Bamsoet Dorong Hilirisasi Industri Kopi Nasional

ayojatim.com
Bamsoet saat mengunjungi Pabrik Kopi Kapal Api di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (16/7/2025). Foto/Tim Media Center

SIDOARJO - Indonesia, sebagai produsen kopi terbesar keempat dunia, masih menghadapi tantangan besar dalam mengoptimalkan potensi komoditas andalannya ini.

Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menyoroti fakta bahwa lebih dari 60% produksi kopi Indonesia diekspor dalam bentuk biji mentah, dengan nilai tambah yang minim.

Baca juga: Bamsoet Dukung Penuh Jakarta Super Enduro 2025, Ajang Ekstrem yang Ramah Lingkungan dan Berdampak Ekonomi

Hal itu disampaikan Bamsoet saat mengunjungi Pabrik Kopi Kapal Api di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (16/7/2025).

"Kita memiliki kopi Gayo, Mandailing, Toraja, dan Luwak yang terkenal di dunia, namun ironisnya, pasar domestik justru didominasi merek asing atau kopi olahan impor," ujar Bamsoet.

Ia menegaskan perlunya kopi Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri, memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani, pengolah, dan pelaku bisnis kopi dalam negeri.

Dalam kunjungannya, Bamsoet didampingi oleh Deputy Managing Director PT Santos Jaya Abadi, Vincent C. Mergonoto, dan Direktur Utama PT. Excelso Multirasa, Kevin C. Mergonoto.

Bamsoet menjelaskan bahwa mewujudkan hal tersebut membutuhkan pembangunan ekosistem kopi yang kuat dari hulu hingga hilir.

Baca juga: Komunitas Otomotif Penggerak Ekosistem dan Ekonomi Kreatif Nasional

"Hilirisasi industri kopi bukan hanya mengolah biji kopi menjadi bubuk, tetapi menciptakan produk turunan bernilai tambah tinggi," tegas Bamsoet.

Ia mendorong pemerintah untuk berperan sebagai fasilitator dan akselerator, memberikan insentif fiskal, dukungan infrastruktur, dan pembiayaan bagi industri pengolahan kopi lokal, termasuk UMKM.

Dampak positif hilirisasi, menurut Bamsoet, sangat signifikan. Terciptanya lapangan kerja yang masif, mulai dari petani, pabrik pengolahan, barista, hingga sektor logistik dan pemasaran, akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan jutaan tenaga kerja terserap di sektor kopi, dan angka ini berpotensi meningkat pesat dengan hilirisasi. Laporan Toffin Indonesia juga mencatat pertumbuhan gerai kopi modern yang signifikan, mencapai 7-10% per tahun hingga 2024.

Baca juga: Bamsoet Desak Revisi UU Kesejahteraan Lansia, Ini Alasannya!

"Kopi lebih dari sekadar produk, ia bisa menjadi wajah Indonesia di mata dunia," pungkas Bamsoet.

Ia menegaskan bahwa selama kopi Indonesia hanya menjadi bahan baku untuk merek luar negeri, kedaulatan ekonomi bangsa masih tergadai.

Perjuangan menjadikan kopi Indonesia sebagai tuan rumah di negerinya sendiri adalah bentuk keberpihakan pada ekonomi nasional.

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru