ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Lewat Animasi, Minilemon dan UIN Sunan Ampel Tumbuhkan Toleransi

Kokus diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD) Desain Insersi Pendidikan Toleransi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Foto/AyoJatim
Kokus diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD) Desain Insersi Pendidikan Toleransi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Foto/AyoJatim

SURABAYA – Film animasi 3D Minilemon menjadi fokus diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD) Desain Insersi Pendidikan Toleransi di UIN Sunan Ampel Surabaya.

FGD tersebut membahas integrasi nilai-nilai toleransi ke dalam kurikulum pendidikan tinggi, dengan Minilemon sebagai contoh pendekatan visual yang efektif.

Reno Halsamer, Founder Yayasan d’Topeng Kingdom dan pendiri Minilemon Studio, menjelaskan pentingnya pendekatan visual dalam pendidikan, terutama untuk anak usia dini.

"Minilemon hadir sebagai hiburan edukatif yang berseri, mengajarkan toleransi melalui cerita-cerita menarik," kata Halsamer.

Ia juga mengungkapkan ketertarikan untuk berkolaborasi dengan UIN Sunan Ampel.

"Kami berharap dapat bermitra dengan UIN Sunan Ampel untuk menciptakan konten cerita berbasis riset tentang keberagaman," tambahnya.

Minilemon, yang sebelumnya telah berkolaborasi dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dalam pengembangan aspek psikologi, telah terbukti efektif dalam menggambarkan keragaman budaya Indonesia.

Halsamer juga sedang membangun Minilemon Movie Academy untuk mencetak generasi kreatif di bidang animasi.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. H. Muhammad Thohir, menyambut baik rencana kolaborasi ini.

"Tawaran ini sangat positif. Tren komunikasi massa berbasis visual membuka peluang pengembangan konten kreatif berbasis riset," jelas Prof. Thohir.

Ia menambahkan bahwa kerja sama ini akan melibatkan Minilemon sebagai mitra produksi, sementara UIN Sunan Ampel akan berkontribusi pada pengembangan konten dan ide kreatif.

Prof. Thohir menekankan pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan toleransi di tengah maraknya informasi yang memicu intoleransi.

"Kementerian Agama mendorong agar keragaman dilihat sebagai potensi untuk membangun harmoni," tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa FGD ini sejalan dengan arahan Menteri Agama untuk menciptakan kurikulum yang menekankan nilai-nilai perjumpaan dan cinta.

"Kita butuh kurikulum perjumpaan, bukan perbedaan; kurikulum cinta," ujarnya.

Sementara menurut Ketua FGD, Dr. Hanun Asrohah, su toleransi selalu relevan, terutama di era teknologi dan globalisasi.

Rektor UIN Sunan Ampel, Prof. Akh. Muzakki, menekankan peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam meneguhkan aksi toleransi.

"Kampus harus berkontribusi dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis," tambahnya.

UIN Sunan Ampel sendiri telah melakukan survei indeks toleransi di kalangan pendidik Jawa Timur untuk mendukung mandat Kementerian Agama dalam membangun kerukunan.

Editor : Alim Perdana