SURABAYA - Hujan deras yang mengguyur berbagai wilayah di Indonesia belakangan ini kerap memicu bencana tanah longsor, terutama di daerah pegunungan. Insiden longsor di jalur Pacet - Cangar beberapa waktu lalu menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana.
Melihat kondisi ini, Ir Firman Syaifuddin SSi MT, pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menekankan perlunya masyarakat memahami upaya pencegahan bencana, khususnya tanah longsor.
Firman menjelaskan bahwa longsor terjadi ketika tanah, batu, atau puing bergerak turun karena gaya gravitasi yang lebih kuat daripada kekuatan penahan lereng. Ia menuturkan,
"Tebing menjadi rawan longsor karena kemiringannya, terutama jika terendam air, sehingga beban dari massa batuan atau tanah lapuk semakin berat."
Ia menambahkan bahwa hujan lebat menjadi salah satu pemicu utama longsor di Indonesia.
"Saat hujan deras, air meresap ke dalam lapisan tanah dan membuatnya jenuh. Kondisi ini meningkatkan beban lapisan tanah dan batuan, sehingga jika melebihi daya dukungnya, longsor pun terjadi," jelas alumnus Institut Teknologi Bandung tersebut.
Firman juga menjelaskan bahwa hujan menyebabkan peningkatan tekanan air pori di dalam tanah.
"Tekanan hidrolik dalam tanah naik, sehingga mengurangi kekuatan geser material di lereng dan membuatnya lebih rentan mengalami kegagalan struktur," papar peneliti di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS ini.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jawa Timur mengalami potensi cuaca ekstrem pada periode 3 - 12 April lalu.
Firman mengungkapkan, hujan deras dalam waktu kurang dari 12 jam menjadi pemicu utama banyak kasus tanah longsor. Salah satunya di jalur Pacet - Cangar pada 3 April lalu, karena daerah tersebut memiliki lereng curam dan berada tepat di bawah aliran irigasi.
Berdasarkan diskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pada 10 April lalu, longsor di jalur Pacet - Cangar terjadi tepat di bawah aliran irigasi buatan.
Sebelum kejadian, hujan deras mengguyur wilayah tersebut dan aliran irigasi sempat terbendung oleh pohon tumbang, membentuk bendungan alami. Akibatnya, air tertahan dan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya, memicu longsor.
Firman menyarankan pemerintah untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana, termasuk dengan membuat peta kerentanan gerakan tanah atau longsor. Melalui diskusi dengan BPBD Jawa Timur, ITS siap membantu membuat peta kerentanan gerakan tanah atau longsor di Provinsi Jawa Timur sebagai langkah mitigasi bencana longsor.
"Pengetahuan tentang kerentanan longsor menjadi modal utama dalam membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana," tegas Firman.
Editor : Alim Perdana