Belakangan ini, Surabaya dihebohkan dengan berita seorang pria berusia 55 tahun yang nekat mengakhiri hidupnya dengan lompat dari balkon lantai 21 di sebuah hotel berbintang di Surabaya. Peristiwa tragis ini benar-benar bikin banyak orang terkejut. Karena sebelumnya, di Surabaya juga ada beberapa kasus mahasiswa yang memilih untuk mengkhiri hidup mereka dengan bunuh diri.
Dikasus terakhir, menurut beberapa informasi, sebelum melompat, informasinya korban yang berjenis kelamin pria ini sempat dibujuk oleh tim hotel, namun gagal dan korban tetap saja memilih melompat dari lantai 21 yang akhirnya merenggut nyawanya dengan tragis.
Yang menarik adalah reaksi dari para netizen atas kasus ini, di beberapa platform media sosial seperti Instagram. Dalam beragam komentar, ada banyak yang langsung menghubungkan kejadian ini dengan mental health. Misalnya, Ada yang berkomentar, "Jangan semuanya dipendam sendiri, nanti bisa kayak gini ending-nya."
Komentar-komentar seperti ini banyak sekali bermunculan, di beberapa postingan media. Dan memang benar, terlalu banyak masalah yang ditahan sendiri berpotensi depresi, dan berujung pada ketidakstabilan emosi, hingga akhirnya memutuskan mengakhiri hidup dengan cara yang tragis. Tentu, itu bukan sebuah pilihan yang tepat, dan tak patut dicontoh oleh siapapun. Yakinlah, bahwa akan selalu ada solusi disetiap masalah.
Beberapa netizen juga ada yang mengaitkan kejadian terebut dengan RSJ Menur, yang memang merupakan sebuah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Surabaya. Rumah sakit ini menyediakan layanan non-jiwa dan perawatan jiwa. Hal tersebut memang karena fakta dilapangan, ditemukannya surat keterangan yang menyebutkan bahwa korban pernah dirawat di sana. Namun, saya kurang ingat apakah beliau pernah rawat jalan atau rawat inap.
Namun, yang membuat saya bereaksi untuk menulis opini ini adalah, reaksi dari beberapa netizen yang menyalahkan rumah sakit tersebut, dengan menyatakan bahwa, kalau pelayanan di RSJ Menur kurang baik, sehingga menyebabkan kejadian bunuh diri ini. Yang, seolah-olah RSJ Menur menjadi pihak yang disalahkan.
Sebagai orang yang pernah menemani dan mengantar sahabat saya sendiri ke RSJ Menur, saya merasa perlu membagikan pengalaman pribadi ini dan menyampaikan objektivitas versi saya pribadi melalui tulisan ini.
Dari apa yang sudah saya alami, selama menemani sahabat saya di RSJ Menur, Rumah Sakit ini sebenarnya sudah jauh lebih baik dibanding dulu. menurut saya, para staf dan dokter lebih perhatian dengan para pasie. Misalnya, mereka lebih detail dalam merawat pasien, dan tentu sangat humanis dalam memperlakukan mereka. Mereka juga nggak cuma asal kasih obat, tapi memang benar-benar memperhatikan kondisi pasien, secara menyeluruh.
Bagi saya, ada satu hal yang jauh lebih penting dan sering dilupakan banyak orang. Termasuk mereka, para netizen yang selalu berkomentar soal mental health.
Mereka mungkin tidak mengerti bahwa, kesehatan mental itu tidak bisa sepenuhnya HANYA ditangani oleh rumah sakit aja. Hal yang lebih penting adalah dukungan dari pihak keluarga, pasangan, sahabat, dan inner circle pasien. Kalau orang-orang terdekatnya paham apa yang sedang dialami pasien, tahu akar permasalahannya, dan bisa jadi support system yang solid, proses penyembuhan pasti akan jauh lebih efektif.
Rumah sakit seperti RSJ Menur hanya sebagai sarana, yang bisa membantu dengan memberikan upaya pengobatan atau konsultasi, serta treatment secara medis dan terapi terbaik mereka. Namun, hasil akhirnya tidak bisa semata-mata dibebankan pada mereka saja.
Karena berdasarkan pengalaman, Kesehatan mental itu begitu kompleks, dan tentu menurut saya, setiap pasien perlu dan butuh dukungan dari berbagai pihak, terutama orang-orang terdekat mereka. Kita sebagai masyarakat juga perlu lebih peka dan tidak mudah untuk menyalahkan satu pihak aja, apalagi dalam kasus yang seberat ini. Bijaksana dalam berkomentar, tentu juga akan menjadi terapi sosial yang baik bagi para pembaca yang mungkin tanpa kita ketahui juga sedang mengalami kondisi yang benar-benar berat.
PENULIS : Sulistyawati, ST, M.Si
Menyelesaikan S1 Teknik Industri UPN "Veteran" Surabaya, dan Magister (S2) di bidang Studi Media dan Komunikasi di Universitas Airlangga.
Seorang perempuan aktif yang memulai karier sebagai Marketing dan Event di salah satu radio di Surabaya, kemudian berlanjut ke dunia PR & Marketing Communication di sektor hospitality di Bali.
Saat ini aktif bekerja di sebuah perusahaan konsultan di Surabaya serta tetap menjalankan peran sebagai Event Organizer.
Editor : Redaksi