SURABAYA - Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah membawa peradaban manusia pada kemajuan pesat. Namun, di balik pencapaian tersebut, peran dan tanggung jawab ilmuwan menjadi sorotan.
Ulul Albab, akademisi Universitas Dr. Soetomo dan Ketua ICMI Jawa Timur, memaparkan perspektif Islam dan Barat mengenai tanggung jawab ilmuwan, serta bagaimana seharusnya ilmuwan Indonesia menjalankan perannya.
"Di balik setiap penemuan besar, selalu ada pertanyaan besar: apa tanggung jawab ilmuwan?" ujarnya.
Menurutnya, dalam Islam, ilmu bukanlah sekadar pengetahuan duniawi, melainkan amanah dari Allah SWT.
"Seorang ilmuwan Muslim senantiasa bertanya, 'Apakah penemuan ini akan mendekatkan umat kepada Allah?'" jelasnya.
Ia menekankan bahwa ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hadits Rasulullah SAW, "Ilmu itu adalah harta yang tak ternilai, maka ambillah ia dari orang yang memilikinya dan berilah manfaat dengan ilmu itu kepada orang yang membutuhkan," menjadi pedoman bagi ilmuwan Muslim.
Berbeda dengan perspektif Islam, pandangan Barat lebih menekankan pada pencarian kebenaran objektif dan bebas pengaruh eksternal.
"Ilmuwan di Barat adalah pencari kebenaran yang tidak terikat dogma," terang Ulul Albab.
Integritas, etika, dan kebebasan akademik menjadi pilar penting tanggung jawab ilmuwan Barat. Mereka harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari setiap penemuan, serta mencegah penyalahgunaan ilmu pengetahuan.
"Seorang ilmuwan yang baik tidak hanya menghasilkan temuan, tetapi juga mempertimbangkan kebaikannya bagi umat manusia," imbuhnya, mengutip pandangan banyak filsuf dan etikus ilmiah Barat.
Meskipun berbeda pendekatan, Ulul Albab melihat adanya titik temu: tanggung jawab ilmuwan terhadap kemanusiaan. Dalam Islam, tanggung jawab ini mencakup dimensi akhirat, sementara di Barat, fokusnya pada dampak sosial dan moral.
"Baik Islam maupun Barat sepakat bahwa ilmu harus digunakan untuk kebaikan," tegasnya.
Namun, di era teknologi canggih ini, tanggung jawab ilmuwan semakin kompleks. Mereka tidak hanya menciptakan inovasi, tetapi juga harus memastikan temuannya tidak disalahgunakan.
"Apakah ilmu yang kita kembangkan membuat kita lebih manusiawi, atau justru sebaliknya?" Ulul Albab mengingatkan pentingnya menjaga sisi kemanusiaan di tengah kemajuan iptek.
Ilmuwan, menurutnya, bukan hanya pencari kebenaran ilmiah, tetapi juga pelaku perubahan sosial yang bertanggung jawab.
Ia berharap ilmuwan Indonesia dapat menjadi jembatan antara dunia dan akhirat, menggabungkan nilai-nilai luhur dengan kemajuan iptek.
"Kita perlu ilmuwan yang berintegritas, etis, dan memiliki visi kemanusiaan yang luas," pungkasnya.
Editor : Alim Perdana