SCWI Ajak Anak Muda Berantas Korupsi

SCWI menggelar FGD Peringatan Hari Anti Korupsi dan Diskusi Publik di Kedai Seruni, Surabaya. Foto/Ayojatim.com
SCWI menggelar FGD Peringatan Hari Anti Korupsi dan Diskusi Publik di Kedai Seruni, Surabaya. Foto/Ayojatim.com

SURABAYA - Surabaya Corruption Watch Indonesia (SCWI) menggelar FGD Peringatan Hari Anti Korupsi dan Diskusi Publik di Kedai Seruni, Surabaya. Acara ini dihadiri oleh akademisi, anggota legislatif, pegiat seni-budaya, aktivis antikorupsi, dan perwakilan organisasi kepemudaan.

Tujuannya adalah memperkuat komitmen bersama dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel.

FGD yang mengusung tema “Korupsi Menghancurkan Masa Depan, Hentikan Pembiaran!” ini menghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Dosen Untag Surabaya, Sri Setyadji, dan Ketua Dewan Kesenian Surabaya yang juga Ketua Dewan Pembina SCWI, Chrisman Hadi.

Dalam paparannya, Chrisman Hadi menekankan pentingnya membangun kejujuran kolektif sebagai roh kebudayaan bangsa. Menurutnya, korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi kerusakan moral dan budaya.

Chrisman Hadi menegaskan bahwa setiap kontribusi, sekecil apapun, akan berdampak besar bagi masa depan Indonesia. Ia mengibaratkan bahwa 'meskipun ibaratnya satu batu bata kita memberikan untuk masa depan Indonesia,' hal itu akan sangat berarti.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa fondasi negara akan hancur jika mentalitas bangsa terus korup. Oleh karena itu, ia menyerukan perlunya kejujuran kolektif sebagai ruh bangsa, serta menekankan pentingnya menanamkan semangat anti korupsi sejak dini.

"Semangat anti korupsi di kalangan generasi muda akan menjadi bonus demografi dan fondasi bangsa yang lebih baik, sehingga masa depan Indonesia akan semakin cerah," tuturnya.

Ketua SCWI Surabaya, Hari Ciptoyono, menambahkan bahwa kelompok muda, terutama Gen Z, memiliki peran strategis dalam memastikan masa depan Indonesia bebas korupsi.

"Generasi gen Z anak-anak muda harus ada rasa peduli pada pemerintahan yang bersih. Jangan sampai anak muda kurang peduli terhadap gejala sosial, saya harapkan pada moment hari Anti Korupsi kita harus betul- betul memberikan motivasi dan dorongan kepada generasi gen Z supaya memikirkan dinamika yang terjadi di masyarakat," terangnya.

"Ini adalah suatu gerakan yang di support tidak hanya generasi tua dan generasi muda harus memikirkan suatu negaranya memikirkan negaranya menjadi pemerintahan yang baik. Karena generasi kami yang akan terganti, jadi kami sebagai senior akan perihatin, jika generasi penerus tidak memikirkan nasib bangsanya sendiri," tambah Hari.

Sementara itu, menurut akademisi UNTAG Surabaya, Sri Setyadji, pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan secara parsial. Ia menjelaskan bahwa korupsi merupakan ancaman serius terhadap masa depan demokrasi, sistem hukum, dan pembangunan bangsa.

Dalam pandangannya, pendidikan karakter, keteladanan pejabat publik, dan penguatan lembaga pengawasan adalah prasyarat mutlak untuk memutus rantai korupsi.

Ahmad Rico Fuady, Wakabid Sosial Politik GMNI Surabaya Raya, menegaskan bahwa pemberantasan korupsi tidak hanya menjadi isu hukum, tetapi juga perjuangan ideologis dalam membangun bangsa yang berdaulat secara politik dan bermartabat secara sosial.

"Korupsi adalah musuh utama rakyat. Gerakan antikorupsi harus melibatkan kekuatan pemuda sebagai garda moral bangsa. Kami melihat bahwa perjuangan melawan korupsi adalah bagian dari menjaga kedaulatan rakyat. Generasi muda harus berani bersikap, mengawasi, dan mengambil peran dalam menghadirkan tata kelola negara yang bebas korupsi," ujar Ahmad Rico Fuady.

Ia menambahkan bahwa komitmen antikorupsi harus diperjuangkan sebagai bagian dari rekayasa sosial untuk membangun Indonesia yang adil dan beradab.

Melalui kegiatan ini, SCWI menegaskan perlunya gerakan bersama antara masyarakat sipil, akademisi, seniman, organisasi pemuda, dan seluruh elemen bangsa dalam memutus rantai korupsi.

Kegiatan ditutup dengan seruan untuk menjadikan integritas sebagai budaya bangsa dan memastikan upaya pemberantasan korupsi dilakukan tanpa kompromi.

Editor : Alim Perdana