TANGGAL 1 Juni Hari Lahir Pancasila. Di tengah berbagai isu kebangsaan yang makin kompleks, saya tidak ingin sekadar berbicara soal upacara. Tidak juga soal seragam dan pidato formal.
Saya ingin bicara soal yang lebih mendasar, apa itu?: kejujuran.
Saya akademisi. Saya juga diberi amanah sebagai ketua ICMI Jawa Timur dan ketua Litbang DPP Amphuri.
Setiap hari berhadapan dengan fakta dan data. Tapi juga dengan kenyataan sosial yang terkadang mengiris hati: betapa mudahnya kebohongan diproduksi, disebarkan, bahkan dipaksakan untuk dipercayai.
Maka ketika Pancasila diperingati lahirnya, saya tidak bisa menahan untuk menyampaikan ini: Pancasila tak pernah mengajarkan kebohongan.
Hari-hari ini, kita hidup dalam dunia yang serba cepat. Serba digital. Tapi seringkali, juga serba dangkal. Orang bisa jadi selebritas dalam semalam karena hoaks.
Orang bisa dicap pengkhianat hanya karena berbeda pendapat. Dan yang paling berbahaya: orang bisa disesatkan oleh narasi yang diciptakan oleh kekuasaan, bukan oleh kebenaran. Padahal bangsa ini besar. Tidak layak dibangun di atas kebohongan.
Kita punya anak-anak muda yang hafal lima sila Pancasila. Tapi apakah mereka merasakan Pancasila itu hidup di sekitarnya? Apakah pemimpin mereka mencerminkan sila keadilan sosial?
Apakah sistem hukum mencerminkan kemanusiaan yang adil dan beradab? Apakah elite politik benar-benar bersatu dalam semangat kebangsaan? Saya khawatir, jangan-jangan yang mereka lihat justru sebaliknya.
Saya menulis ini bukan dari tempat marah. Tapi dari kegelisahan. Karena saya percaya: cendekiawan tidak boleh diam. Apalagi saat kebohongan mulai jadi norma. Saat kebenaran kalah dalam kompetisi narasi.
ICMI berdiri bukan untuk jadi pelengkap demokrasi. Tapi menjadi penjaga akal sehat dan akhlak kebangsaan. Kita harus bicara ketika nilai-nilai Pancasila diselewengkan, dijadikan tameng kekuasaan, atau bahkan dihapus maknanya oleh manipulasi elite.
Kami ingin mengingatkan, dengan suara yang jernih tapi tegas, kepada seluruh elemen bangsa ini: dari pemimpin tertinggi sampai rakyat yang paling sederhana. Pesanya kira-kita begini:Jangan berbohong.
Jangan membenarkan kebohongan. Dan jangan paksa rakyat mempercayai kebohongan yang mungkin diproduksi oleh elite atau mantan elite yang telah gagal menjaga amanah. Negara ini tak akan hancur karena kritik. Tapi bisa runtuh kalau rakyat dipaksa hidup dalam kepalsuan.
Pancasila mengajarkan kejujuran. Ketuhanan, yang tak akan mungkin bersanding dengan dusta. Kemanusiaan, yang tak mungkin lahir dari kebencian. Persatuan, yang hanya kokoh jika dibangun di atas kepercayaan.
Kerakyatan, yang bermakna suara rakyat, bukan tipu daya. Keadilan, yang tak pernah muncul dari kebohongan sistemik.
Maka hari ini, saat kita memperingati kelahiran Pancasila, mari kita kembalikan roh-nya dalam kehidupan kita. Bukan hanya di podium. Tapi di medsos, di ruang kerja, di masjid, di kampus, di rumah, dan di hati kita.
Karena Pancasila tak pernah mengajarkan kebohongan. Dan bangsa ini terlalu besar untuk dibodohi. Terlalu mulia untuk ditipu.
Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur, Ketua Litbang DPP Amphuri
Editor : Alim Perdana