DI ANTARA gemuruh dinamika politik, krisis integritas, dan naik-turunnya kepercayaan publik terhadap para pemimpin, ada satu sosok yang tetap tegak berdiri dengan khidmat dan kasih: Khofifah Indar Parawansa.
Bukan hanya sebagai Gubernur Jawa Timur, tetapi juga sebagai Penasehat ICMI Jawa Timur, Khofifah menunjukkan wajah Islam yang rahmah—yang memimpin dengan cinta, dan mengayomi dengan ilmu.
Beliau adalah cerminan nyata bahwa perempuan muslimah bisa berdiri di garda terdepan, bukan hanya dalam isu-isu perempuan, tetapi juga dalam kepemimpinan strategis pemerintahan.
Keberhasilan Khofifah menyeimbangkan peran sebagai tokoh politik nasional, aktivis Nahdlatul Ulama, tokoh perempuan, dan cendekiawan muslimah adalah capaian langka—dan inspirasi yang tak boleh dilupakan.
Sejak muda, kiprah Khofifah telah mengakar dalam aktivisme sosial dan keumatan. Dari menjadi anggota DPR RI termuda pada zamannya, hingga menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial, Khofifah telah memperlihatkan bahwa politik bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi tentang kebermanfaatan.
Dan ketika dipercaya menjadi Gubernur Jawa Timur, beliau membawa pendekatan baru: kepemimpinan berbasis nilai, berbasis hati, dan berbasis pengabdian.
Sebagai Penasehat ICMI Jawa Timur, Khofifah bukan hanya hadir secara struktural. Ia memberi warna. Ia adalah jembatan antara dunia cendekia dengan realitas birokrasi. Dalam dirinya menyatu antara ilmu dan kebijakan, antara spiritualitas dan rasionalitas, antara nasionalisme dan keislaman.
Di tengah-tengah keresahan publik atas krisis moral dalam birokrasi, Khofifah adalah oase yang menenangkan: seorang pemimpin yang bisa dipercaya karena ia memimpin dengan hati dan ilmu.
Kepemimpinan Ibu Khofifah juga menunjukkan bahwa Islam tidak bertentangan dengan nilai-nilai modernitas dan inklusivitas. Beliau menyuarakan pentingnya pendidikan, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, penguatan pesantren, serta harmoni antaragama. Dalam setiap kebijakan yang ia ambil, terlihat jelas semangat membangun peradaban, bukan sekadar infrastruktur.
Lebih dari itu, Khofifah adalah simbol perempuan cendekia yang menginspirasi generasi muda muslimah. Bahwa menjadi perempuan tidak membatasi ruang gerak. Bahwa menjadi muslimah tidak menutup akses pada panggung kepemimpinan. Dan bahwa menjadi religius bukan berarti menyingkirkan rasionalitas dan keadilan.
Di saat banyak pemimpin silih berganti tanpa menyisakan makna, Khofifah adalah jejak yang ditinggalkan dengan kesan. Ia tidak hanya mengelola data, tetapi juga perasaan rakyatnya. Ia tidak hanya mendistribusikan anggaran, tetapi juga harapan.
Hari ini, kita tidak hanya butuh pemimpin yang pintar. Kita butuh pemimpin yang berjiwa ibu: memelihara, mendengarkan, dan menjaga. Dalam konteks itu, Khofifah adalah salah satu teladan terbaik bangsa ini. Dan Jawa Timur beruntung memiliki seorang pemimpin yang tidak hanya cakap memimpin, tapi juga setia merangkul.
Izinkan kami menitipkan pesan. Teruslah menjadi pelita di tengah gulita. Jangan goyah menjaga nilai, walau badai politik datang menghantam. Jangan lelah menyuarakan kebaikan, walau suara-suara sumbang tak henti menggema. Dan jangan ragu untuk menertibkan barisan, walau jalan kebenaran kadang sepi pengikut.
Semoga Allah senantiasa menjaga Ibu dalam kesehatan, kekuatan, dan kelapangan hati. Karena bangsa ini masih membutuhkan sosok sepertimu: yang bukan hanya memimpin dengan tangan, tetapi dengan hati, dan dengan iman.
Izinkan kami juga menyampaikan pesan tulus dari hati kami sebagai sahabat perjuangan: Jangan pernah tergiur oleh gemerlap kekuasaan, apalagi godaan korupsi. Tetaplah menjadi pemimpin yang bersih, kuat, dan penuh kasih, karena kepercayaan umat adalah titipan yang amat mahal.
Jangan pernah gentar untuk bersih-bersih korupsi, meskipun itu berarti menabrak arus yang kotor. Karena sejarah tidak akan mencatat siapa yang paling lama berkuasa, tapi siapa yang paling berani melawan arus demi kebaikan.
Ibu adalah teladan. Ibu adalah harapan. Dan kami berdoa agar Allah senantiasa menjaga Ibu dalam limpahan rahmat-Nya, agar tetap teguh dalam integritas dan istiqamah dalam jalan kebaikan.
Dalam Ibu, generasi muda melihat sosok pemimpin yang tak hanya cerdas, tetapi juga sabar, tegar, dan istiqamah. Semoga Allah menjadikan setiap langkah dan keputusan Ibu sebagai jalan maslahat bagi umat dan bangsa.
Dan semoga di bawah kepemimpinan Ibu, kami semakin percaya bahwa politik bisa bersih, kekuasaan bisa amanah, dan perempuan bisa menjadi cahaya dalam gelap zaman.
Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur
Editor : Alim Perdana