Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur
DALAM pembangunan daerah berpenduduk besar seperti Jawa Timur, infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, tetapi instrumen pemerataan.
Pada seri keempat ini, ICMI Jawa Timur menelaah sejauh mana pembangunan infrastruktur, sistem transportasi, dan konektivitas sepanjang 2025 benar-benar bekerja sebagai penghubung antara pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah yang masih tertinggal.
Secara kuantitatif, capaian Jawa Timur patut dicatat. Kondisi jalan provinsi dalam keadaan mantap pada 2025 berada di kisaran 80 persen lebih, menempatkan Jawa Timur di atas rata-rata nasional untuk kategori jalan kewenangan provinsi (BPS; Pemprov Jatim).
Perbaikan dan pemeliharaan jalan menjadi agenda rutin yang relatif konsisten, menopang kelancaran logistik dan mobilitas orang antarkabupaten/kota.
Namun, tantangan Jawa Timur bukan hanya soal panjang jalan, tetapi konektivitas struktural. Wilayah tapal kuda, Madura bagian tertentu, hingga kawasan selatan Jatim masih menghadapi hambatan akses, baik karena kondisi geografis, keterbatasan anggaran, maupun kompleksitas pembebasan lahan. Di titik inilah kualitas perencanaan dan keberlanjutan proyek menjadi penentu.
Pada sektor transportasi, Jawa Timur memiliki keunggulan posisi. Pelabuhan Tanjung Perak tetap berfungsi sebagai salah satu simpul utama logistik nasional, sementara jaringan bandara dan jalur kereta api memperkuat peran provinsi ini sebagai pintu gerbang Indonesia timur.
Sepanjang 2025, arus penumpang dan barang menunjukkan pemulihan pascapandemi dan stabilisasi aktivitas ekonomi (Kemenhub; BPS).
Meski demikian, keterhubungan antar moda belum sepenuhnya optimal. Integrasi antara pelabuhan, kawasan industri, stasiun, dan pusat logistik masih menyisakan bottleneck yang berdampak pada biaya logistik.
Bank Indonesia mencatat, efisiensi logistik daerah menjadi salah satu faktor kunci daya saing regional, dan di sinilah Jawa Timur masih memiliki ruang pembenahan.
Aspek lain yang tak kalah penting adalah infrastruktur dasar, meliputi: air bersih, sanitasi, dan perumahan. Akses air minum layak dan sanitasi di Jawa Timur menunjukkan tren perbaikan, tetapi ketimpangan antarwilayah masih terlihat jelas (BPS; Kementerian PUPR).
Daerah perkotaan relatif lebih maju dibanding pedesaan dan kawasan kepulauan, sehingga fungsi infrastruktur sebagai alat pemerataan belum sepenuhnya tercapai.
Dalam kerangka nasional, kinerja infrastruktur Jawa Timur lebih stabil dibanding banyak provinsi lain, tetapi tidak sepenuhnya unggul. Provinsi ini berhasil menjaga keberlanjutan proyek dan kualitas aset, namun belum menghasilkan lompatan besar dalam mengurangi kesenjangan wilayah.
Dengan kata lain, Jawa Timur kuat dalam pemeliharaan, tetapi masih diuji dalam transformasi konektivitas berbasis wilayah tertinggal.
Catatan: Data bersumber dari BPS Provinsi Jawa Timur dan BPS RI, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, laporan Pemprov Jatim, serta publikasi Bank Indonesia tahun 2025.
Penilaian ICMI Jawa Timur
Berdasarkan capaian fisik, fungsi konektivitas, dan dampaknya terhadap pemerataan wilayah, ICMI Jawa Timur menilai Sektor Infrastruktur, Transportasi, dan Konektivitas sepanjang 2025 dalam kategori: → PRESTASI SEDANG (stabil dan progresif, tetapi belum transformatif).
Capaian infrastruktur Jawa Timur cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi, namun belum sepenuhnya menjawab persoalan kesenjangan wilayah secara struktural.
Catatan Strategis ICMI Jatim
1. Prioritaskan konektivitas wilayah selatan, Madura, dan tapal kuda sebagai agenda pemerataan.
2. Perkuat integrasi antarmoda untuk menurunkan biaya logistik.
3. Tingkatkan kualitas perencanaan wilayah berbasis dampak ekonomi–sosial, bukan sekadar serapan anggaran.
4. Arahkan infrastruktur dasar sebagai instrumen pengurangan ketimpangan, bukan hanya peningkatan layanan rata-rata.
Infrastruktur yang baik bukan sekadar jalan yang mulus, tetapi jalan yang membawa kemajuan ke tempat yang selama ini tertinggal.
Pada 2025, Jawa Timur telah bergerak; tugas berikutnya adalah memastikan setiap kilometer pembangunan benar-benar menghubungkan, bukan hanya memanjang.
Editor : Alim Perdana