JAKARTA – Tahun 2025 telah tiba, membawa harapan baru bagi Indonesia. Pengamat politik, Abdul Rohman Sukardi, melihat tahun ini sebagai momentum penting, yang dapat diinterpretasikan dari dua sudut pandang: kultural dan rasional.
"Secara kultural, khususnya di kalangan masyarakat Jawa, tahun 2025 dipandang sebagai tonggak kemajuan setelah era reformasi yang penuh ketidakpastian dan konflik," jelasnya.
Sukardi menjelaskan bahwa era reformasi seringkali diwarnai ketegangan sosial yang menghambat pembangunan.
Baca juga: Indonesia di Persimpangan Demokrasi: Antara Rekonsiliasi Elite, Loyalitas Ganda, dan Represi Kritis
"Pandangan ini melihat 2025 sebagai akhir dari era tersebut, dan awal dari kemajuan yang lebih stabil," tambahnya.
Namun, Sukardi juga menekankan perspektif rasional. Ia menyoroti tiga indikator utama yang mendukung optimisme tersebut:
Pertama, kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. "Presiden Prabowo, yang dilantik pada 20 November 2024, telah membawa semangat baru. Meskipun masih di awal masa pemerintahannya di 2025, beliau telah berhasil membangkitkan optimisme nasional," ungkap Sukardi.
Menurutnya Presiden Prabowo telah mengubah narasi pesimisme menjadi optimisme, menyerukan disiplin, kerja keras, dan semangat untuk kemajuan.
"Hal ini mengingatkan kita pada strategi Jenderal George Patton yang memotivasi pasukannya selama Perang Dunia II," jelasnya.
Dengan semangat ini, Indonesia berpotensi mencapai target menjadi kekuatan ekonomi besar dunia, asal dikelola dengan baik.
Kedua, meredanya polarisasi. Sukardi mengamati meredanya polarisasi politik dan konflik sosial yang tajam di tahun 2024.
Baca juga: Gubernur Khofifah Dampingi Presiden Prabowo Resmikan Stadion Sepakbola di Sidoarjo
"Perselisihan antar kelompok politik mereda, begitu pula benturan antara kelompok Islam garis keras dan kaum liberal yang selama ini menandai era reformasi. Ini menunjukkan stabilitas politik yang membaik," katanya.
Dia mencontohkan Natal 2024 yang damai sebagai indikator bahwa konflik dapat dikendalikan.
"Stabilitas ini akan memfokuskan energi bangsa pada pembangunan, bukan pertikaian yang tidak produktif," tegasnya.
Ketiga, implementasi program pembangunan. Tahun 2025 menandai dimulainya implementasi program-program pembangunan pemerintahan Presiden Prabowo.
Baca juga: Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir Ingatkan 3 Hal tentang Danatara
"Program makan siang gratis yang dimulai pada 6 Januari 2025 adalah contohnya. Program-program lain akan menyusul, dan kinerja pemerintah akan semakin terlihat dan dirasakan masyarakat," jelas Sukardi.
Program-program yang fokus pada ketahanan pangan, energi, air, hilirisasi, dan pengembangan SDM, akan menjadi pendorong kemajuan.
"Baik dari perspektif kultural maupun rasional, tahun 2025 menyimpan potensi besar sebagai tahun harapan bagi Indonesia," simpul Sukardi.
Ia mengajak semua pihak untuk meninggalkan perselisihan dan fokus pada pembangunan untuk mencapai kemajuan yang signifikan.
Editor : Alim Perdana