ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Syukur dalam Kehidupan, Antara Firman Allah dan Ilmu Pengetahuan

Seorang yang benar-benar bersyukur adalah mereka yang mampu melihat nikmat Allah dalam setiap keadaan. Foto/Alim Perdana
Seorang yang benar-benar bersyukur adalah mereka yang mampu melihat nikmat Allah dalam setiap keadaan. Foto/Alim Perdana

PERNAHKAH Anda berhenti sejenak dan merenung, apa sih sebenarnya makna syukur? Apakah hanya sekadar ucapan “Alhamdulillah” yang kita lafalkan setiap kali menerima nikmat? Atau, mungkin ada makna yang lebih dalam dari itu?

Tentu, syukur lebih dari sekadar kata-kata. Syukur adalah sikap hidup. Yaitu kesadaran yang mengalir dalam setiap tindakan, dalam setiap detik yang kita jalani, dalam nuansa positif.

Mengapa Syukur itu penting?. Dalam Al-Qur'an, Surah Ibrahim ayat 7, Allah memberikan janji, sekaligus memberi ancaman seperti ini: “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Syukur dalam Perspektif Agama, Sosial, dan Psikologi

Dalam Islam, syukur bukan sekadar menyebut nama Allah. syukur adalah kesadaran dalam setiap gerak, tindakan, dan pikiran. Seorang yang benar-benar bersyukur adalah mereka yang mampu melihat nikmat Allah dalam setiap keadaan.

Seperti pepatah bijak: “Syukur bukan hanya tentang apa yang kita terima, tetapi bagaimana kita merasakannya dan menggunakannya.”

Namun syukur tidak terbatas pada hubungan kita dengan Allah semata, ia juga menjadi sarana untuk menjalin hubungan dengan sesama.

Dalam perspektif sosial dan budaya, syukur diwujudkan dalam bentuk berbagi. Memberikan sebagian dari apa yang kita miliki kepada mereka yang membutuhkan, adalah bentuk dari syukur.

Banyak budaya di dunia ini yang menekankan pentingnya berbagi sebagai wujud rasa syukur, misalnya dengan mengundang orang untuk berbagi kebahagiaan.

Bagaimana perspektif psikologi dalam memahami syukur. Ternyata ada banyak penelitian menunjukkan bahwa bersyukur memberi manfaat luar biasa bagi kesehatan mental.

Robert A. Emmons, seorang psikolog dari University of California, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa orang yang secara aktif berlatih syukur memiliki kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat (Emmons, 2003).

Bahkan, rasa syukur terbukti mampu mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan hidup. Syukur bukan hanya menyentuh hati, tetapi juga memberikan dampak positif bagi tubuh dan pikiran kita.

Syukur, Sabar, dan Tawakal

Konsep syukur sering kali sejalan dengan sabar dan tawakal. Ketiganya bagaikan sebuah paket yang tak terpisahkan dalam kehidupan setiap Muslim. Begitu banyak ujian yang datang dalam hidup ini, baik itu dalam bentuk musibah, kehilangan, atau kesulitan.

Lalu, apa yang terjadi ketika kita merasakan hal itu? Menyerah? atau berusaha menerima dengan ikhlas?

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya dalam setiap musibah yang menimpa seorang Muslim, baik itu rasa sakit, kesedihan, atau kehilangan, akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).

Hadis ini banyak dimaknai: bahwa bersyukur atas musibah atau ujian yang menimpa, adalah bentuk “sabar” tingkat tinggi, yang dijamin dapat menghapuskan dosa-dosa dan segala hal negative yang ada pada kita.

Lalu tawakal; yaitu penyerahan diri kita kepada Allah setelah berusaha, merupakan puncak dari rasa syukur. Tawakal mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam hasil yang kita harapkan, tetapi untuk fokus pada ikhtiar dan menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada.

Jadi antara Syukur, sabar, dan tawakkal, bahkan Ikhlas, adalah konsep-konsep yang relevan dan kait mengkait. Khususnya dalam kontek mengembangkan Syukur dalam menyikapi ujian dan musibah.

Kajian Ilmiah tentang Syukur

Dampak positif syukur tidak hanya dapat ditemukan dalam teks-teks agama, tetapi juga dalam dunia ilmiah. Riset yang dilakukan oleh Emmons (2003) dalam The Psychology of Gratitude menunjukkan bahwa mereka yang berlatih bersyukur setiap hari cenderung lebih bahagia dan lebih sehat secara fisik maupun mental.

Dibandingkan dengan mereka yang mengeluh dan tidak bersyukur. Syukur bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Di samping itu, sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical Psychology (2003) menunjukkan bahwa mereka yang rajin berlatih syukur lebih sedikit merasa cemas dan lebih puas dengan hidup mereka. Ini bukan sekadar teori, tapi hasil nyata dari kebiasaan sederhana yang bisa mengubah hidup.

Bagaimana Cara Melatih Rasa Syukur ?

Syukur bukanlah perasaan yang datang begitu saja, ia adalah kebiasaan yang harus kita latih.

Berikut beberapa cara praktis yang bisa kita terapkan:

1. Menulis Jurnal Syukur: Setiap hari, tuliskan tiga hal yang Anda syukuri. Tidak perlu hal besar, cukup yang sederhana. Penelitian menunjukkan, orang yang melakukan ini secara teratur memiliki kebahagiaan lebih tinggi daripada mereka yang tidak.

2. Berbagi dengan Sesama: Syukur bukan hanya tentang apa yang kita terima, tetapi juga tentang apa yang kita berikan. Berbagi rezeki, waktu, atau tenaga kepada yang membutuhkan adalah bentuk syukur yang paling nyata.

3. Fokus pada Hal Positif: Terkadang kita terlalu fokus pada kekurangan. Cobalah untuk mengalihkan perhatian pada apa yang kita miliki, pada nikmat yang telah Allah berikan. Rasa syukur akan tumbuh dengan sendirinya.

4. Perbanyak Ucapan "Alhamdulillah": Setiap kali menerima nikmat, baik itu besar atau kecil, ucapkanlah “Alhamdulillah.” Kata-kata yang sederhana ini memiliki kekuatan luar biasa dalam meningkatkan rasa syukur.

Sebagai penutup ingin saya sampaikan bahwa: Di era digital ini, syukur bisa disebarkan dengan berbagai cara. Kita bisa menuliskan pesan positif di media sosial, mengajak orang lain berbagi kebahagiaan, atau bahkan hanya sekadar mendengarkan dan memberi dukungan moral kepada yang membutuhkan.

Memberi apresiasi kepada teman atas kebaikannya adalah juga bagian dari rasa Syukur yang bisa berdampak luar biasa bagi kebahagiaan kita, sebagaimana yang telah Allah janjikan pada ayat di atas.

Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

Editor : Alim Perdana