Sistem

Saat dipercaya menjadi Menteri Keuangan pertama kali pada 2005, Sri Mulyani langsung menghadapi badai tantangan: dari reformasi birokrasi, mengurai korupsi di sektor perpajakan, hingga memperkuat fondasi fiskal negara.

Namun ia justru tampil tegas, lugas, dan penuh prinsip. Di tengah ketegangan politik, ia menunjukkan bahwa keberanian bukanlah perkara gender, tapi soal keberpihakan pada kebenaran dan kepentingan publik.

Kiprahnya makin diperhitungkan ketika ia menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia (World Bank) pada 2010–2016. Di sana, ia tidak hanya menjadi wakil dari Indonesia, tapi juga suara bagi negara-negara berkembang dalam percaturan ekonomi dunia. World Bank bahkan menyebutnya sebagai salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam kebijakan pembangunan global (World Bank Annual Report, 2015).

Membawa Etos Kartini ke Era Digital

Apa yang membuat Sri Mulyani begitu menonjol? Ia bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga konsisten dalam membela nilai-nilai integritas dan meritokrasi. Dalam banyak pidatonya, ia mengangkat pentingnya transparansi, akuntabilitas, serta keberanian untuk jujur di tengah tekanan. Nilai-nilai ini pula yang menjadi inti perjuangan emansipasi Kartini—yakni perempuan yang berpikir kritis, merdeka, dan membawa perubahan.

Sebagai Menteri Keuangan, ia juga menunjukkan kepedulian terhadap pengarusutamaan gender di sektor keuangan. Dalam program APBN, misalnya, terdapat komponen Gender Responsive Budgeting (GRB) yang mendorong alokasi anggaran negara sensitif terhadap kebutuhan perempuan dan anak (Kemenkeu, 2023).

Baca juga: Khofifah Indar Parawansa: Kepemimpinan, Kesalehan dan Ketegasan

Sri Mulyani dengan demikian bukan hanya pembuat kebijakan, tetapi juga penggerak perubahan struktural yang memberi ruang lebih luas bagi perempuan untuk tampil di panggung utama—bukan sekadar penonton.

Inspirasi bagi Generasi Z Perempuan

Bagi generasi muda, khususnya perempuan Gen Z yang hidup di tengah era informasi yang cepat namun dangkal, sosok seperti Sri Mulyani adalah contoh bahwa popularitas bukanlah segalanya. Yang lebih penting adalah reputasi, substansi, dan konsistensi.

Ia tidak membangun citra di atas sorotan kamera, tapi reputasi di atas kerja keras dan data. Dalam sebuah wawancara, ia pernah berkata, “Saya tidak mencari popularitas, saya mencari kebermanfaatan.”

Di era saat ini, ketika banyak perempuan muda terjebak pada budaya validasi instan dan tekanan sosial, inspirasi seperti ini sangat penting: bahwa perempuan bisa sukses dengan berpikir tajam, bekerja keras, dan tetap menjaga nurani.

Perempuan yang Mengubah Sistem

Baca juga: Khofifah Indar Parawansa: Kepemimpinan, Kesalehan dan Ketegasan

Bagi ICMI, kehadiran Sri Mulyani adalah bukti bahwa perempuan intelektual bisa menjadi pengubah sistem, bukan sekadar pengikut aturan. Kita butuh lebih banyak “Sri Mulyani” dalam pendidikan, kesehatan, pemerintahan, teknologi, bahkan dakwah—perempuan yang berani memimpin, berpikir independen, dan menjadikan etika sebagai fondasi pengambilan keputusan.

Tokoh Berikutnya?

Dalam serial ke-4 nanti, kita akan menyusuri jejak Mariam Kartinah—sosok ulama perempuan progresif dari pesantren yang menembus tembok konservatisme dengan tafsir keislaman yang berpihak pada keadilan gender.

Karena perempuan Indonesia hadir bukan hanya sebagai simbol, tapi sebagai subjek perubahan. Dan setiap dari mereka, seperti Sri Mulyani, membawa cahaya yang menerangi jalan bagi generasi setelahnya.

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru