Ungkapan Syukur di Hari Nahr

Oleh: Ulul Albab
Pembina Yayasan Masjid Subulussalam GWA Sidoarjo
Ketua ICMI Jawa Timur

HARI INI, jutaan saudara kita kaum Muslimin dari berbagai penjuru dunia telah menyelesaikan salah satu ritual agung dalam ibadah haji: wukuf di Arafah. Sebuah momen puncak yang disebut sebagai “inti dari haji” oleh Rasulullah SAW. Di sana, mereka berhidmat khusyuk dalam kesederhanaan, berdoa dalam tangisan, dan merendahkan diri dalam tunduk total kepada Sang Pencipta.

Sementara itu, kita yang berada di tanah air, meskipun tidak bisa hadir secara fisik di Arafah, tetap terhubung dalam satu ikatan spiritual. Kita bersyukur, berdoa, dan memperbanyak amal di Hari Arafah dan Hari Nahr, seraya memohon agar Allah menerima amal ibadah mereka dan kita semua. Karena hakikatnya, Idul Adha bukan sekadar momen seremonial tahunan, melainkan perayaan ketundukan dan ketulusan di hadapan Ilahi.

Idul Adha tahun ini terasa begitu istimewa. Di tengah padatnya aktivitas dan beratnya beban hidup, Allah SWT masih memberi kita kesempatan untuk menjalani serangkaian ibadah yang menjadi inti Idul Adha. Sejak awal Dzulhijjah, kita bisa berpuasa, termasuk puasa Arafah. Kita manfaatkan hari Arafah dengan zikir, tahmid, dan doa penuh harap.

Dan pagi ini, dengan hati yang lapang, kita bersama-sama menunaikan shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban. Sebuah ibadah yang sarat makna spiritual dan sosial.

Bisa jadi ini bukan pengalaman yang luar biasa. Banyak saudara-saudara Muslim lainnya juga melakukan hal serupa. Tapi justru karena itu, mari sejenak bertanya dalam hati: sudahkah kita betul-betul menghargai nikmat-nikmat itu?

Bukan Pamer, Tapi Pelajaran

Ungkapan semacam ini kadang disalahpahami sebagai bentuk riya. Padahal, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Abu Dawud)

Dan Allah SWT juga berfirman: "Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka ceritakanlah." (QS. Ad-Dhuha: 11)
Artinya, ini bukan soal membanggakan diri. Tetapi soal berbagi inspirasi. Tentang siapa yang mau merenung, bersyukur, dan mengajak orang lain untuk tidak lalai terhadap karunia yang sering datang diam-diam dalam hidup kita.

Menghidupkan Semangat Ibadah Sosial-Spiritual

Idul Adha mengajarkan kita keseimbangan: antara kedekatan kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama. Antara spiritualitas dan solidaritas. Di satu sisi, kita diajak meneladani penghambaan total Nabi Ibrahim dan Ismail AS. Di sisi lain, kita dituntun untuk berbagi daging kurban kepada mereka yang membutuhkan.

Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada hari yang amal salih di dalamnya lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah)." (HR. Bukhari).

Semangat inilah yang perlu kita hidupkan, bukan hanya di hari ini, tetapi dalam setiap kesempatan yang Allah anugerahkan. Puasa, zikir, doa, kurban, dan pelayanan sosial adalah wujud cinta yang nyata kepada Allah dan umat manusia.

Harapan dan Doa

Mari bersama-sama memohon kepada Allah agar menerima segala amal ibadah kita. Semoga tahun depan, Allah takdirkan kita semua menjadi tamu-Nya di Arafah, Muzdalifah, Mina, dan Makkah al-Mukarramah.

Dan bagi siapa pun yang membaca ini, semoga tetap tumbuh harapan untuk bisa meraih berkah Idul Adha, di mana pun berada. Karena kasih sayang Allah tak dibatasi oleh lokasi, waktu, atau kemampuan materi.
“Taqabbalallahu minna wa minkum.” Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.

Atas nama pribadi, Ketua ICMI Wilayah Jawa Timur, Pembina Yayasan Masjid Subulussalam Wage Asri Sidoarjo, serta Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan DPP AMPHURI, penulis mengucapkan selamat Idul Adha dan selamat berkurban. Semoga ibadah kita menjadi jalan menuju ampunan dan cinta Ilahi yang abadi.

 

Editor : Alim Perdana