SURABAYA - Kota Surabaya semakin gencar mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penggerak ekonomi dan identitas budaya.
Di tengah geliat tersebut, tim mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) mengangkat isu urban tourism di kawasan Tunjungan sebagai fokus penelitian yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan alias SDGs, khususnya target 8 dan 11.
Ketua tim, Arvian Ijlal Adhipratama, menjelaskan bahwa pihaknya ingin menggali bagaimana urban tourism di Tunjungan berdampak terhadap ekonomi lokal dan sekaligus mempertahankan identitas budaya Surabaya yang khas.
"Kota ini terus bertransformasi menjadi global city, tapi kami melihat adanya fenomena ekspansi komersial yang berpotensi mengancam kekayaan budaya asli,” terangnya.
Penelitian yang didanai oleh Kemendiktisaintek melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025 ini menggandeng beberapa anggota tim yang solid dan berada di bawah bimbingan dosen Sarah Anabarja SIP MHubInt PhD dari Departemen Hubungan Internasional.
Melalui metode kualitatif eksploratif dengan pendekatan interdisipliner, tim ini melakukan wawancara terhadap berbagai narasumber mulai dari akademisi, pelaku industri pariwisata, masyarakat lokal, hingga pemangku kebijakan.
Dari hasil analisis sementara, meskipun wisatawan yang datang ke Surabaya pada 2024 mencapai angka 18 juta, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah masih di angka 14,7 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi belum optimal karena sistem retribusi yang belum maksimal dan sinergi yang perlu diperkuat antara pemerintah dan pelaku wisata lokal,” jelas Arvian.
Lebih lanjut, Arvian menuturkan bahwa urban tourism di Tunjungan merupakan contoh glokalisasi, perpaduan antara elemen global dan lokal yang tercermin lewat revitalisasi bangunan peninggalan kolonial, festival budaya, dan narasi sejarah yang dikemas dengan branding modern.
Namun, risiko homogenisasi budaya akibat massa pariwisata yang masif juga harus diwaspadai agar nilai-nilai lokal tidak terkikis.
Harapan tim PKM UNAIR sederhana namun kuat. “Kami berharap hasil penelitian ini bisa menjadi acuan kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan dan ekonomi inklusif. Semoga temuan ini juga menginspirasi daerah lain untuk mengharmoniskan antara pariwisata, budaya, dan pembangunan kota yang berkelanjutan sesuai SDGs,” pungkas Arvian.
Editor : Alim Perdana