DI TENGAH semangat pembangunan yang terus bergulir di Kabupaten Malang, satu hal yang tak boleh luput dari perhatian kita adalah bagaimana memastikan pertumbuhan ekonomi tidak hanya tampak dari angka-angka makro, tapi benar-benar dirasakan hingga ke pelosok desa.
Sebab, sebagaimana disampaikan oleh tokoh ekonomi dunia Amartya Sen, kemiskinan bukan hanya soal angka pendapatan rendah, melainkan soal hilangnya kemampuan untuk menjalani hidup yang layak dan bermartabat.
Data BPS terbaru menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Malang masih berada di kisaran 9,6%. Sebuah tantangan serius, namun sekaligus peluang besar jika ditangani dengan pendekatan yang tepat: berpihak pada rakyat kecil, berbasis data, dan melibatkan semua pihak.
Kunci Keberhasilan: Pertumbuhan yang Inklusif
Pertumbuhan ekonomi harus berpihak pada mereka yang paling membutuhkan. Di Malang, potensi besar sebenarnya sudah tersedia: sektor pertanian yang luas, pariwisata yang terus berkembang, serta UMKM dan ekonomi kreatif yang mulai tumbuh di kalangan anak muda.
Jika semua ini dipadukan, bukan tidak mungkin Malang menjadi contoh keberhasilan transformasi ekonomi daerah di Indonesia.
Kuncinya ada pada hilirisasi dan integrasi. Produk pertanian lokal jangan lagi dijual mentah tapi diolah, dikemas, dan dipasarkan dengan nilai tambah.
Pariwisata jangan hanya mendatangkan tamu, tapi juga menjadi ladang rezeki warga lokal dengan melibatkan mereka sebagai pelaku utama: mulai dari kuliner, penginapan, hingga pemandu wisata.
Lima Jurus Melawan Kemiskinan
Berikut ini adalah lima strategi yang bisa dijadikan rujukan oleh para pemimpin daerah dalam upaya menurunkan kemiskinan dan menciptakan pertumbuhan yang adil:
1. Investasi Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan vokasional dan pelatihan kewirausahaan digital harus menyasar generasi muda desa. Jika perlu, desa-desa diberi program "startup corner" sebagai ruang belajar dan tumbuhnya inovasi.
2. Bangun Infrastruktur yang Menghubungkan
Jalan yang baik bukan hanya soal mobil bisa lewat, tapi soal hasil panen bisa sampai pasar. Konektivitas antara desa dan kota akan mempercepat aliran ekonomi.
3. Perlindungan Sosial yang Adaptif
Program bansos harus tepat sasaran dan disertai pendampingan agar warga miskin bisa "naik kelas", bukan tergantung selamanya.
4. Kolaborasi Pentahelix
Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri. Libatkan kampus, pelaku usaha, komunitas, dan media dalam gerakan kolektif membangun Malang.
5. Data sebagai Panglima
Basis data terpadu akan memudahkan pengambilan keputusan, alokasi anggaran, dan evaluasi program.
Momentum Arah Baru Pembangunan Daerah
Diskusi bersama Bappeda Kabupaten Malang Jumat 11 April 2025 menunjukkan optimisme yang tinggi bahwa perubahan bisa dilakukan.
Namun, optimisme saja tidak cukup. Diperlukan roadmap yang jelas, keberanian dalam eksekusi, serta konsistensi dalam menjalankan program.
Membangun Malang dari desa bukan hanya slogan, tapi panggilan nyata untuk menjadikan pembangunan lebih merata, manusiawi, dan berkelanjutan.
Kemiskinan bisa ditekan jika pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elit kota.
Mari kita jadikan Kabupaten Malang sebagai percontohan daerah yang cerdas dalam perencanaan, adil dalam distribusi, dan kolaboratif dalam pelaksanaan pembangunan.
Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Malang bisa menjadi rumah yang lebih layak dan sejahtera bagi semua.
Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur
Editor : Alim Perdana