Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur
SEIRING dengan berkembangnya zaman dan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, peran organisasi masyarakat sipil (OMS) seperti ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) semakin relevan.
Sebagai salah satu organisasi yang dibentuk untuk mengkonsolidasikan potensi intelektual umat Islam di Indonesia, ICMI memiliki tanggung jawab besar dalam menghadapi perubahan sosial dan dinamika global yang semakin cepat.
Namun, dalam menghadapi tantangan tersebut, ICMI—seperti banyak organisasi masyarakat lainnya—perlu melakukan pergeseran paradigma dari struktur organisasi yang tradisional dan birokratis menuju model yang lebih fleksibel, inovatif, dan berorientasi pada hasil.
Dalam hal ini, teori "Reinventing Government" yang diperkenalkan oleh David Osborne dan Ted Gaebler menjadi sangat relevan. Konsep ini, meskipun awalnya diterapkan dalam konteks sektor publik, memiliki aplikasi yang sangat kuat dalam dunia organisasi masyarakat sipil, termasuk ICMI.
Reinventing Government
David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector (1992), menyatakan bahwa di tengah perubahan zaman, pemerintah dan organisasi publik perlu bertransformasi menjadi lebih fleksibel, terbuka, dan berorientasi pada hasil, bukan sekadar mengikuti prosedur birokratis.
Mereka menekankan perlunya mengadopsi semangat kewirausahaan, inovasi, dan desentralisasi untuk mencapai hasil yang lebih efektif.
Paradigma ini menawarkan pendekatan yang berfokus pada kolaborasi, pemberdayaan individu, dan penghargaan terhadap kreativitas untuk mencapai tujuan bersama.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Osborne dan Gaebler (1992), organisasi harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terus terjadi, memanfaatkan teknologi, serta memberdayakan semua anggota untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks ICMI, pergeseran paradigma ini dapat diartikan sebagai upaya untuk tidak hanya menjadi organisasi yang berfokus pada struktur dan hierarki, tetapi juga menjadi organisasi yang bergerak berdasarkan misi dan inisiatif kolektif yang lebih dinamis.
Dari Struktur Hierarkis ke Berbasis Misi
ICMI, sebagai organisasi yang dihimpun oleh cendekiawan Muslim Indonesia, pada dasarnya memiliki potensi besar untuk berperan dalam perubahan sosial yang lebih besar. Namun, untuk bisa memenuhi harapan tersebut, ICMI perlu mengubah pendekatan operasionalnya dengan mengadopsi prinsip-prinsip yang lebih modern dan berorientasi pada hasil.
Di masa lalu, banyak organisasi, termasuk ICMI, lebih cenderung mengikuti struktur hierarkis yang lebih formal, di mana keputusan-keputusan penting sering kali diambil oleh ketua atau pemimpin organisasi. Pendekatan ini, meskipun tetap relevan dalam beberapa konteks, terbukti kurang efektif dalam mengakomodasi kreativitas dan inisiatif anggota yang sering kali lebih dinamis dan inovatif.
Pergeseran paradigma yang diusulkan oleh Reinventing Government menawarkan alternatif untuk ICMI, di mana anggota tidak hanya bergerak berdasarkan perintah dari pimpinan organisasi, tetapi lebih digerakkan oleh misi besar yang ingin dicapai, yaitu memberdayakan umat Islam melalui intelektualisme dan kontribusi nyata bagi bangsa.
Dengan pendekatan ini, setiap anggota ICMI memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk berinovasi, merumuskan ide, dan melaksanakan proyek yang dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
Mengadaptasi Semangat Kewirausahaan dalam ICMI
Semangat kewirausahaan yang dimaksud oleh Osborne dan Gaebler (1992) bukanlah sekadar penciptaan perusahaan, tetapi lebih kepada kemampuan untuk berinovasi, beradaptasi dengan cepat, dan mengambil risiko dalam mengejar tujuan. Dalam konteks ICMI, semangat kewirausahaan ini bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti:
Pertama: Inovasi dalam pendidikan dan pengajaran. Misalnya: mengembangkan kurikulum berbasis sistem pembelajaran digital untuk menciptakan akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat.
Kedua; Pengembangan sumber daya manusia. Misalnya: memberdayakan kader-kader muda untuk terlibat dalam proyek-proyek sosial yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Ketiga; Penggunaan teknologi. Midalnya: memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan komunikasi, kolaborasi, dan partisipasi anggota dalam berbagai kegiatan organisasi.
Dengan mengadopsi semangat kewirausahaan, ICMI akan lebih mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, sekaligus membuka peluang untuk kolaborasi dengan sektor swasta, pemerintah, dan komunitas internasional dalam memecahkan masalah sosial yang lebih besar.
Menjadi Organisasi yang Fleksibel dan Berorientasi Hasil
Berdasarkan prinsip-prinsip yang digariskan dalam Reinventing Government, organisasi seperti ICMI perlu mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel, desentralisasi, dan terorientasi pada hasil.
Dalam hal ini, ICMI perlu memberikan lebih banyak kelonggaran kepada anggotanya untuk berinisiatif dan berkreasi dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam di Indonesia.
Disamping itu, organisasi ini juga harus lebih berorientasi pada dampak sosial yang nyata, bukan hanya sekadar mengikuti prosedur atau menyelesaikan tugas administratif. Hal ini dapat tercapai dengan menilai kinerja organisasi bukan hanya dari sisi jumlah anggota atau kehadiran pada acara, tetapi lebih kepada hasil konkret yang telah dicapai untuk kebaikan umat.
Penutup – Kesimpulan
ICMI sebagai organisasi masyarakat sipil yang mengusung intelektualisme dan kontribusi bagi bangsa Indonesia perlu melakukan pergeseran paradigma menuju organisasi yang lebih fleksibel, dinamis, dan berorientasi pada hasil.
Dalam hal ini, konsep Reinventing Government yang diperkenalkan oleh David Osborne dan Ted Gaebler menawarkan pendekatan yang relevan dalam mentransformasi ICMI menjadi lebih efektif dan lebih responsif terhadap perubahan zaman.
Semangat kewirausahaan, inovasi, dan desentralisasi akan memungkinkan ICMI untuk berkembang menjadi organisasi yang lebih berdampak dan memberdayakan anggotanya dalam menjalankan misi besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
Editor : Alim Perdana