Pementasan Sendratari Urban Youth 2025: "Gayatri" Padukan Tradisi dan Teknologi

Sendratari Urban Youth 2025 berjudul "Gayatri" akan tampil pada Jumat, 20 Juni 2025, pukul 19.30 WIB. Foto: Ayojatim/Ali Masduki
Sendratari Urban Youth 2025 berjudul "Gayatri" akan tampil pada Jumat, 20 Juni 2025, pukul 19.30 WIB. Foto: Ayojatim/Ali Masduki

SURABAYA – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur (Disbudpar Jatim) akan menggelar pementasan Sendratari Urban Youth 2025 berjudul "Gayatri" pada Jumat, 20 Juni 2025, pukul 19.30 WIB. Pementasan ini menggabungkan tradisi Jawa Timur dengan teknologi modern, ditujukan untuk generasi milenial, Z, dan Alpha.

Abing Santoso, Art Director Urban Youth, menjelaskan bahwa pementasan ini lahir dari kesadaran akan pentingnya peran sosok ibu dalam membimbing generasi muda.

"Di Jawa Timur, peran ibu sangat penting, terutama bagi anak-anak generasi Alpha yang kadang kurang memiliki arah," ungkap Abing.

"Dari sini, muncul gagasan untuk mengangkat sosok Dyah Gayatri, yang merupakan tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit," tambahnya.

Pementasan ini melibatkan talenta muda, dengan 90% penari berasal dari Surabaya, khususnya dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

"Kami ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk menunjukkan bakat mereka. Pementasan ini didominasi oleh mahasiswa dan siswa berusia di bawah 25 tahun," jelas Abing.

Abing menekankan bahwa meskipun pementasan ini menyasar generasi muda, orang tua juga diharapkan untuk menyaksikannya.

"Kami ingin membawa budaya Jawa Timur ke depan, tanpa mengurangi esensi tradisi yang ada," kata Abing.

Pementasan "Gayatri" akan menampilkan teknologi modern, termasuk LED, 3D, dan lighting show, serta koreografi yang kekinian. "Kami menerapkan 75% unsur modern dan 25% tradisi, menciptakan pengalaman yang menarik dan relevan bagi penonton masa kini," tambahnya.

Sementara itu, Abing menjelaskan bahwa tokoh Gayatri memiliki peran penting dalam sejarah Majapahit.

"Gayatri adalah istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang menjadi gerbang utama Nusantara," jelasnya.

Konsep busana yang digunakan dalam pementasan ini juga akan mempertahankan 75% elemen tradisional, sambil tetap mengedepankan unsur modern.

"Kami ingin agar penonton merasakan kedekatan dengan budaya Kerajaan Majapahit melalui detail busana yang kami sajikan," lanjut Abing.

"Gelaran ini penting sebagai pengenalan budaya kepada generasi muda. Kami ingin generasi sekarang memahami dan mengenali budaya Jawa Timur," tegasnya.

Pementasan ini tidak direncanakan untuk dibawa keliling, namun Disbudpar Jatim berencana untuk menggelar acara yang lebih besar di masa depan.

"Saat ini kami fokus pada pementasan ini, tetapi ada rencana untuk mengusung konsep yang sama dalam skala yang lebih besar di kemudian hari," pungkas Abing.

Total ada 67 orang yang terlibat dalam pementasan ini, yang diharapkan dapat memberikan kesan mendalam bagi penonton serta menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka.

Editor : Alim Perdana