SURABAYA – Nama ini menjadi sosok yang paling sering dibicarakan ditengah ladang tembakau di Madura. Haji Khairul Umam, atau yang akrab disapa Haji Her, mulai mengemuka karena dianggap sebagai sosok yang menghadirkan perubahan nyata bagi petani tembakau.
Kerelaan Haji Her mendengarkan cerita para petani yang sering merugi hingga anak-anak santri kesulitan membayar biaya pondok adalah awal dari perjuangannya.
“Banyak santri yang tak bisa membayar kitab dan biaya pondok karena orang tuanya rugi bertani tembakau,” ujarnya mengenang.
Dari kegelisahan itu, Haji Her memulai langkah berani untuk memberdayakan petani. Dengan pengalaman 25 tahun di industri tembakau, ia membangun PT Bawang Mas Group yang membeli hasil petani dengan harga layak, tanpa melalui monopoli industri rokok besar.
Menurutnya, personalan petani tembakau di Madura, tidaklah rumit. Tapi memang butuh keberanian untuk memulai sebuah tindakan yang tepat dan revolusioner. Salah satunya adalah dengan mengupayakan membeli hasil para petani dengan harga layak, minimal petani tidak merugi.
“Menyejahterakan petani tembakau itu sederhana. Pertama, kehadiran pemerintah. Kedua, ketersediaan dana yang cukup untuk membeli dan menimbun tembakau,” tegasnya.
Tidak hanya soal ekonomi, Haji Her juga merangkul berbagai pihak dalam Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau se-Madura (P4TM) untuk memperkuat posisi petani serta memulihkan martabat mereka.
"Tahun ini, 70 persen petai untung, 30 0ersen masih merugi, itupun karena faktor cuaca, hujan, dan lain-lain," tambahnya.
Selain itu, keprihatinan Haji Her terhadap kesejahteraan para petani tembakau dan masyarakat Madura juga diwujudkan dalam beberapa aksi sosial dengan membangunkan rumah layan huni gratis bagi warga kurang mampu di Pamekasan melalui program Bawang Mas Centre (BMC). Program ini murni inisiatif pribadi yang membantu warga tanpa beban birokrasi rumit.
Atas dedikasinya, Haji Her menerima penghargaan sebagai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 dari Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Ketua FJN, Muhammad Didi Rosadi, mengapresiasi sikap Haji Her yang beli tembakau di atas harga pasar untuk membantu mayoritas petani Nahdliyin dan keluarganya.
“Beliau membeli tembakau di atas harga pabrikan besar. Dan mayoritas petani tembakau adalah warga Nahdliyin,” terang Diday.
Meski sudah berbuat banyak, Haji Her menyimpan mimpi besar, yaitu agar pemerintah hadir aktif mendukung petani tembakau dan garam sebagai kekuatan ekonomi Madura.
Ia bahkan mengusulkan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus berbasis kedua komoditas tersebut.
“Dengan adanya kawasan ekonomi khusus, kesejahteraan petani akan meningkat dan pendapatan negara bertambah,” kata Haji Her.
Di balik sikap tegas dan lugasnya, Haji Her hadir sebagai penyalur harapan sekaligus pahlawan bagi para petani tembakau Madura, mengubah kesulitan menjadi peluang dan kesejahteraan.
Editor : Amal Jaelani