BAWEAN - Dusun Balik Gunung, Desa Gunung Teguh, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean. Di sela rimbunnya hutan yang mengelilingi Dusun Balik Gunung, terlihat sosok Badrussulur dengan cekatan memanjat batang bambu yang tersandar di pohon aren menjulang tinggi.
Ritual pagi dan sore ini menjadi kunci bagi produksi gula aren yang telah lama menjadi nadi kehidupan masyarakat setempat.
Badrussulur berbagi cerita, untuk satu buah tangkai aren, nira atau la’ang-nya dapat diambil terus selama dua bulan.
Setiap kali pengambilan, satu tangkai bisa menghasilkan hingga lima liter la’ang yang manis dan segar. Rutinitas ini menunjukkan keserasian manusia dengan alam yang sangat dijaga.
Nira aren yang telah dipetik kemudian diproses dengan cara dipanaskan di atas wajan selama beberapa jam hingga mengental dan berubah warna menjadi kemerahan yang khas.
Selanjutnya, cairan kental ini dituangkan ke dalam cetakan bambu berdiameter sekitar empat sentimeter, membentuk gula aren yang dikenal luas sebagai gula merah.
Tradisi pembuatan gula aren ini bukan sekadar pekerjaan—melainkan warisan turun-temurun yang menopang kehidupan masyarakat Desa Balik Gunung.
Hampir seluruh penduduk melanjutkan tradisi ini sebagai sumber penghidupan utama mereka, sekaligus menjaga kekayaan budaya yang melekat pada produk gula aren mereka.
Pembuatan gula aren bukan hanya soal menghasilkan gula, tapi juga menjaga tradisi keluarga dan kelestarian alam di sekitar.
Kehangatan dan ketekunan yang tersirat dari proses pembuatan gula aren ini menjadi gambaran betapa nilai-nilai budaya dan kearifan lokal menjadi sumber kekuatan ekonomi dan identitas masyarakat Bawean.
Editor : Alim Perdana