Fenomena Psikologi "Trust Issue", Ketika Rasa Percaya Menjadi Barang Mahal di Era Media Sosial

Depresi akibat trust issue. Foto: ilustrasi/Canva
Depresi akibat trust issue. Foto: ilustrasi/Canva

SURABAYA – Fenomena trust issue atau kesulitan untuk percaya pada orang lain kian menjadi sorotan, terutama di kalangan anak muda. Istilah yang dulu banyak digunakan dalam ranah psikologi, kini menjadi bagian dari percakapan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun di media sosial.

Menurut keterangan Psikolog, trust issue bisa muncul ketika seseorang pernah mengalami pengalaman negatif yang berkaitan dengan kepercayaan, seperti dikhianati, dibohongi, atau tidak dihargai.

Pengalaman tersebut akan meninggalkan jejak emosional dalam diri seseorang, yang akhirnya, seseorang menjadi lebih waspada, sulit terbuka, dan sulit memberikan kepercayaan pada orang lain, terutama bagi orang baru.

Fenomena tersebut juga semakin terlihat dengan banyaknya unggahan curahan hati (curhat) di platform media sosial seperti TikTok dan X (Twitter), atau platform media sosial lainnya, yang menyoroti hubungan pertemanan, percintaan, hingga lingkungan keluarga.

Bahkan, tagar #trustissue beberapa waktu lalu sempat menjadi trending topik di sosial media dengan jutaan unggahan, memperlihatkan betapa isu ini dekat dengan kehidupan masyarakat kita saat ini.

Menurut sebagian psikolog, bahkan media sosial turut memperkuat persepsi yang berlebihan terhadap hubungan. Karena di media sosial, orang cenderung menampilkan sisi terbaiknya. Namun ketika realitanya tak sesuai ekspektasi, itu juga bisa menjadi pemicu kekecewaan baru pada sebagai orang.

Sementara itu, Sinta (22), mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Surabaya, mengungkapkan bahwa feneomena trust issue itu sudah menjadi sebuah bagian yang tak terelakkan di kalangan anakuda saat ini. Bahkan, ia juga mengakui bahwa kadang, situasi sosial saat ini juga cenderung, membuatnya ragu membangun hubungan baru dengan orang lain.

“Rasanya susah percaya. Takut diulang lagi kejadian dulu. Jadi lebih pilih menutup diri,” ujarnya, saat ditanya terkait fenomena Trust Issue, Jumat, (7/11/2025).

Padahal, menurut para pakar, rasa percaya merupakan fondasi dari hubungan sehat. Solusi yang ditawarkan bukan memaksa diri untuk langsung percaya, melainkan membangun komunikasi perlahan dan menciptakan lingkungan yang aman. Dan, proses memulihkan kepercayaan membutuhkan waktu. Tidak harus terburu-buru. Namun, hal yang paling penting adalah, sikap berani jujur pada diri sendiri dan menghargai proses.

Fenomena trust issue menjadi pengingat bahwa setiap orang membawa cerita masing-masing. Di tengah arus komunikasi digital yang serba cepat, kehangatan rasa percaya justru semakin terasa penting dan dibutuhkan.

Editor : Amal Jaelani