ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Teori Efek Kupu-Kupu, Jangan Mudah Meremehkan Sesuatu Meskipun Kecil!

Foto: Ilustrasi/AI
Foto: Ilustrasi/AI

DI DUNIA yang serba cepat dan penuh informasi ini, kita sering merasa bahwa tindakan kita terlalu kecil untuk diperhitungkan. Kadang, kita berbuat baik, tetapi tak seorang pun mengapresiasi.

Begitu juga, kita berbuat buruk, tetapi tidak ada seorang pun yang memberikan hukuman. Lalu, muncul pertanyaan: apakah benar setiap tindakan kita, sekecil apapun, akan berbalas?

Mari kita kaji QS. Al-Zalzalah: ayat 7-8, yang memiliki kedalaman makna yang sangat relevan untuk kehidupan kita. Ayat ini berbicara tentang konsekuensi dari setiap perbuatan, baik itu kebaikan maupun keburukan, dan bagaimana hal-hal tersebut akan terlihat pada akhirnya.

"Waman ya'mal mitsqola dzarrotin khoiron yaroh, waman ya'mal mitsqola dzarrotin syarron yaroh".

Barang siapa yang melakukan perbuatan baik sekecil zarrah, akan melihat balasannya; dan sebaliknya, barang siapa yang berbuat buruk sekecil zarrah, juga akan melihat akibatnya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang luput dari pengamata Allah SWT.

Tapi, apakah ini hanya sebuah metafora spiritual semata? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang bisa kita ambil dari sini, bahkan dalam dunia ilmiah? Silahkan tetap ikuti bahasan ini sampai habis.

Teori Efek Kupu-Kupu: Tindakan Kecil yang Mengguncang Dunia

Coba kita ambil sebuah teori yang sering dibicarakan di kalangan ilmuwan, yaitu Teori Efek Kupu-Kupu dari teori chaos. Mungkin Anda pernah mendengar cerita tentang seekor kupu-kupu yang sayapnya berkepak di hutan Amazon dan akhirnya bisa memicu badai di belahan dunia lain. (Kalau belum berarti anda perlu membacanya pada tulisan saya edisi berikut).

Sepertinya terdengar fantastis, tapi inilah inti dari teori chaos yang ditemukan oleh Edward Lorenz. Meskipun Lorenz memperkenalkan teori ini dalam konteks prediksi cuaca, esensinya adalah bahwa perubahan kecil dalam suatu sistem bisa memicu perubahan besar yang tak terduga di masa depan (Lorenz, 1963).

Dari membaca teori tersebut, lalu jika kita kaitkan dengan perbuatan baik yang kita lakukan, meskipun kecil, ia bisa mengubah arah hidup seseorang tanpa kita sadari.

Sebuah senyuman, misalnya, bisa merubah hari seseorang yang sedang terpuruk. Bahkan, mungkin senyuman itu akan diteruskan kepada orang lain, menciptakan efek domino yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

Tetapi sebaliknya, sebuah kata-kata kasar bisa menghancurkan semangat seseorang, dan dampaknya bisa berlanjut jauh ke depan, dalam lingkaran yang tak kita sangka. (Referensi: Lorenz, E. N. (1963). Deterministic Nonperiodic Flow. Journal of the Atmospheric Sciences, 20(2), 130-141).

Jaringan Sosial: Kebaikan yang Menular, Keburukan yang Menggerogoti

Sekarang mari kita lanjutkan membincangkan soal dampak. Berbicara tentang dampak, kita tak bisa melewatkan teori jaringan sosial yang juga menjadi topik hangat dalam dunia psikologi sosial dan sosiologi.

Bayangkan, kita adalah bagian dari sebuah jaringan sosial yang sangat luas. Setiap tindakan kita, baik atau buruk, akan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita. Mereka, pada gilirannya, juga akan terpengaruh oleh tindakan kita dan menyebarkannya ke jaringan mereka sendiri.

Peneliti seperti Robert Cialdini telah mengungkapkan bagaimana perbuatan kecil, misalnya memberikan pujian kepada seseorang atau memberi bantuan kecil kepada teman yang sedang kesulitan, bisa menular dan memperbaiki suasana hati banyak orang (Cialdini, 2009). Bahkan perbuatan baik itu bisa mengubah keseluruhan atmosfer dalam sebuah lingkungan.

Sebaliknya, perbuatan buruk seperti mengolok-olok atau menjelek-jelekkan orang lain juga bisa menular, menghancurkan hubungan sosial yang telah dibangun bertahun-tahun. (Referensi: Cialdini, R. B. (2009). Influence: Science and Practice (5th ed.). Boston: Pearson Education).

Aksi dan Reaksi: Hukum Alam yang Tak Terelakkan

Sekarang mari kita Kembali ke dunia fisika. Kita mengenal hukum aksi dan reaksi yang dicetuskan oleh Isaac Newton. Untuk setiap aksi, ada reaksi yang setimpal. Hukum ini, yang sering disebut juga sebagai hukum ketiga Newton, menyatakan bahwa setiap tindakan yang diberikan pada suatu sistem akan menghasilkan reaksi yang sebanding dengan kekuatan yang diberikan (Newton, 1687).

Dalam kehidupan, hukum ini tidak hanya berlaku pada benda fisik, tapi juga pada perilaku kita. Jika kita melakukan perbuatan baik, sekecil apapun, ia akan membuahkan hasil yang setimpal. Mungkin tidak langsung, mungkin dalam waktu yang lebih lama, namun hukum alam ini tak bisa disangkal.

Misalnya, Anda memberi sedikit uang kepada orang yang membutuhkan, mungkin Anda tak melihat balasan langsung, tetapi hukum Allah bekerja dengan sangat sempurna. Suatu hari, Anda bisa mendapatkan bantuan dari tempat yang tak terduga. Atau, bahkan anda memperolehnya lebih besar lagi.

Kebaikan Anda akan memberi inspirasi pada orang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan sebuah rantai kebaikan yang tak berujung.

Tapi sebaliknya, keburukan yang kita lakukan akan menemukan jalannya kembali kepada kita, dalam bentuk yang tak pernah kita duga. (Referensi: Newton, I. (1687). Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. London: Royal Society).

Kognisi dan Motivasi: Mengapa Kita Berbuat Baik atau Buruk?

Sekarang mari kita bincangkan dari teori psikologi. Dalam psikologi kognitif, kita mengenal konsep motivasi dan niat. Tindakan kita sering kali dipengaruhi oleh niat, dan niat ini berhubungan erat dengan hasil yang kita terima.

Misalnya, jika kita berbuat baik dengan niat yang tulus, kita akan merasa puas, damai, dan bersemangat. Tetapi jika kita berbuat buruk dengan niat yang tidak baik, kita mungkin merasa bersalah atau cemas, meskipun kita tidak langsung mendapatkan konsekuensinya.

Pikiran kita bekerja dengan cara yang sangat mempengaruhi apa yang kita lakukan. Jika kita fokus pada perbuatan baik dan memiliki niat yang baik, meskipun itu sekecil apapun, kita akan merasakan kepuasan batin yang luar biasa.

Tetapi jika kita fokus pada keburukan, meskipun tampaknya tak signifikan, kita akan merasakan dampak negatif yang jauh lebih besar, baik itu di hati kita maupun pada kehidupan sosial kita. (Referensi: Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "What" and "Why" of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268).

Kesimpulan

Kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, meskipun tampak kecil dan sepele, yakinlah bakal memiliki dampak yang sangat besar. Tidak hanya dalam perspektif agama, tapi juga dalam dunia ilmiah, bahwa setiap tindakan kita tercatat dan berbalas.

Teori chaos mengajarkan kita bahwa tindakan kecil bisa mengubah dunia, hingga hukum aksi dan reaksi yang mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan pasti ada akibatnya, kita diperingatkan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak.

Kita semua adalah bagian dari sebuah jaringan besar, dan setiap tindakan kita, sekecil apapun, memiliki pengaruh lebih jauh dari yang kita kira. Maka, berbuat baiklah, meskipun tak ada yang melihat, dan hindari keburukan, meskipun itu tampak sepele.

Sebab, setiap perbuatan, baik atau buruk, pasti akan kembali pada kita, seperti yang diungkapkan dalam ayat: "Waman ya'mal mitsqola dzarrotin khoiron yaroh, waman ya'mal mitsqola dzarrotin syarron yaroh."

Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

 

Editor : Alim Perdana

Foto   

Fotografer Cakap Bicara

"Fotografer Cakap Bicara" menjadi tema diskusi hari ketiga Pameran Foto dan Karikatur Pilkada Serentak 2024…