Seminar Madura Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Dorong Kemandirian Ekonomi Madura

Ilustrasi ladang tembakau. Foto: canva/Ayojatim
Ilustrasi ladang tembakau. Foto: canva/Ayojatim

SURABAYA – Rencana besar untuk menata ulang tata kelola komoditas tembakau di Madura kini memasuki babak penting.

Melalui seminar bertajuk “Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tembakau dan Arah Baru Perekonomian Madura”, akan digelar di Gedung Sport Center UIN Sunan Ampel Surabaya, Selasa, 11 November 2025.

Seminar ini menjadi titik diskusi penting mengenai masa depan Madura, khususnya dalam memanfaatkan potensi tembakau sebagai komoditas identitas yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Madura.

Pada seminar ini juga menghadirkan sejumlah tokoh strategis dari level TNI, Kepolisian, Pemerintah Provinsi hingga akademisi dijadwalkan hadir. Diantaranya adalah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto sebagai pembicara kehormatan.

Flyer acara seminar Kawasan Ekonomi Khusus Tembakau. Foto: Tangkapan LayarFlyer acara seminar Kawasan Ekonomi Khusus Tembakau. Foto: Tangkapan Layar

Hadir pula para tokoh strategis seperti anggota DPR RI Dr. Eric Hermawan, Akademisi Kemitraan KEK Madura Adi Prayitno, Rektor UIN Prof. Akh. Muzakki, hingga Ketua LPM UIN Dr. H.M. Syaufull Bahar.

Sebelumnya, Haji Khairul Umam atau karib disapa Haji Her, menyampaikan gagasannya terkait dengan pembahasan KEK Tembakau ini.

Dengan pengalaman lebih dari 25 tahun di industri tembakau, Haji Her melalui salah satu unit usahanya yang bergerak di industri tembakau, yaitu PT Bawang Mas Group, secara konsisten menyuarakan optimalisasi hasil panen tembakau dalam rangka untuk mengangkat perekonomian masyarakat Madura yang mang dikenal mayoritas sebagai petani tembakau.

Beberapa langkah nyata juga telah dilakukan oleh Haji Her. Salah satunya dengan membeli hasil panen petani dengan harga yang lebih layak, yang menurutnya tanpa monopoli pabrikan besar seperti sebelum-sebelumnya.

“Menyejahterakan petani tembakau itu sebenarnya sederhana. Pemerintah harus hadir, dan ada modal yang cukup untuk membeli dan menimbun tembakau. Minimal, petani jangan sampai merugi,” tegasnya, saat penyerahan

Dan, melalui Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau se-Madura (P4TM), Haji Her juga terus memperkuat posisi petani dalam rantai ekonomi tembakau.

“Tahun ini, 70 persen petani untung. Sisanya rugi karena faktor cuaca,” jelasnya.

Gagasan Haji Her tentang Madura sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) akan membuat  Madura menjadi terintegrasi secara ekonomi yang berbasis tembakau. Mosalnya, jika Madura bisa menjadi pusat industri Tembakau di Madura.

“Dengan adanya kawasan ekonomi khusus, pendapatan petani akan meningkat, industri lokal hidup, dan Madura akan memiliki kekuatan ekonomi yang mandiri,” harapnya.

Seminar ini diharapkan menjadi ruang pertemuan gagasan, keberanian, dan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Seminar KEK Tembakau bukan hanya acara akademik, melainkan awal perjalanan menuju pemulihan ekonomi Madura, namun akan menjadi sebuah gerak bersama dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan petani.

Sebagai tambahan informasi bahwa, Industri tembakau merupakan salah satu sektor komoditas bernilai tinggi di dunia dengan rantai ekonomi yang meliputi budidaya, pengolahan, distribusi, hingga industri rokok dan produk turunan tembakau seperti tembakau kunyah, snus, dan vape nikotin.

Dan saat ini menurut beberapa sumber data, Indonesia merupakan 5 besar negara produsen tembakau. Dan, Madura adalah salah satu pusat kualitas tembakau terbaik (jenis chopped Madura / rajang) yang digunakan untuk campuran kelas premium.

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu kekuatan besar dalam industri tembakau dunia. Sebagai produsen tembakau peringkat lima terbesar, sentra utama penghasilannya berada di Madura, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Tidak hanya itu, Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan produksi rokok kretek terbesar di dunia, sebuah produk yang bukan hanya komoditas ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas dan budaya bangsa.

Dari sisi perdagangan global, Indonesia mencatat nilai ekspor tembakau sekitar 1,2 miliar US Dolar per tahun, dengan pasar utama ke kawasan Eropa dan Timur Tengah.

Industri ini juga memainkan peran vital dalam penyerapan tenaga kerja nasional, melibatkan 4,5 hingga 6 juta orang di berbagai sektor, mulai dari petani, buruh pabrik, hingga jaringan distribusi dan pedagang.

Dengan kekuatan tersebut, tembakau tetap menjadi pilar ekonomi strategis yang menjaga keberlangsungan hidup jutaan keluarga di Indonesia.

Editor : Amal Jaelani