Dari Kathmandu ke Jakarta: Pelajaran dari Daun Kering yang Terbakar

ayojatim.com
Achmad Choiron - Pemerhati Sosial. Dok-Pribadi

Gelombang protes Gen Z di Nepal menunjukkan wajah baru perlawanan rakyat terhadap sistem yang dianggap gagal menjawab kebutuhan zaman. Ekonomi yang rapuh, pengangguran tinggi, serta kesenjangan sosial yang kian melebar membuat generasi muda merasa masa depannya dirampas.

Dengan pendapatan per kapita hanya sekitar 1.400 USD per tahun dan ketergantungan besar pada remitansi pekerja migran, banyak anak muda Nepal hidup di bawah bayang-bayang ketidakpastian. Mereka muak melihat elite politik yang saling berebut kekuasaan, sementara lapangan kerja dan pendidikan bermutu sulit dijangkau.

Baca juga: Catatan Demokrasi: Suara Rakyat Masih Nyaring

Kondisi ini mengingatkan pada Indonesia, meski skalanya berbeda. Indonesia memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, sekitar 4.900 USD, dan ekonomi yang lebih beragam.

Namun masalah fundamental tetap ada: korupsi, ketimpangan, serta fenomena flexing pejabat dan orang kaya yang mempertontonkan kemewahan di tengah rakyat kecil yang berjuang sekadar bertahan hidup. Situasi ini menciptakan luka sosial: rasa tidak adil yang mengendap dan menggerus kepercayaan.

Ibarat dedaunan yang kering di musim kemarau, kondisi ekonomi sulit, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial adalah bahan bakar yang siap terbakar kapan saja. Cukup ada angin propaganda atau percikan provokasi, keresahan tersebut bisa meledak menjadi api besar.

Baca juga: Jumat Hari Raya Mingguan yang Terlupakan

Nepal sudah membuktikan betapa cepatnya generasi muda turun ke jalan, membawa amarah sekaligus harapan. Indonesia perlu belajar dari sana: jangan biarkan "daun kering" semakin menumpuk.

Tugas pemerintah bukan sekadar menjaga stabilitas politik, tetapi memastikan kebijakan benar-benar menyentuh kebutuhan dasar rakyat, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial. Jika tidak, percikan kecil bisa berubah menjadi kobaran yang sulit dipadamkan.

 

Baca juga: Jika Tak Paham, Bonus Demografi akan Jadi Tekor Demografi atau Bahkan Bencana Demografi

Penulis : Achmad Choiron

Pemerhati Sosial - Dosen Teknik Universitas Dr. Soetomo Surabaya. 

Editor : Amal Jaelani

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru