Kongres Persatuan GMNI: Hardly Stefano Imbau Kader Merajut Kembali Persatuan

Hardly Stefano Fenelon Pariela. Foto/Dokumentasi Pribadi
Hardly Stefano Fenelon Pariela. Foto/Dokumentasi Pribadi

SURABAYA – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tengah berupaya mengakhiri perpecahan internal yang telah berlangsung selama enam tahun.

DPC GMNI Surabaya dan Jember memimpin pembentukan Badan Pekerja Kongres Nasional XXII Tahun 2025, dengan Surya Dwi Hadmaja sebagai Ketua dan Lazuardi Vivekananda Putrawardana sebagai Sekretaris. Sulthoni Edgar D dan Danang Adi ditunjuk sebagai Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC).

Kongres ini bertujuan untuk menyelesaikan dualisme kepemimpinan di DPP GMNI yang terjadi sejak Kongres XXI di Ambon (2019), antara kubu Imanuel Cahyadi-Soejahri Somar dan Arjuna Putra Aldino-M. Ageng Dendy Setiawan.

Perpecahan ini dianggap telah menghambat konsolidasi kader dan melemahkan peran GMNI dalam memperjuangkan ideologi Marhaenisme.

Badan Pekerja Kongres, yang terdiri dari perwakilan berbagai cabang GMNI se-Indonesia, bertugas merumuskan agenda persatuan, memperbaiki sistem kaderisasi, dan menentukan langkah strategis untuk memperkuat nation and character building.

Kongres ini diharapkan menjadi titik balik bagi GMNI untuk kembali bersatu dalam satu barisan ideologis, satu garis perjuangan, dan satu suara untuk Indonesia Raya.

Hardly Stefano Fenelon Pariela, SE., M.KP, Dewan Pengawas LPP TVRI, Dewan Pakar Nasional PA GMNI, dan mantan Ketua Korda GMNI Jawa Timur (2003-2005), memberikan komentarnya terkait Kongres Persatuan ke-XXII 2025.

"Biarlah kongres ini menjadi arena dinamika teman-teman GMNI sendiri. Kurang elok rasanya jika kita sebagai alumni memberikan pernyataan," ujarnya. "Merdeka!!"

Pernyataan Hardly Stefano ini menunjukkan sikap bijak dari kalangan alumni GMNI yang menyerahkan sepenuhnya proses rekonsiliasi dan penyatuan kepada kader-kader GMNI yang aktif.

Suksesnya Kongres Nasional XXII akan menjadi penanda penting bagi kebangkitan dan soliditas GMNI di masa mendatang.

Editor : Alim Perdana